O2. Night Changes

1K 164 15
                                    

Aku terlalu larut dalam kesedihan hingga rasanya mataku mengering, ia tak sanggup lagi mengeluarkan air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terlalu larut dalam kesedihan hingga rasanya mataku mengering, ia tak sanggup lagi mengeluarkan air mata.

Semua kerabat bahkan orang yang datang menatapku tak habis pikir. Biasanya jika orang-orang kehilangan Ayahnya dia akan menangis hingga matanya membengkak tapi aku berbeda. Aku hanya terdiam sambil terus menatap figura fotonya.

Mereka menganggapku tak punya perasaan bahkan menganggapku merasa senang karena tidak lagi mengawasi Ayahku yang tengah koma berbulan-bulan. Mereka salah, semua air mataku telah habis kemarin—terkuras dengan skenario yang Tuhan ciptakan untuk si lelaki menyedihkan.

"Sehun-ah!"

Aku terdiam saat merasakan pelukannya yang kencang. Aku mendengarnya meraung menangis sambil terus mengelus pundakku.

Aku selalu saja seperti mati rasa, tak berkedip—aku selalu menatap foto Ayah yang tengah tersenyum dengan Tuxedo kebanggaannya.

"Sehun-ah! Berhenti menjadi seperti orang yang tak bernyawa! Kami semua disini!" Lagi-lagi ucapannya terdengar jelas di telingaku.

Aku cukup trauma dengan kematian. Aku merasa takut akan kesepian. Awalnya kupikir jika Yoona menghilang dalam hidupku, setidaknya masih ada Ayah yang menjadi tempat bersandarku untuk menceritakan kepedihan-kepedihan lama yang aku pendam sejak menyukai gadis yang memelukku sekarang ini.

Perlahan pelukan kami terlepas digantikan dia yang menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Saat mata kami bertemu perlahan tetesan bening meluncur begitu saja. Seolah telaga disana yang telah mengering kini mendapatkan sumber airnya.

"Ayah, dia telah pergi...." Lirihku.

Aku mendapatkan pelukan untuk kedua kalinya. Aku meraung sambil terus mengeratkan pelukan.

-

Semenjak kepergian Ayah semuanya berubah. Aku yang dulunya senang bermain golf kini menyumbangkan semua peralatanku kepada orang lain. Aku berusaha membuang semua kenangan yang membuatku sakit, ketika menginjak lapangan golf aku bisa merasakan seolah Ayahku berteriak untuk mengajakku bermain.

Oh Sehun benar-benar berubah, Ayah.

Tentunya dia juga berubah.

Aku selalu menatapnya dibalik jendela rumah. Beberapa hari belakangan ia sering diantar jemput oleh Chanyeol, calon suaminya. Berawal dari kecupan di kening lalu berakhir dengan ciuman manis di bibir yang membuatku terbakar setengah mati.

Yoona benar-benar berubah.

Dulu dia sangat membenci dengan warna baju yang cerah. Sekarang dia senang memakai baju berwarna merah yang tentunya selalu saja memberi kesan dewasa dan menggoda. Dia juga sudah pintar untuk memoles wajahnya sehingga kepolosan wajah yang selalu menjadi tatapan favoritku telah menghilang.

Ketika muda dulu aku selalu berpikir bahwa dia akan tetap sama seperti yang aku kenal sebelumnya. Tapi, seolah waktu menarikku untuk menyadari kenyataan bahwa kami telah berbeda.

Aku melihat Yoona melambaikan tangan lalu berjalan dengan penuh riang ke arahku. Aku menyibakkan tirai jendela lalu berpura-pura sibuk membaca koran.

“Sehun! Kau harus melihat ini!"

Dia datang sambil membuka barang belanjaannya. Dia terlihat berusaha memasang gaun yang baru saja dibelinya. Aku tebak, pasti si tiang itu yang memberinya hadiah.

"Mau pamer padaku?" Kataku malas.

Dia terkekeh kecil, "Sepertinya. Tapi, menurutmu apa ini cocok untuk dinner kami besok?"

"Jelek." Komentarku.

Dia mendengus, "Bilang saja kau iri karena belum mendapatkan pasangan untuk berkencan?"

Iya! Aku iri!

That should be me!

Aku menghela nafas sambil mengatur skenarioku untuk membuat adegan ini terlihat tidak begitu menyedihkan.

"Aku bahkan sudah berkencan semalam. Jadi, untuk apa iri padamu?"

Dia memicingkan mata, menaruh gaunnya di dekat sofa.

"Siapa gadis itu?"

"Bukan urusanmu."

Apa dia cemburu? Hahaha, lucu sekali.

Aku melihat matanya berbinar, ia memegang pundakku lalu menggoyangkannya dengan bersemangat.

"Akhirnya kau punya kekasih! Kenapa baru bilang sekarang?!" Dia terlihat mengibaskan tangannya dibagian bawah matanya, "Aku terharu. Sungguh!"

Sehun, hal apalagi yang kau harapkan darinya?

Dia bahkan bahagia walau kau menyebutkan kekasih bayanganmu.

Bodoh!

Bodoh!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
fools gold | yoona sehun. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang