Chapter 10

2.4K 272 4
                                    

Jimin berjalan dengan langkah lambatnya ke arah sekolah, helaan nafas gusar selalu terdengar dari bibirnya. Angin dingin di pagi hari tidak bisa membuatnya kedinginan sama sekali.

Pikirannya sedang kacau dan ia tidak bisa memperdulikan hal lain.

Hari ini sama seperti kemarin, ia berangkat lebih awal dan mengatakan tidak mau bertemu Jungkook dulu untuk waktu yang dekat. Ia tidak siap menerima kenyataan jika Jungkook tidak mau bersama dirinya.

Ia ingin egois, Jimin ingin melihat apa Jungkook berusaha membuat keadaan membaik atau tidak jika ia menghindar. Jimin ingin lihat, apa Jungkook membutuhkan dirinya atau tidak.

Tap tap sreet tap sreet tap.

Jimin sedikit melambatkan langkahnya saat mendengar langkah kaki orang di belakangnya. Ia mengenal cara melangkah kaki ini, dua kali hentakan satu gesekan sepatu ke tanah, satu hentakan satu gesekan sepatu ke tanah.

Jimin di beri tahu jika pola langkah kaki itu adalah cara kita mengatakan 'minggir aku ingin lewat' , terdengar menggelikan dan aneh memang. Namun itulah yang selalu di katakan langsung oleh-

"Jungkook..."

Jimin menegang saat Jungkook berada tak jauh dengannya, pemuda itu memakai earphone di telinganya dan melangkah dengan santai sambil menunduk memainkan ponselnya.

Ia menghentikan langkahnya dan melihat Jungkook yang makin dekat dengannya, ada perasaan rindu yang membuncah melihat Jungkook di depan matanya seperti ini. Ia tidak bisa berbohong, ia merindukan Jungkook.

Jimin terus memperhatikan Jungkook yang masih menunduk memainkan ponselnya. Suara langkah kakinya masih terdengar dengan pola yang sama.

Jantung pemuda manis itu berdegup dengan sangat kencang, ingin rasanya bibir tebal itu terbuka dan mengatakan perasaan rindu di dalam hatinya. Namun yang ia lakukan hanya diam dan menunggu Jungkook menyadari keberadaan dirinya.

Deg.

Jimin berkedip kaget saat Jungkook melangkah melewatinya begitu saja di depan mata. Pemuda Jeon itu terlihat tidak peduli dan bersenandung kecil sambil tetap melangkah.

Jungkook seperti tidak melihat Jimin, padahal dulu Jungkook selalu tau sosok Jimin di manapun karna bau parfume Jimin yang kuat namun lembut di hidungnya. Jarak satu meter dengan Jimin saja ia masih bisa mencium wangi parfumenya.

Jimin menatap punggung Jungkook dengan tidak percaya, tanpa sadar ia mengepalkan tangannya dan menahan isakan yang akan keluar dari bibirnya.

Rasanya lebih menyakitkan saat Jungkook yang tidak memperdulikannya, kini Jungkook seperti berbalik menghindarinya.

Jimin merasa ini semua salah, harusnya ia yang marah karna Jungkook menolak perasaannya, harusnya ia yang menghindari Jungkook. Semua ini salah dan Jimin membenci keadaannya.

Perlahan air mata Jimin mengalir di pipinya, bukan ini yang ia inginkan dari hubungan keduanya. Ia hanya ingin melihat apa Jungkook membutuhkannya atau tidak.

Tanpa sadar ia menangis terus dan memilih berlari kencang ke arah sekolah, ia berlari dengan bibir yang di gigit kuat menahan isakan.

Jimin berlari sangat kencang melewati Jungkook yang langsung terdiam merasakan angin kencang sekejap lewat di arah kirinya. Pemuda Jeon itu mendongkak dan melihat Jimin yang masih berlari ke arah sekolah mereka.

Tatapan Jungkook berubah sendu, sebelah tangannya terkepal erat menahan emosi yang siap keluar. Namun ia hanya bisa menghela nafasnya karna tidak bisa melakukan apapun untuk saat ini.

"Maafkan aku Jimin hyung. Kau harus melupakanku secepat mungkin. Aku tidak mau kau bersedih dan hubungan kita makin rumit."

Dear Kookie [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang