Chapter 6

2.7K 311 7
                                    

"Terima kasih ya Kookie sudah mengantarkan Jimin pulang. Maaf merepotkanmu." Jungkook hanya menggeleng dan tersenyum sopan pada sosok lembut yang mirip sekali dengan Jimin.

Bunda Park, begitulah ia memanggil ibu dari hyung kesayangannya ini. Mereka sangat dekat dan bahkan ada di titik dimana Bunda Park menginginkan Jungkook untuk menjadi menantunya.

"Tidak bunda, Jimin hyung kan memang tanggung jawabku jika di luar rumah." Ucapnya sambil menoleh melihat sosok manis kesayangannya terbaring lemah di atas kasur.

Jimin tadi pingsan dan ia langsung membawa Jimin pulang ke rumahnya dengan menggendong tubuh mungilnya. Ia tak tau kenapa Jimin bisa tiba-tiba pingsan saat ia mengejarnya tadi.

Namun saat mendengar penjelasan dokter yang mengatakan jika Jimin kelelahan dan stress membuatnya langsung berpikir ulang. Pasti semua ini karna dirinya, keadaan Jimin memburuk setelah ia menggantungkan perasaan hyungnya ini. Dan semuanya makin buruk saat ini, dimana ia menolak perasaan hyungnya saat keadaan mood Jimin sedang berada di paling dasar.

"Ya sudah, tapi terima kasih ya. Kookie mau makan malam disini tidak?"

"Ah, tidak bunda. Aku harus mengerjakan tugas malam ini, jadi aku akan langsung pulang saja."

"Begitu ya, ya sudah tidak apa. Lain kali kita makan bersama lagi ya?"

Jungkook terkekeh sambil mengangguk mengiyakan ajakan biasa Bunda Park padanya. Ia memang lebih sering makan malam di rumah keluarga Park. Bukan karna masalah serius, keluarganya juga masalahnya selalu makan malam di sini. Sejak dulu keluarga mereka memang sangat dekat, setiap malam pasti akan saling mengunjungi untuk berkumpul bersama. Itu yang membuat mereka makin lengket satu sama lain, keluarga Jeon dan Park seperti memang sudah di takdirkan untuk menjalin hubungan erat seperti ini.

"Bunda mau ke dapur dulu. Bunda mau masak bubur untuk Jiminie, tak apa kan Jungkook pulang sendiri?" Jungkook terkekeh sambil mengangguk pada Bunda Park. Ia memang sering di antar pulang oleh ibu Jimin ini, biasanya itu hanya modus agar Bunda Park bisa berbincang dengan ibunya di rumah.

"Aku akan disini sebentar dengan Jiminie dulu bunda." Bunda Park mengangguk dan keluar kamar anaknya. Meninggalkan Jungkook yang berjalan ke arah Jimin yang masih terbaring di kasur.

Jungkook tak tau kapan Jimin akan terbangun, tapi ia berharap secepatnya Jimin bisa bangun. Ia ingin lebih menjelaskan dan meluruskan masalah mereka yang ini.

Ia terus di hantui perkataan Jimin di sekolah tadi. Ia tak mau Jimin menjauhinya dan ia tak mau menjauhi Jimin dengan alasan apapun. Mereka masih bisa membicarakan masalah ini baik-baik, semuanya pasti ada jalan keluarnya cepat atau lambat.

Jungkook harus menjelaskan jika mereka tidak harus saling memiliki jika saling mencintai. Jungkook tidak mau munafik, ia tentu saja menyanyangi Jimin sedikit lebih spesial.

Ada perasaan sayang berlebihan untuk hyungnya ini, ia suka saat Jimin memperhatikan dirinya dan berlaku imut padanya. Hatinya selalu berdegup dengan kencang jika Jimin tersenyum padanya dan terasa sakit jika melihat Jimin berduaan dengan orang lain.

Namun Jungkook masih ragu pada perasaannya. Ia memang menyayangi Jimin dan menyukai hyung manisnya ini, tapi ia juga merasakan hal yang sama pada beberapa orang. Ia merasa perasaan yang berlebihan jika dekat dengan wanita dan teman-teman manisnya yang lain.

Jungkook hanya harus memastikan ketertarikannya pada Jimin dan menjelaskan hubungan mereka agar tidak renggang walau sekarang sudah sangat renggang. Jungkook hanya tidak mau menyakiti Jimin dan membuat mereka menjauh, ia sudah terbiasa dengan kehadiran Jimin di sekitarnya.

Akan sangat aneh jika mereka renggang hanya karna masalah hati. Tapi jauh dari lubuk hatinya, Jungkook menyalahkan dirinya yang tidak bisa tegas pada dirinya sendiri sehingga menyakiti Jimin.

"Maafkan aku hyung, hyung tau aku menyayangimu kan? Jangan seperti ini lagi eum?" Ucapnya dengan nada berbisik sambil mengecup kening Jimin dengan lembut sebelum melangkah menjauhi Jimin dan keluar kamar hyungnya untuk pulang ke rumah.

Meninggalkan sosok manis di atas kasur yang perlahan membuka matanya dengan air mata yang ikut mengalir turun.

"Kau mengatakannya dengan manis, tapi kenapa... rasanya.. masih sakit sekali...?"

Dear Kookie [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang