Perjalanan ketiga

20 1 0
                                    

•••

Aku masih berdiam disini. Ditempat yang sejuk, air yang telah tertutup oleh enceng gondok, tempat yang dulu sering aku kunjungi oleh mas Faris. Sejak saat itu kata-kata mas Faris terngiang dikepala ku. Sayup-sayup terdengar ditelinga ku

"...Untuk janjiku melamar mu setelah lulus S2 itu... Maaf aku hanya becanda"

Ahhh sebecanda itukah rasa mu pada ku mas? Becanda mu telah menghancurkan hati ku. Lelucon mu telah membuat semesta menertawai ku. Yaa menertawai semua angan-angan yang telah ku bangun 7 tahun lalu. Kini aku pun menertawai diri ku sendiri, bagaimana bisa aku bertahan pada hubungan tanpa status ini untuk waktu yang lama.

"kenapa kamu tega mas?"

Aku berbicara lirih pada bayangan mas Faris yang masih kulu-kilir dipikiran ku. Aku tak membayangkan bagaimana hidup tanpa laki-laki itu. Aku t'lah memberikan hati ku padanya, dan ketika ia pergi hati ku pun masih ia bawa. Kau t'lah menyia-nyiakan hati wanita mu mas.

"hiks.. Hiks.. Hiks berbahagia lah mas. Kisah kita memang hanya lelucon. Dan aku menganggap lelucon ini terlalu serius hiks"

Aku menenggelamkan wajah ku pada kaki yang ku tekuk untuk menyangga kepala ku.

(Ketika kau pergi kau lupa mengembalikan hati ku. Ketika kau pamit aku lupa mengembalikan kenangan tentang mu)  Arsy

***

Haaahh Jogja. Mata ku berbinar saat kaki ini kembali menginjak dilantai bandar udara internasional Adisutjipto. Sekilas aku mengingat kembali ibu yang 5 tahun lalu ku bawa kesini, ketanah kelahirannya. Aahh ibu berbahagialah bersama Tuhan disurga sana.

Kulangkahkan kaki ini dengan mantab menuju pintu keluar bandara.

"Selamat datang mas. Saya Pak Slamet supir pakde Arl. Saya ditugaskan untuk menjemput mas Willem"

"aahh iya pak, terimakasih. Paman kok tidak ikut menjemput pak?"

"anuu mas. Pakde sedang tidak enak badan"

"ohh paman sakit? Ayo pak cepat kita pulang. Aku ingin segera bertemu paman"

"monggo mas"

Aku pun melaju kerumah paman dengan kecepatan rata-rata. Diperjalananpun aku tak tak merasa bosan sebab pak Slamet selalu mengajak ku berbicara.

"ahirnya sampai. Pak nanti tolong bawakan masuk koper saya ya"

"siap mas"

Jawab pak Slamet dengan tangan hormat.

"pamaaann"

"aahh Willeem selamat datang. Hoe gaat het met je?" (Bagaimana kabar mu)

Kami berpelukan, meleburkan kerinduan yang sekian lama terpendam.

"goede oom" (baik paman) 

"Paman katanya sedang tidak enak badan?"

"aahh niet (aahh tidak). Paman hanya kecapekan saja. Ayoo duduk"

*
*
*

Ada apa gerangan Willem datang ke Jogja?


Hihi part ini pendek banget ya gengs 😁😁

Terus nantikan part demi partnya yaa

Untuk bahasa Belanda yang masih salah bisa dibenarkan ya gaess

Happy reading epribadehh 💖💙

Willem & ArsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang