14 | Power

2.7K 436 131
                                    

Prrakk!

Wooyoung menatap handphonenya yang barusan dilempar Seonghwa begitu saja. Matanya juga menangkap gelang yang masih setia terkait dengan sampul handphonenya, gelang purple.

"Suruh Choi sialan itu berhenti untuk mengirim pesan. Suara notifnya sangat menganggu!"

Wooyoung dengan cepat mengangguk dan meraih handphone itu. Salah satu jarinya ia tempelkan untuk memberikan fingerprint agar kunci handphonenya terbuka. Wooyoung tak tau jika selama ini San terus saja mengirim pesan. Sejak kapan dia melakukan itu?

Seperti kata Seonghwa, Wooyoung meminta San untuk berhenti melakukan ini dan tidak lupa dirinya mem-blokir nomor Choi San.

Maaf San, aku harap kau tidak terus mengirim pesan padaku,

Begitu kira-kira pesannya. Setelah itu Wooyoung mencoba mengambil kesempatan untuk membaca puluhan pesan yang San kirimkan padanya.

Wooyoung membacanya, mulai dari ungkapan rindu, sedih, dan maaf, semuanya San ungkapkan disana. Tau hal yang membuat Wooyoung tidak dapat menahan air matanya?

Pesan terakhir yang dikirimkan San,

"I'm really sorry, I love you."

Wooyoung akhirnya tersadar, bahwa Choi San-mencintainya. Sejak dulu Wooyoung berharap San akan begitu, tapi ia benar-benar tak menyangka ini akan jadi nyata.

"Tidak ada yang menyuruhmu menangis, bodoh!"

Bugh!

Sembari meringis kesakitan, Wooyoung terus saja memegangi perutnya. Sudah berapa kali ia mendapat tendangan dari Park Seonghwa hari ini?

"Kenapa kau malah menangis, huh? Kau menyuruhku mengasihanimu?"

Wooyoung sedikit terbatuk sebelum ia berani mengangkat suara setelah sekian lama,

"Walaupun aku tidak bisa dibilang sebagai manusia-

-tapi aku masih makluk yang memiliki perasaan. Tidak seperti mu, yang mungkin tidak bisa dikatakan sebagai manusia lagi,"

Entah kenapa setelah melihat pesan dari San, kepercayaan diri Wooyoung meningkat. Sebelumnya Wooyoung tak pernah melawan Seonghwa seperti ini.

"This little bastard.. How dare you-!?"

"Shut your fucking mouth! You old man!"

Seonghwa menatap Wooyoung tak percaya, "Kau.."

"Apa?! Apa yang akan kau lakukan lagi setelah ini!? Memperkosa ku lagi, begitu!?"

Amarah Seonghwa semakin memuncak. Ia menunjuk-nunjuk Wooyoung dengan tatapan penuh arti, "kau harus dihukum."

Kaki Seonghwa melangkah menuju nakas yang ada disamping pintu masuk kamar ini. Saat itulah Wooyoung mengambil kesempatan dan berfikir untuk keluar melalui jendela.

Walau bagaimanapun, Wooyoung harus menyelesaikan misinya. Wooyoung harus berhasil-membuat San bahagia.

"Fuck!"

Jendelanya macet, tidak dapat dibuka. Padahal tidak ada yang menguncinya. Wooyoung menggedor kaca jendela sembari minta tolong, berharap seseorang akan mendengarnya.

"Kau menyebalkan, baby." Seonghwa membanting Wooyoung kembali ke kasur dan memborgol pergelangan Wooyoung.

Matanya kembali ditutupi kain yang diikat sangat ketat. Rasanya kepala Wooyoung akan terbelah karena ikatan itu terlalu kuat. Sementara Seonghwa sibuk entah dengan apa, Wooyoung berusaha melepaskan borgol yang menahan tangannya itu, tak peduli jika pergelangannya sudah penuh berlumur darah dirinya sendiri.

[✔]Sanwoo: FilterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang