Perjalanan kesebelas

5 1 0
                                    

***

...segala hal sudah terencana. Bahkan ketidak sengajaan yang kalian lalui itu bagian dari drama semesta. Kau tak bisa mengelak atau bahkan menolak. Sudah takdir tuhan anak adam. Sudah takdir tuhan...



Aku menghindari keramaian itu.
Menghilang sejenak dari pesta saudara ku. Bukan aku tak sopan, tapi sesak ini tak mampu lagi kutopang sendirian.

Disini, aku sedang mencoba menelaah puzel-puzel dunia. Mencoba menerima semua hal yang sedang terjadi. Namun lagi-lagi aku tak bisa terkendali.

Arsy, kenapa harus kamu. Kenapa harus kamu gadis ku. Kenapa?

Sekarang boleh aku yang protes dengan semesta tentang kita. Aku ingin protes kenapa semesta memberi ku rasa sedemikian rupa. Menerima kamu jauh dilubuk hati ku. Namun, dalam sekejap mata semesta meluluh lantahkan perasaan ku. Memporak porandakan masa depan yang ku angan-angan kan bersama mu.

Sudah cukup tuhan. Cukup ibuku yang kau ambil, jangan kau tambah gadis ku. Kau ingin aku mendapat cahaya, tapi dalam sekejap cahaya itu ahirnya kau ambil juga.

Apa mau mu tuhan?! Argh

.....bukan salah siapa kau mendapat cerita ini. Kami hanya ingin kau dipatahkan karena setelah itu kau akan dikuatkan. Mengenai gadis mu, percayalah tuhan telah siapkan....

***

...Angin, tak kasian kah kau dengan wanita itu. Dia telah memikul beban patah yang terus bertambah. Hatinya kembali berduka, kekasihnya tak kunjung datang jua...

...Kekasih, jangan kau pikir aku tak sedih. Akupun ingin untuk memprotes tuhan yang maha pengasih. Kenapa DIA memberi beban terlampau lebih. Tapi kita pun tak pernah tahu kehendak yang maha kasih. Cukup kita disini, memperhatikan, dan mengerjakan perintah tuhan...

Suhu badan ku semakin tinggi. Pikiran ku sudah melayang tak ada arti. Hanya riuh yang ku dengar tiada henti. Mungkin aku tak ada didunia lagi.

Dalam pejam ku merapal doa. Hati ku terus menyebut asma-NYA. Kuharap ini belum ahir kupunya usia. Aku belum mengucap selamat tinggal pada dia.

Apakah kau berada ditengah-tengah kerumunan ini Willem ku. Apa kau tahu jika ternyata mas Faris adalah saudara mu. Mas Faris yang kuceritakan padamu bagaimana kami bertemu hingga ahirnya tuhan tak ingin kami bersatu.

Ku harap kau tak melihat itu. Aku tak mau menambah beban mu. Aku ingin kau mengenal ku sebagai Arsy yang kuat, yang menyediakan peluk terhangat, dan juga senyum yang ku terukir hebat.

Jangan kau marah ya, sayang ku.  Aku tadi sekilas melihat mu. Ingin kuteriaki nama mu untuk menjadi peluk penguatku. Tapi, sepertinya kau terlalu terburu-buru untuk pergi dari hadapan ku. Mata ku terlalu sayu tapi aku yakin kalau itu kamu.

Bolehkah aku jujur tentang mu, sayang ku. Kamu terlihat gagah dengan baju batik coklat dipadu celana hitam panjang. Mata coklat, sedikit kumis, dan wajah tegas. Aku benar-benar sangat mengagumi mu malam itu. Harusnya aku menerima tawaran mu kala kau ajak kepesta saudara mu yang ternyata adalah mantan kekasih ku.

Tapi, Fatimah terburu-buru menarik tangan ku. Dia tak mau aku terus menangis tersedu-sedu. Dia sangat tahu jika hatiku sedang sangat pilu. Tubuh ku juga tak mampu menolak tarikan tangan itu. Ahirnya ku pasrah untuk terus melajukan langkah ku.

Hingga ahirnya...

Brukk

Badan ku terkulai didepan hotel itu. Mata ku masih sedikit terbuka hanya untuk memastikan semuanya. Kuharap, ini belum ahir cerita kita.






________________

Semesta raya, bolehkah kau memberi sedikit waktu untuk mereka
Tolong, jangan ahirkan dulu dramanya
Aku masih belum siap untuk menerima kekalahan rasa yang ada dalam dada
Beri sedikit waktu lagi, setidaknya hingga mereka tahu tentang rasa ini

Dari ku....

Udara kala itu

Willem & ArsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang