***
Tangan itu, peluk itu, senyum itu begitu tenang. Sangat hangat dan dan nyaman di hati. Semesta, sebenarnya apa yang sedang kau siapkan untuk ku? Akankah kau jadikan dia langit yang selalu ada dan selalu siap dengan semua keadaan ku. Atau kau jadikan dia senja, yang kapan saja kau ambil lalu kau gantikan gelap.
Aku tak pernah paham apa yang sedang kau rencanakan. Tapi aku percaya, segala ketentuan dan takdir yang tuhan titip padamu adalah yang terbaik untuk ku.
Benar katamu Will, kita perlu memantabkan hati agar siap dalam menjalani setiap part yang disediakan oleh semesta. Kapanpun semesta berhak untuk mengambil haknya. Termasuk cinta.
Aku memandang manusia itu. Manusia yang baru ku kenal beberapa hari sebab ketidak sengajaan semesta mempertemukan kami. Sebelum ini, aku tak pernah merasakan perasaan yang sedang bertengger dihati ku saat ini. Mungkin ini karena hati ku telah penuh oleh cinta mas Faris.
Mas, kini aku siap dan ikhlas melepas mu. Melepas segala kenangan tentang kita. Mungkin benar kata mu mas, kita hanyalah bagian dari partitur-partitur nada lelucon semesta. Yang kapan saja siap untuk digelak dan diterbahak-bahakkan oleh dunia.
"kamu suka wedang ronde juga Will?" aku tidak begitu kaget saat seseorang menyukai wedang ronde ini. Wangi jahe, manisnya gula aren, dan dinginnya udara sudah menjadi komposisi alam yang pas.
"hahahaa kamu lupa sy? Aku juga punya darah Jogja. Aku suka semua tentang Jogja. Aku juga suka segala hal yang ku temui diJogja"
Jantungku kembali berpacu didalam sana. Willem memandang ku dan mengukir bulan sabit dibibirnya.
Semesta aku boleh protes tidak? Jangan kau buat salah satu makhluk mu ini lemah jantung
"emm hee iya juga. Wedang ronde memang enak Will. Hangat, apa lagi dinikmati saat dingin begini"
"iya Sy. Aku sepertinya sudah lama tidak pergi ketempat ini"
"sudah berapa tahun tidak pulang ke Jogja Wil?"
"aku terahir pulang kesini lima tahun lalu. Saat... Kekasih ku masih hidup"
Kenapa dadaku sesak seperti ini? Tuhan jangan lagi patahkan hati ku. Aku baru saja ingin menyembuhkan luka ku.
"nanti sebelum pulang aku ajak kesebuah tempat. Mau?"
Sontak aku kaget saat Willem buka suara. Jujur aku beberapa detik melamun membayangkan bagaimana jika hati ku hancur lagi? Bagaimana jika hati ku patah lagi? Bagaimana jika aku kehilangan dia lagi? Bagaimana bisa aku kehilangan, memiliki saja tidak.
"emm kemana Wil?"
Willem tersenyum beberapa detik.
Alun-alun kidul menjadi saksi bagaiman dua insan ini gugup dan gagu dengan perasaan mereka sendiri. Mencoba menerka apa mau semesta, namun detik berikutnya semesta masih enggan untuk membuka tabirnya.
***
Tuhan, aku sedang mencoba untuk mencari sedikit celah cahaya disini. Jika nanti memang cahaya itu didalam wanita ayu ini. Mudahkan aku untuk menerima cahaya itu
Aku hanyalah samudra yang terombang-ambing dilautan lepas. Aku menantikan senja sepanjang hari. Namun pada ahirnya aku akan kehilangan pada detik selanjutnya. Setelah itu, angin menertawaiku dan berkata tak sadarkah kau ada yang selalu menetap namun kau malah tetap menanti yang pergi. Aku mendongak keatas, dan senyum langit merekah....
KAMU SEDANG MEMBACA
Willem & Arsy
AdventurePerjalanan membawa dua anak cucu adam bertemu dan menemukan. Willem seorang Belanda yang diminta pergi ke Jogja, Indonesia oleh pamannya Ahmed Arlnod Husen biasa dipanggil pakde arl. Dan Arsy yang melakukan perjalanan karena hatinya dipatahkan oleh...