Perjalanan keenam

19 0 0
                                    

•••

"nama ku Willem. Siapa nama mu?"

Aku mencairkan suasana sembari membersihkan luka wanita ini. Wanita dengan paras manis asli gadis Jawa. Wajahnya ayu dengan balutan krudung. Ahhh gadis Indonesia memang punya kharisma tersendiri.

"nama ku Annisa' Arsy Humaira. Panggil saja aku Arsy"

Nama yang indah gumam ku.

"ooh iya Arsy maaf tadi aku berjalan tidak memperhatikan jalan. Ahirnya aku menabrak mu"

"ahh tidak. Aku juga tadi berjalan tidak memperhatikan jalan"

Ahirnya aku selesai membersihkan lukanya.

"sepertinya kamu bukan orang Indonesia. Tapi kau fasih berbahasa Indonesia Willem"

"iya aku orang Belanda. Tapi ibu ku orang Jogja. Kadang ibu berbahasa Indonesia ketika dirumah. Jadi aku sedikit banyak bisa bahasa Indonesia. Dan sekarang aku sedang pulang ke Jogja dirumah paman ku"

"Oo begitu. Ya sudah Willem terimakasih. Aku pulang dulu ya"

"mari aku antar kamu pulang. Tapi aku tidak membawa kendaraan. Apa kamu bawa?"

"tidak Willem. Aku tinggal diapartemen dekat sini"

"baiklah. Aku antarkan kamu pulang keapartemen mu. Siapa tau nanti kamu menabrak orang lagi hehehe"

Dia hanya tersenyum mendengar becanda ku. Ahh manis sekali senyumnya.

•••

Laki-laki Belanda itu membuat ku sejenak lupa dengan masalah ku. Maafkan aku mas Faris jika nanti aku meminta kembali hati ku dan ku beri pada laki-laki lain.

"terimakasih Willem. Maaf aku tidak bisa mengajak mu masuk kedalam soalnya.. " suara ku tertahan.

"ahh tidak masalah Arsy aku faham. Ya sudah aku pulang ya. Selamat malam Arsy" dia pamit dengan senyum yang manis sekali.

"emm Arsy.."
"ya Wil? "
"anu.. Emm boleh aku minta nomer WA mu?"

Setelah aku beri nomer WA, akupun masuk kedalam. Kenapa aku tak pernah merasakan perasaan seperti ini? Ya tentunya selain dengan mas Faris. Atau aku telah dibutakan oleh perasaan ku dengan mas Faris.

Lihatlah, betapa manusia dibutakan dengan perasaan. Cinta terhadap seseorang menutup cinta orang lain terhadapnya. Tak salah jika semesta menegurnya dengan cara menghilangkan orang yang dia cinta. Satu keinginan semesta, manusia harus tau "tak hanya yang ia cinta yang memberi rasa"

Begitulah cinta, dia akan membuat empunya merasa cukup dengan seorang saja. Membutakan hatinya terhadap orang lain.

Aku memutuskan untuk mandi. Kupandangi luka ditelapak tangan ku..

"Willem.." aku merancau sendiri
"astagfirullah Arsyy.. Sadar Arsy ya Allah"

Setelah aku selesai mandi dan memakai pakaian ku. Aku berniat untuk menghubungi Fatimah. Menanyakan apakah ia jadi untuk berangkat esok pagi.

"Asslamualaikum Fat. Sesok sido mangkat ra?" (besok jadi berangkat tidak?)

"..."

"ooo ngono. Dadi koe sore lagi iso rene. Tekan e wengi no?" (ooo gitu jadi sore kamu baru bisa kesini. Sampainya malam dong)

"..."

"oohh yo ra popo. Sesok isuk wae gak popo hehehe" (oohh ya tidak papa. Besok pagu juga ga papa hehehe)

Willem & ArsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang