Chapter 9

2.7K 294 1
                                    

"Sampai jumpa lagi Jimin-ah!"

"Daaahh~"

Jimin tersenyum sambil melambai pada teman-temannya yang berdiri di sebrang sekolah dan tengah melambai padanya.

Hari ini berlalu dengan begitu cepat, ia tidak menyangka bisa melaluinya tanpa menanyai kabar apapun mengenai Jungkook. Ia juga melewati kelas Jungkook dan mencoba menyibukan diri dengan mengobrol banyak dengan temannya.

Itu membuat moodnya sedikit membaik, rasa sakit di tubuhnya juga terasa lebih baik karena ia sempat meminum obat dan istirahat di UKS setelah selesai dengan urusan klubnya. Tentu saja atas ijin dari guru untuk tidak mengikuti pelajaran sampai jam makan siang.

Untung saja guru-gurunya mengerti, ini adalah keuntungan murid teladan. Sekali terkena hal seperti ini, semua guru akan memakluminya dan mengerti keadaannya.

Namun satu hal yang membuat Jimin kebingungan hari ini, ia tak melihat Jungkook sama sekali.

Bukan, bukan maksud Jimin ingin melihat Jungkook di sekitarnya. Hanya saja ia berpikir akan bertemu dengan Jungkook dimana saja walau memang ia akan menjauhinya.

Tapi aneh saja, ia tak melihat keberadaan Jungkook dimana saja. Bahkan sekilas ia melihat latihan basket di lapangan, ia tidak melihat Jungkook disana.

"Kenapa perasaanku tidak enak ya?" Gumam Jimin pada dirinya sendiri, ia melangkah dengan langkah yang ragu ke arah rumahnya. Rasanya sedikit aneh jika pulang sendirian seperti ini, biasanya selalu ada Jungkook menemaninya berjalan dan mereka akab berpisah di rumah Jimin. Jungkook selalu memastikan Jimin pulang dengan selamat, bahkan Jungkook akan pergi jika Jimin sudah masuk ke rumahnya.

Kenangan kecil yang manis itu selalu membuat Jimin tersenyum dan sedikit merindu. Ia ingin semuanya seperti dulu, saat ia tidak memiliki perasaan spesial untuk Jungkook sedikitpun.

Semuanya baik-baik saja, bahkan di saat masing-masing dari mereka mempunyai kekasih, keduanya selalu banyak menghabiskan waktu bersama. Bahkan beberapa kali mereka tidak akan ragu memilih persahabatan dari pada kekasih.

Jimin sekarang sudah sampai di depan pagar rumahnya, ia menahan langkahnya yang akan masuk ke dalam. Kepalanya menoleh ke belakang, melihat rumah di sebrangnya.

Rumah bergaya eropa yang cukup besar, rumah Jungkook. Matanya sedikit melirik ke jendela kanan paling atas, dimana itu adalah kamar dari Jungkook.

Kamarnya terlihat gelap dan tirai berwarna hitam itu tertutup. Mencoba menghalanginya yang ingin mengintip dan mengetahui apa ada seseorang di dalamnya atau tidak.

Ada sedikit perasaan kecewa karna ia berharap Jungkook ada disana. Berdiri di dekat jendela dan tersenyum kearahnya seperti biasa di hari libur. Jimin selalu bahagia saat ia membuka tirai kamarnya yang kebetulan langsung berhadapan dengan kamar Jungkook, ia selalu mendapati Jungkook tengah tersenyum dan meminum secangkir teh atau kopi di pagi hari. Jika hari minggu mereka membosankan dan malas keluar, mereka akan duduk di jendela dan saling bertelepon sambil melihat satu sama lain. Mengobrol banyak hal dan membunuh kebosanan. Kegiatan yang aneh namun Jimin selalu menyukainya, apapun yang dilakukan bersama Jungkook selalu membuatnya senang.

Namun sedetik kemudian Jimin menggeleng kuat menyingkirkan pikiran anehnya, Ia lalu masuk ke dalam rumah tanpa melihat jika tirai itu sedikit terbuka dan Jungkook melihatnya dengan sendu dari dalam kamarnya.

"Andai saja.. Andai jika kau tidak memiliki perasaan itu hyung, mungkin kita tidak akan seperti ini.."

Dear Kookie [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang