22. Bubur

458 52 3
                                    

“Jangan lupa Voment-nya”

Sudah dua jam lebih Jeongin menemani Hyunjin di rumah sakit, selama itu pula Jeongin tak hentinya terisak. Padahal Hyunjin sudah berusaha menenangkan Jeongin, sampai dirinya kelelahan dan kembali pingsan. Jeongin tentu saja semakin sedih, dia mungkin akan berhenti menangis dan tak akan takut jika tumor Hyunjin berhasil di angkat.

Omong-omong Jeongin belum mengabari kedua orang tuanya, ada perasaan sedikit takut menjalari hatinya.

"Eungh.. Jeongin?"

Jeongin sontak terburu-buru menghapus bulir-bulir bening yang akan kembali lolos dari kedua matanya, serta kedua pipinya yang mulai berisi itu. Jeongin tak mau menangis di hadapan Hyunjin lagi, sebab Jeongin tak mau membuat Hyunjin juga merasa sedih atau pun menambah beban pikirannya dan berakhir pingsan kembali.

"Kau masih menangis?"

Jeongin menggeleng, memberikan senyuman termanisnya. senyuman Jeongin itu menular membuat Hyunjin ikut menarik kedua sudut bibir pucatnya.

"Jangan terlalu takut dengan penyakit hyung ini, hyung akan baik-baik saja"

"Baik-baik apanya! Itu penyakit berbahaya hyung! Hyu-"

Kalimat Jeongin terhenti begitu saja kala pintu ruang rawat Hyunjin terbuka menampilkan Papa Hwang, mommy, Minho, Jisung, Changbin juga Felix dan Seungmin.

Bisa Jeongin dan Hyunjin lihat dengan jelas Mommy sudah berurai air mata, sedangkan Papa Hwang hanya memasang tampang biasa walau dalam hatinya ia juga merasa khawatir sekaligus sedih sebab anak tunggalnya juga terkena penyakit berbahaya.

"Hyunjin.. hiks, apa yang di katakan manajermu itu benar adanya?" tanya nommy seraya membelai wajah pucat Hyunjin, dan Hyunjin hanya membalasnya dengan sebuah anggukan singkat dan seulas senyuman tipis.

"Kau tau mommy khawatir sekali mendengarnya..."

"Aku tak apa mom, aku-"

"Itu penyakit berbahaya Jin!"

Jeongin yang beberapa menit yang lalu baru saja berhenti menangis, kini kembali menangis, entah kenapa air matanya selalu saja ingin keluar dari matanya ketika dirinya melihat Hyunjin yang terbaring lemah saat ini.

"Mom, Jeongin. Berhenti menangis, okay?. Aku akan sembuh nanti, dan kurasa ini adalah balasan sebab aku telah berbuat banyak kesalahan pada Jeongin" seru Hyunjin masih memasang senyuman manisnya sembari menatap langit-langit kamar ruang rawatnya. Hal itu tentu saja membuat Jeongin dan ibunya semakin terisak, bahkan Jisung, Felix dan Seungmin ikutan menangis menyaksikan adegan haru di depan mereka saat ini.

-🌿🌿🌿-


Jeongin sudah berhenti menangis, sebab tumor Hyunjin telah di angkat tiga jam yang lalu. Tadi setelah pengangkatan tumor Hyunjin selesai, Jeongin di perintahkan pulang ke rumah oleh mommy. Awalnya Jeongin menolak sebab ia ingin menemui Hyunjin ketika tersadar nanti, tetapi setelah dirinya di paksa oleh Mommy dan juga hari sudah larut malam jadinya Jeongin mengalah dan pulang ke rumah.

Jeongin sampai di rumahnya ketika jam telah menunjukan pukul sepuluh malam lewat lima belas menit, yang dia dapati tentu saja sepi sebab Bibi Jung pastilah sudah tertidur di jam seperti itu.

Hardness « Hyunjeong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang