Aku baru selesai meeting jam empat sore dan tentunya Seulgi akan segera datang ke rumah. Terkadang aku merasa geli, kami sangat lucu seperti seorang pasangan sungguhan. Terlalu muda rasanya merasakan seolah memiliki istri disaat aku masih melajang.
Aku memarkirkan mobil dan keluar dengan senyum merekah. Entahlah, semenjak pengakuan malam itu—aku serius dengan ucapanku. Aku berusaha berlaku sebagaimana Seulgi memperlakukanku. Dia selalu memberiku cinta dan aku tentunya harus membalasnya dengan sepadan.
“Cinta!”
Oh Tuhan, haruskah aku terlibat lagi dalam keluarganya?
Ibu Yoona melambai dari arah seberang. Aku tidak punya pilihan lain selain mendekat ke arahnya. Lagipula ini hanya masalah kecil, hanya menemui Ibunya bukan anaknya yang dulunya mencampakkan perasaanku.
“Apa kau bisa memperbaiki pompa air? Ayah Yoona sedang di luar kota dan aku buru-buru ingin ke rumah Ibuku,”
Aku mengangguk, aku memang tahu memperbaiki pompa air. Dan memang seharusnya lelaki harus tahu segalanya bukan?
“Aku tahu.”
Ibu Yoona tersenyum, ia mengelus punggungku lalu mengiringku masuk ke dalam rumahnya.
Oh betapa aku merindukan rumah ini. Sudah lama sekali aku tidak melihat foto masa kecil Yoona yang terpasang rapi di dinding. Pengharum ruangan ini masih sama seperti saat kami berusia belasan. Aku melirik ke arah ruang tengah dimana dulu sering kami jadikan sebagai tempat favorite. Yoona yang terkadang mendekatkan kepalanya ketika aku sedang menjelaskan teori yang tidak ia mengerti.
“Kebetulan sekali ada Yoona disini. Jadi, cinta...aku tinggal sebentar oke? Kau bisa memanggil Yoona jika kau membutuhkan sesuatu,” Wanita paruh baya itu menunjuk kamar di ujung sana, “Kau masih ingat kamar Yoona, kan?”
“Tentu.”
“Baiklah, aku tinggal ya cinta? Terima kasih.”
Wanita itu pergi meninggalkanku dengan perasaan yang berkecamuk. Sudah dua hari aku bisa tanpa Yoona tapi mengapa seolah semesta selalu saja berusaha membuatku tersiksa?
Memang benar Seulgi sudah ada. Tapi, lelaki mana yang mudah melupakan cinta pertamanya? Terkadang aku masih sering memikirkannya ketika aku ingin tidur tapi beberapa saat semuanya tertepis lagi saat pesan ucapan selamat malam Seulgi datang.
Aku meletakkan tas kerjaku di atas meja, membuka jas abu-abu milikku dan menaruhnya di atas sofa. Aku mulai melakukan aktivitasku, memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki.
Aku selalu berharap pekerjaan ini selesai sebelum gadis itu menampakkan dirinya. Tapi, aku rasa sampai saat ini tanda-tanda dia akan datang belum juga ada. Jadi, aku merasa sedikit aman.
“Untuk apa kau di rumahku?”
Sial!
Mengapa suara itu ada?
Dan apa ia buta?
Aku sedang memperbaiki pompamu sialan!
“Aku rasa ini waktu yang pas untuk berduaan dengan kekasih barumu.”
Aku masih diam. Biarkan suara bising perbaikan pompa yang menjawab semua pertanyaan Yoona. Sekalipun aku menjawab aku akan tahu jawabannya; ia akan selalu menang.
“Peningkatan yang besar Oh Sehun. Mengabaikan orang lain hanya untuk menjaga perasaan orang baru?”
Apa maksudnya?
Aku menaruh alat dan langsung berdiri—mendekat ke arahnya. Dia terlihat tertawa kecil sambil melayangkan tatapan tajamnya padaku. Setahuku ia yang duluan memulai peperangan ini tapi mengapa matanya berkata seolah aku yang memulainya lebih dulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
fools gold | yoona sehun.
Short Storyi'm like a crow on a wire. you're the shining distraction that makes me fly. i don't regret, falling for you. - started : 14/05/20 finish : 23/05/20 - #2 in exoshidae #2 in yoonyeol (22/08/20)