07

1.2K 135 20
                                    

Terkadang Jimin berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Ia merasa bahwa tak ada gunanya jika ia hidup. Mengingat bahwa orang tua kandungnya sudah tak ada digantikan oleh ibu dan saudara baru yang terlihat tak menginginkannya, Jimin hampir kehilangan tujuan hidupnya.

Sudah banyak kali Jimin melakukan percobaan bunuh diri, tetapi itu selalu terhenti di tengah jalan. Jimin tak mengerti. Karena begitu pikiran untuk mengakhiri hidupnya melintas di otaknya, sekelabat memori tentang kehidupannya yang dulu kembali berputar. Bak kaset rusak, ia dapat melihat kehidupannya yang dulu, ungkapan sayang dan kata-kata semangat yang selalu dilontarkan kepadanya dapat menghentikan pemikiran bodohnya itu.

Dan sekarang hal itu kembali terulang. Dimulai dari ia yang terlambat pulang, kemudian bertemu dengan sang ibu tiri yang kembali memarahinya. Hukuman yang ia dapatkan bukan lagi tak boleh makan. Ia dipukuli oleh ibu tirinya itu, juga cambukan yang ia terima di punggung mungilnya dan kata-kata menyakitkan menusuk hati. Ia juga tak dapat menikmati makan malam karena itu juga termasuk hukumannya.

Si mungil Park itu meringkuk di pojokan kamarnya. Jika kau melihat lebih jelas, sebuah silet berada tak jauh darinya. Bukan! Jimin tak sempat melukai dirinya sendiri karena sudah kubilang sesuatu menghentikan pemikiran bodohnya. Ia menangis dalam diam, merasai sengatan menyakitkan di punggungnya. Perutnya juga mengeluh lapar dan wajahnya babak belur. Dalam hati ia merutuki kehidupannya, ketidakberdayaannya, juga mengapa ia terlahir menjadi seorang yang begitu lemah?

Ia ingin berubah. Menjadi seorang yang kuat tetapi ia hanya sendiri. Tak seorangpun yang menyemangatinya, menjadi tempat bersandar untuknya, menjadi tempat berkeluh-kesah atas masalahnya. Kalau begini, bagaimana ia bisa berubah?

Gemuruh petir bersahutan malam itu, menemani Jimin yang semakin terisak menyedihkan. Hujan di luar sana terdengar begitu lebat, seperti menggambarkan suasana hatinya yang tak keruan. Ia tak pindah, tak bergerak walau rasa dingin menusuk tulangnya, juga titik-titik air yang masuk membasahi ruangan itu. Jimin memang sengaja membuka jendela loteng rumahnya. Ia ingin melihat bulan, tetapi sayang hujan menguasai malam itu membuatnya hanya bisa meringkuk ketakutan.

Kau tahu mengapa Jimin begitu takut? Mentalnya terganggu.

Dalam tangisannya itu ia mengeluh. Ia seorang lelaki tetapi mengapa ia merasa begitu kecil dan lemah. Ia mengingat-ingat kembali alur kehidupannya, mencoba mengingat bagian mana kesalahannya hingga ia begitu tersiksa sekarang. Mencoba mengingat kembali sekiranya hal yang tak benar yang pernah ia lakukan dulu hingga kehidupannya berubah bak di neraka.

Hujan semakin deras dengan petir yang semakin bersahutan, seperti menjawab suara hati kecil milik Jimin. Menjawab bahwa ia tak boleh menyerah. Menjawab bahwa masih ada yang bersedia untuk berjuang bersamanya.

Diam-diam, Jimin merapalkan satu nama di hatinya.

***

Suasana malam itu begitu pekat, hujan semakin deras dan tak ada keinginan untuk berhenti. Di ruangan itu, Taehyung berdiri. Ia merokok sembari melihat keluar. Menikmati hujan tak mempedulikan suhu udara yang di bawah rata-rata. Dalam keheningannya, ia memejamkan mata. Mencoba mengingat kembali perlakuannya yang berubah. Yang sangat ia yakini menimbulkan pertanyaan di pemuda mungil itu.

Namun ia bisa apa? Dirinya terlampau gembira dan tak bisa untuk tidak meluapkannya. Setelah kematian ibunya, Taehyung merasa bahwa ini adalah pertama kalinya ia tersenyum] tanpa paksaan tentunya. Euphoria yang merebak di dadanya tak bisa ia tahan lagi. Membuatnya tersenyum lebar mengingat bagaimana wajah Park Jimin tadi. Dia begitu mungil dan cantik dari segala sisi. Membuatnya terpesona dan menyesal karena tidak lebih cepat menyadari.

Pemuda Kim tampaknya tak tahu bahwa sang ayah sudah berada di belakangnya. Duduk menekuk kaki dan menatapnya dalam pandangan bertanya. Hingga sebuah deheman sang ayah membuatnya menengok ke belakang. Menatap sang ayah begitu tajam, namun jika kau menelisik, sebuah pancaran kelembutan berada di dalamnya. Dan Tuan Kim mengetahuinya.

Ma Queen (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang