Suasana di kafetaria masih sepi. Tidak ada yang berani berbicara, hanya terdengar isakan Jimin yang belum terhenti sembari memegang tangan Baekhyun putus asa.
Dua orang itu masih bertatapan tajam. Teman-teman Baekhyun pun tak ada yang berani berbicara.
"Lepas!"
Semua orang menahan napasnya ketika suara datar dan dingin namun berat itu keluar dari belah bibir seseorang yang masih setia menahan tangan Baekhyun. Membuat Baekhyun yang sedari tadi diam mengangkat sebelah alisnya
"Kau mau jalang ini?" tanyanya sembari memperkuat cengkeramannya pada rambut Jimin. Membuat Jimin memekik kesakitan.
Tak ayal jika perbuatannya itu membuat seseorang itu menggeretakkan giginya menahan marah.
Bugh
Sret
Secepat kilat, ia memukul wajah Baekhyun kemudian menarik Jimin ke pelukannya. Perbuatannya itu membuat teman-teman Baekhyun marah dan akan berkelahi jika saja Baekhyun tak menahan mereka. Orang-orang mulai berkumpul menyaksikan mereka. Satu yang membuat kesal adalah, mengapa tak ada satu orangpun yang memanggil guru mereka?!
"Well, seorang ice prince membela jalang ini? Apa yang kau pikirkan, Taehyung-ssi hingga berani memukul seniormu?"
Pertanyaannya membuat Taehyung menyeringai. Sebelah tangannya memeluk tubuh mungil Jimin yang masih bergetar. Kemudian tangan yang lain membelai rambutnya bermaksud menenangkan si mungil Park yang masih terisak itu.
"Kau tidak tahu posisimu yang sebenarnya eoh, Baekhyun-ssi? Jangan membuatku mengatakannya di sini, sunbae,"
"Kau?!"
Baekhyun berteriak marah. Nafasnya memburu menahan diri agar tidak menyerang Taehyung yang kini menyeringai di hadapannya.
"Kau mau kami menyerangnya, Baekhyun?" tanya seorang teman Baekhyun, Luhan.
Taehyung yang mendengarnya menatap Luhan datar. Ia menaikkan sebelah alisnya seakan menantang "The Queens".
"Aku tak ada urusan dengan kalian," ujar Taehyung sembari membawa Jimin pergi bersamanya. Ia mengabaikan bisikan orang-orang di sekitarnya. Tak tahu saja bahwa perbuatannya itu malah akan membawa petaka bagi Jimin nantinya.
Baekhyun masih di sana. Ia menatap tajam ke arah Taehyung yang berjalan semakin menjauh. Mengabaikan teman-temannya yang bertanya kepadanya. Juga kerumunan itu yang semakin memudar
***
Jimin masih sesenggukan walaupun dirinya sudah berhenti menangis. Ia berada di uks guna mengobati lebam di perutnya. Kedua matanya membengkak karena terlalu banyak menangis. Sesekali ringisan keluar dari belah bibirnya ketika rasa nyeri datang di perutnya.
"Te-terima kasih ..., T-Taehyung-ssi," ujar Jimin lirih. Ia begitu gugup melihat Taehyung yang menatapnya intens. Namun ia juga senang karena masih ada orang lain yang mempedulikannya.
Suasana di ruang uks itu terasa canggung. Jimin tak tahu harus mengatakan apalagi kepada Taehyung yang masih tak berbicara. Pemuda Kim itu sedang duduk di kursi uks sembari menatap Jimin seakan menilai. Membuat Jimin merasa begitu malu dan tidak enak.
"Ma-maaf... "
"Jangan meminta maaf!" potong Taehyung sembari bangkit dari duduknya. Ia keluar dari ruang uks setelah sebelumnya melihat Jimin yang sedang menunduk sekilas.
Jimin tidak tahu harus berbuat apa. Baru kali ini ada seseorang yang mau menolongnya. Walaupun ia tak menyangka bahwa orang yang menolongnya adalah Kim Taehyung, seorang lelaki tampan yang masuk di jajaran pangeran sekolah dengan julukan "Ice Prince" yang juga termasuk teman sekelasnya. Sosok dingin yang digilai para wanita dan lelaki kaum bawah di sekolahnya. Sosok yang juga sering mem-bully dan menyalahi aturan sekolah walaupun tak pernah sekalipun Taehyung mem-bully dirinya.