Willem's pov
Setelah hari itu aku mencoba untuk menjauh dari Arsy. Aku tak mau dia tahu jika aku sepupu orang yang telah menyakiti hatinya. Tapi, bayangan wajahnya, tingkah lakunya seakan enggan untuk hilang. Jujur, aku masih sangat sayang tapi, sepertinya itu sebuah kemustahilan.
Sudah dua bulan setelah kejadian itu. Baik aku maupun Arsy tak ada yang saling mengabari. Tak ada komunikasi antara kami. Apa dia mencari ku? Apa dia tidak merasa kehilangan? Hey Willem sadar diri kau itu siapa, kau bukan siapa-siapa. Mana bisa dia merasa kehilangan mu.
Setelah hari itu juga ibu tak pernah lagi datang kemimpi ku. Menyebut-nyebut wanita pembawa cahaya. Mungkin memang ini hanya mimpi biasa. Tak perlu aku memikirkannya.
*anggap ini percakapan bahasa belanda ya Gaes😉*
"Tuan Willem! Tuan Willem! Hey Willem!!!"
"hah!"
"kau melamunkan apa?"
"ti-tidak melamunkan apa-apa"
"hah! Bohong sekali kamu. Dari tadi aku cerita kau diam saja tidak menanggapi. Saat ku panggil kau tetap diam. Lalu apa jika itu tidak melamun hah!?"
Semua mata tertuju pada kami. Federic memang tak bisa mengontrol mulutnya itu.
"Federic, jangan keras-keras lihat semua orang melihat kita"
"biar saja, ini kan cafe milik mu. Kamu yang punya, kenapa harus takut teriak-teriak"
Tuk "aduh" aku memukul kepala Federic.
"meski ini cafe ku tapi tetap saja cafe, tempat umum. Bukan hutan, jadi jangan teriak-teriak"
"baiklah-baiklah. Jadi apa yang sedang kau pikirkan. Huh"
Sejenak aku diam menatap Federic yang memasang muka keponya.
"dia masih tidak ada kabar Ric. Apa dia sudah melupakan ku?"
"huh! Gadis Indonesia itu? Siapa namanya? Asi? Ehh Ass ass siapa itu-"
"Arsy tuan Federic. A-R-S-Y"
"aahh yaa Arsy. Kau masih menginginkan gadis itu?"
"entahlah. Aku bingung"
"kau memang harus les prifat cinta dengan ku. Kau tahu aku sudah menakhlukkan 20 Artis, 30 model, bahkan aku sekarang sudah punya 5 pacar, 10 selingkuhan, dan-"
"iya iya sudahlah. Aku tau itu, kau memang benar-benar racun wanita. Lalu aku harus bagaimana?"
"jadi kau benar-benar ingin belajar dengan ku, tuan Willem yang terhormat?" Federic menaik turunkan alisnya. Menjijikkan.
Mendengar penjelasan Federic badan ku jadi merinding. Bagaimana bisa pemuda ini mendapatkan begitu banyak wanita. Bahkan, dia tidak lebih tampan dari ku. Apa seharusnya aku mengikuti saran-sarannya? Argghh bisa gila aku.
Arsy's pov
Setiap hari aku melihat WA Willem. Hanya mengecek dia online atau tidak, dan beberapa kali aku melihatnya online tapi tak ada keberanian ku untuk mengechatnya.
Dia bahkan tak lagi mengirimku pesan apapun. Sekedar bertanya kabar, mungkin. Aku mencoba untuk melupakannya.
Kini ayah mengenalkan ku pada Ridwan anak kolega bisnis Ayah. Wajahnya lumayan tampan, beberapa kali aku jalan dengannya. Tapi, rasanya hambar tidak seperti saat aku dengan Willem.
"Arsy? Aray? Hey Arsy!"
"huh?" aku tersontak kaget saat Ridwan membangunkan ku dari lamunan.
"kau sepertinya suka sekali melamun? Kau melamunkan aku? Huh?"
Sungguh PD sekali anda batin ku.
"bagaimana bisa aku melamunkan seseorang yang sekarang sedang duduk bersebelahan dengan ku?" jawab ku ketus.
"ahh ya benar. Lalu kau memikirkan apa? Memikirkan pernikahan kita?"
Sungguh aku muak tuhan!!!
Aku tak menanggapi pertanyaan Ridwan. Mengalihkan pandangan ku kesembarang arah agar Ridwan paham bahwa aku sedang tidak mau membahas apapun tentang kami. Tapi.."tak usah dipikirkan. Aku akan membuat pesta pernikahan kita semewah mungkin. Uang ayah ku terlalu banyak jika hanya untuk membuat pesta pernikahan 3 hari 3 malam"
Tuhan, utus malaikat maut mu untuk mencabut nyawa orang ini. Sekarang!!!
"antar aku pulang. SEKARANG!!"
Aku langsung berdiri dan pergi. Ridwan yang masih mematung beberapa detik juga ahirnya memutuskan untuk beranjak.Didalam mobil hanya terdengar alunan lagu milik Geisha lumpuhkan ingatan ku. Lirik lagu itu benar-benar mewakili perasaan ku saat ini. Perasaan yang ku taruh sepenuhnya pada laki-laki Belanda itu.
"kau tak mau turun?"
Sejak kapan mobil ini sampai."sudah sekitar 3 menit kita sampai. Tapi kau tetap didalam mobil ku. Kau masih ingin bersamaku? Lalu kenapa kau minta pulang?"
Jujur Ridwan memanglah laki-laki yang baik, perhatian, juga sombong. Sepertinya hati ku benar-benar tertutup untuk dia. Tapi, lebih tepatnya hati ku telah penuh dengan Willem.
"terimakasih"
Hanya itu yang ku ucapkan pada Ridwan. Tak ada tawaran untuk mampir, tak ada ucapan hati-hati dijalan. Aku terlampau dingin untuk laki-laki. Setelah hari itu.
"sepertinya kau belum bisa membuka hati, Arsy"
______________________
Sudahlah, hatinya bukan untuk mu. Cintanya tidak ditakdirkan bersamamu. Bukankah memperjuangkan seseorang yang tak menerima itu hanya sebuah kemustahilan?
Berhentilah...Rinai hujan, dan senja sore mu
Aku
KAMU SEDANG MEMBACA
Willem & Arsy
AdventurePerjalanan membawa dua anak cucu adam bertemu dan menemukan. Willem seorang Belanda yang diminta pergi ke Jogja, Indonesia oleh pamannya Ahmed Arlnod Husen biasa dipanggil pakde arl. Dan Arsy yang melakukan perjalanan karena hatinya dipatahkan oleh...