O4. Made in the A.M

767 155 20
                                    

Mungkin inilah alasan mengapa aku tetap mengharapkannya sekalipun sebuah peringatan besar menantiku di depan sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin inilah alasan mengapa aku tetap mengharapkannya sekalipun sebuah peringatan besar menantiku di depan sana.

“Dia bisa menjaga dirinya sendiri!” Dari luar aku mendengar suara Chanyeol menggema.

“Bisakah jangan egois di situasi seperti ini? Sehun sahabatku dan kau adalah orang baru! Berhenti mengatur berlebihan!” Suara Yoona juga tak kalah keras membalas emosi Chanyeol yang berlebihan.

Aku tidak bisa berbuat banyak selain berbaring tenang di atas kasur. Kata dokter aku kelelahan karena terus memaksakan diri bekerja. Aku melakukan ini hanya untuk melupakan dunia yang sedang aku hadapi. Aku belum siap mengingat bagaimana status dia ke depan.

“Aku tunanganmu, kau ingat?” Chanyeol tertawa nyaring, “Apa perlu aku menciummu agar kau ingat sisa rasa di pertunangan kita kemarin?”

Sialan!

Tenggorokanku panas. Aku ingin sekali menghajar wajah bajingan itu. Ternyata dibalik sifat manisnya dia memiliki sifat keras kepala tiada tara. Andai saja aku bisa bangkit, aku pastikan dia sekarat di tanganku.

“Pergi dari sini! Aku membencimu!”

Aku mendengar suara orang yang diseret lalu digantikan dengan suara pintu yang tertutup dengan keras. Tak lama kemudian, Yoona datang dengan mata yang memerah.

“Maafkan aku. Chanyeol benar, aku bisa menjaga diri sendiri.” Ucapku tak enak hati.

Dia menggeleng, lalu duduk disamping ranjangku. Ia menggenggam tanganku sambil terus menatapku sendu.

“Sejauh apapun aku pergi nantinya. Kau harus percaya bahwa kau masih menjadi prioritasku.”

Aku terdiam sesaat, hatiku berdegup kencang. Walaupun kata-kata ini sering Yoona ucapkan ketika kita masih berumur belasan tapi entah mengapa malam ini terasa berbeda.

“Perkara Chanyeol, aku rasa ini hanyalah tantangan sebagian orang sebelum menikah. Jadi, jangan terlalu pikirkan perdebatanku tadi,” Ia tersenyum tipis berusaha membuatku percaya, “Aku yakin besok kami akan kembali seperti semula. Dia hanya cemburu.”

Aku meringis dalam hati.

Ternyata dia juga bisa peka?

Tapi, kenapa jika berhadapan denganku ia malah selalu menjadikanku bahan untuk membuktikan bahwa asas pertemanan lelaki dan perempuan itu ada?

Aku juga ingin di pandang sebagaimana ia memandang Chanyeol.

Cara apalagi yang harus aku tunjukkan?

“Melihatmu lemah seperti ini membuatku teringat bagaimana kau menangis dua jam setelah jatuh dari pohon jeruk.”

Sialan!

“Jangan mengungkit hal memalukan. Waktu itu aku hanya terlalu terkejut saat jatuh.” Ucapku membela diri.

Dia terlihat sebal walaupun pada akhirnya dia tertawa kecil.

“Bagaimana dengan kasus anak perempuan yang mengadu padaku saat anak lelaki berani mengintip roknya saat sekolah dulu?”

“Oh Sehun!”

Kini giliran aku tertawa. Rasanya sangat lucu saat mengingatnya menangis sambil memelukku dengan erat. Ia mengadu tentang anak kelas sebelah yang berusaha mengintipnya saat berada di toilet. Hal ini yang sering kali membuatnya trauma dan menyuruhku untuk menjaganya dari luar ketika masuk toilet.

“Aku jadi ingat bagaimana lelaki dingin membuang kado pemberian primadona sekolah.” Oke, dia menyinggungku lagi.

“Aku hanya benci caranya mengungkapkan perasaan.” Balasku.

Dia berdiri mengganti kompres di dahiku lalu kembali dan memasangnya kembali. Obrolan kami berlanjut.

“Aku benar-benar penasaran siapa wanita yang bisa menaklukkan hatimu?” Tanyanya tiba-tiba.

Aku terdiam sejenak sebelum mengulum senyum, “Dia cantik dan kau akan terkejut jika mengetahui siapa orangnya.”

“Dimana kalian bertemu? Teman kantor atau mungkin anak magang?”

Aku menatapnya curiga, mataku seolah-olah berjalan untuk mengejeknya.

“Aku curiga kau takut jika gadis itu mengambil aku sepenuhnya dan melupakanmu, contohnya?”

Yoona menghela nafas, dia terdiam. Matanya sibuk mengamati tanganku yang kini tengah ia pijat.

“Aku hanya takut kau jatuh pada orang yang salah. Kau terlalu baik.”

Dari dulu, andai dia tahu... aku sudah jatuh pada orang yang salah. Mereka telah bertunangan dua hari yang lalu, menjadi penyebab utama mengapa aku menyiksa diri hanya karena ingin melupakan walaupun pada akhirnya usahaku hancur ketika dia berdiri di depan pintu kamarku.

“Kalau aku terlalu baik. Kenapa kau tidak menikah denganku saja? Walaupun menyebalkan setidaknya akulah yang paling mengertimu.”

Dia memijitku dengan keras hingga aku menjerit tak sadar.

“Beda lagi ceritanya, Oh Sehun! Aku tidak mau menikah dengan sahabatku sendiri.”

“Kenapa?”

“Rahasia.”

Lihatlah, dia menyebalkan!

Di lain sisi dia selalu memberiku kehangatan walaupun pada akhirnya ia selalu mematahkan harapanku agar ia takluk. Andai saja waktu bisa berhenti di detik ini juga, pasti aku meminta semesta untuk melakukannya. Aku benar-benar belum siap waktu berharga ini hilang. Pada akhirnya pun aku pasti akan kembali ke kenyataan dimana hari esok, gadis yang aku tatap sekarang kembali ke pelukan Tunangannya.

“Yoona...”

“Hm?”

“Bisakah kau menetap hingga pagi?”

“Bisakah kau menetap hingga pagi?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
fools gold | yoona sehun. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang