"Jimin hyung, kita harus bicara." Jimin berdecih pelan mendengar suara yang sangat familiar untuknya. Ia yang sedang menatap keluar jendela memilih untuk mengabaikannya, bahkan saat Jungkook mendudukan diri di bangku sebelahnya, Jimin tetap memalingkan wajahnya.
"Apa yang mau kau bicarakan?" Tanyanya tanpa menghadap Jungkook, ia benar-benar engan menatap wajah pria tampan itu.
Jungkook menghela nafasnya disana, ia meraih tangan Jimin dan menggenggamnya dengan lembut.
"Jimin hyung, lihat aku. Kumohon," Jimin menghela nafasnya pasrah, ia paling tidak bisa jika Jungkook sudah memohon seperti ini padanya.
Jadi ia menoleh untuk melihat yang lebih muda dan ia memperhatikan jika Jungkook menatapnya dengan sangat sendu. Pria itu tengah bersedih dan gusar.
"Hyung aku.. Aku ingin menjawab pertanyaanmu yang waktu itu." Jungkook menelan ludahnya dengan mata yang menatap dalam pada hyungnya.
Ia menunduk dengan tangan yang menggaruk tengkuknya, ia bimbang dan takut dengan keputusannya ini.
Jimin dulu pernah menyatakan perasaannya dengan sangat semangat dan berani. Jungkook bahkan sampai tidak percaya jika hyung kesayangannya ini bisa mempunyai perasaan lebih padanya.
"Aku.. Aku hanya merasa ragu hyung." Kini mata Jimin menatap padanya dengan bingung, sekilas Jungkook melihat jika Jimin terlihat terkejut dan sedih. Ia tak mau mengatakan ini, namun ia juga harus memberitahu Jimin apa yang di rasakan olehnya selama ini.
"Ragu apa? Kau meragukan perasaanku?" Jungkook menggeleng kuat, ia langsung meremat tangan Jimin dengan gemetar.
"Tidak hyung, aku.." Jungkook berdecak tak suka saat ia malah menjadi gugup seperti ini. Ada perasaan aneh yang mengganjal hatinya, perasaan yang tidak seharusnya Jimin sebaiknya tidak tahu saja.
"Aku meragukan diriku sendiri. Aku.. Aku sedang tidak ingin berada dalam suatu hubungan serius hyung.. Aku tidak bermaksud untuk menggantung perasaanmu, aku.. aku hanya takut jika-
"Cukup."
Jungkook yang tadinya berbicara sambil menunduk refleks mendongkak, menatap hyung kesayangannya yang menangis dalam diam. Air matanya mengalir dengan hebat dan isakan tertahan keluar dari belah bibir tebalnya.
"Hyung.. jangan menangis, kumohon aku tidak menyukainya." Jungkook segera memeluk Jimin, ia memeluk sosok mungil itu dengan erat dan membuat Jimin menangis makin histeris di pelukannya.
Ini salahnya, ia menolak perasaan Jimin dan ia sadar jika tangisan Jimin kali ini adalah karna ulahnya.
"Mengertilah hyung, aku hanya mencoba untuk tidak membuatmu terus bersedih.. Aku menahannya selama ini karna aku tak mau melihatmu bersedih, namun kau malah menjauhiku. Itu sungguh membuatku frustasi, hyung bukankah cinta tidak harus memiliki? Hyung masih bisa-
"AKU BILANG CUKUP JEON!"
Jungkook tersentak kaget saat Jimin tiba-tiba melepas pelukan mereka dan membentak dirinya dengan air mata yang masih mengalir deras.
"Aku hiks.. aku tak memintamu untuk menjelaskan semuanya! Cukup kau hiks.. cukup kau mengatakan jika kau tidak ingin bersamaku saja! Hiks.. jangan buat hatiku makin hancur sialan.. hiks.. ini sakit sekali hiks.." Jungkook hanya bisa mengigit bibir bawanya menatap Jimin yang menangis sambil menepuk dadanya kuat. Ia baru pertama kali melihat Jimin seperti ini, bahkan saat dulu hyungnya ini putus dengan kekasihnya yang sudah bertahan selama setahun lebih tidak sampai menangis seperti ini.
Sedalam apa Jungkook melukai hati Jimin?
"Kau sangat jahat Kook! Aku membencimu! Hiks.. Jangan pernah temui aku lagi!" Jungkook mendadak panik saat Jimin membereskan barangnya dan berlari menjauhinya keluar kelas. Tanpa pikir panjang ia segera mengejar Jimin yang sudah berlari keluar gerbang sekolah.
"Jimin hyung! Tunggu hyung!!" Pekiknya mencoba meraih pundak yang terus berlari itu. Jungkook adalah seorang pemain basket dengan stamina tak ada habisnya. Setiap hari ia pemanasan dengan lari mengelilingi lapangan sekolah 15x jadi tidak heran jika Jimin bisa langsung ia gapai sekuat apapun hyungnya itu berlari.
"Hyung... dengarkan aku dulu." Ucap Jungkook setelah menarik lengan Jimin dan membalikan badan Jimin dengan cepat. Namun kejadian selanjutnya malah membuat ia panik setengah mati, Jimin terlihat lemas dengan mata tertutup. Jika Jungkook telat satu detik menahan tubuh mungilnya, mungkin Jimin sudah jatuh ke tanah.
"JIMIN HYUNG!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Kookie [KookMin]
Fanfiction! ! ! Udah Tamat ! ! ! Adik-Kakak zone? Rasanya gimana? Tanya aja sama Jimin Jm; bott Jk; dom ga suka ya seperti biasa, keluar aja yaps. happy read gusy ♡