Happy Ending?

4.9K 115 6
                                    

Kami sampai ke mansion milik Kiara, meskipun ada beberapa kendala, yaitu Kiara yang tidak bisa menahan dirinya dijalan dan jadi aku harus dipindahkan oleh Pak D, tapi kami sampai.

Aku langsung diseret masuk ke kamar dan dilempar ke kasur. Dia langsung melompat ke atasku seperti seekor hewan, “sekarang kau tidak punya alasan untuk menghindar lagi,” katanya tersenyum lebar dan dengan nafas berat.

“Um, tapi sebelum itu...bisa kau dengarkan aku dulu?” ini mungkin agak kurang tepat, tapi aku harus mengatakannya sekarang, sebelum aku kehilangan nyawaku.

“Hmm, Apa~itu? Katakan saja.”

“Sebenarnya sejak pertama kita bertemu di SMP dulu aku...sebenarnya sangat mengagumimu. Kau pintar dan sangat berbakat, bagiku kau nomor satu,” kataku mencoba menutup wajahku malu. “Aku tau mereka mengganggumu untuk mendapatkan uangmu dan aku...tidak bisa menerimanya. Dan setelah kejadian “itu” kurasa itu pertama kalinya. . .aku menyukaimu.”

Mendengarnya Kiara terlihat terkejut dan dia terlihat sangat shock.

“Kiara...Kiara!” panggilku, agak khawatir karena dia terus diam.

Dia melompat dari kasur dan berlari ke lemari, mengacak-acaknya seperti mencari sesuatu. Dia berhenti dan berbalik menghadapku, menatapku dengan senyuman lebar.
Dia menunjukkan sebuah tali dan menarik kedua ujungnya, mengeluarkan suara pecutan. “Kenapa orang sepertimu bisa ada di dunia?” dia menerjangku sampai kami berdua jatuh dari kasur.

Aku susah payah melepaskan diriku dari Kiara yang terus mencoba mengikat pergelangan tanganku. Aku terus meronta-ronta, tapi pada akhirnya pergelanganku diikat dan mulutku diikat dengan sapu tangannya. Dia melempar ujung tali satunya ke penjaga kayu di atas kasurnya. Dia melompat ke atas kasur sambil menarik talinya dengan berat badannya. Talinya menarik tanganku, menggantungku diatas kasur, dengan tanganku diangkat.

“Mfffn!” aku mencoba berteriak, memintanya berhenti.

“Shhh,” katanya menempelkan jarinya diantara bibirku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Shhh,” katanya menempelkan jarinya diantara bibirku. “Jika kau berkata jujur padaku, berarti...kita memang sudah dipastikan bersama.”

Dia mulai menjilati dan menggigiti leherku, aku bisa merasakan nafasnya yang berat di leherku, memberikan rasa geli. Tangannya mulai bergerak ke bagian bawahku dan dia mulai meremas-remas selangkanganku. Aku merasakan rasa sakit dan kenikmatan dari leher dan “alatku” membuat air liurku keluar.

“Mffft hffft,” desahku yang tertahan sapu tangan Kiara.

Dia menjilati air liurku yang keluar dan menjulurkan lidahnya, mencoba menembus saputangannya kedalam mulutku. Dia melepas saputangannya dari mulutku dan langsung menciumiku, lidahnya seperti menjalar masuk kedalam mulutku.

“Hah...Kiara...hah-hah...kumohon tunggu sebentar,” kataku mencoba menghentikannya.

“Itu tidak akan berguna, apapun yang kau ingin kau katakan itu sudah tidak berguna lagi. Kau hanya perlu menerima cintaku...dan aku akan memberikanmu yang banyak,” Kiara kembali menciumiku.

Dia melepas kancing kemejaku dan menurunkan celanaku sampai pergelangan kaki, membuka alatku yang sudah berdiri kepadanya. Kiara duduk di atasnya, sedikit membetulkan posisi.

“Kiara, a-aku belum siap-”

Dia langsung memasukkannya tanpa ragu, “ups, maaf tak sengaja,”(bohong) katanya sambil tersenyum lebar di depan wajahku.

Kiara mulai mengayunkan pinggangnya naik turun, membuat kami berdua mendesah-desah. Tapi entah kenapa, kali ini rasanya berbeda dari yang sebelumnya. Kali ini terasa lebih...enak, sensasinya jauh lebih memuaskan, bahkan lebih dari efek obat yang dia gunakan. Kenapa bisa senikmat ini? Dan bahkan, sepertinya Kiara juga terlihat lebih menikmatinya.

“Haah...haah, Ki-Kiara aku-aku akan-”

“Ya...berikan padaku! Berikan semuanya padaku sayang.”

Dia memutarku, membuatku yang diatas dan menyilangkan kakinya ke pinggangku, menggantungkan dirinya kepadaku. Aku menahan  tubuhku agar tidak menindihnya, selagi dia terus mengayunkan pinggangnya naik turun.

Kami sudah tidak tahan lagi dan akhirnya keluar bersamaan. Kiara teriak karena orgasme dan memelukku sangat erat, kali ini aku tidak pingsan lagi, mungkin karena tubuhku sudah lebih terbiasa. Tapi aku masih tetap kewalahan dan terengah-engah.

Setelah mengambil nafas sedikit, Kiara melihatku sambil tersenyum, “kau siap untuk melakukannya lagi?”

Aku masih sangat lelah, sampai aku tidak bisa menjawabnya. Melihatku dia tau bahwa aku hanya akan pingsan jika kami melakukannya lagi.

Dia tersenyum dan meraba pipiku, “oh Nicko-ku sayang, kau memang malaikatku yang datang dari surga,” dia melepaskan talinya, menjatuhkan tubuhku ke kasur. Kiara memelukku dengan erat tapi kali ini aku bisa merasakan rasa cinta yang luar biasa.

“Aku sangat bahagia,” katanya mengeluarkan air mata bahagia, “aku sangat bahagia kau datang ke hidupku.”

Aku menatapnya yang menangis bahagia, aku merasa terharu. Sejujurnya aku ingin dia juga merasakan cinta dari hatiku, tapi karena aku masih sangat kewalahan, aku hanya bisa berpikir untuk melakukan sesuatu. Aku mencium pipi Kiara dan dia terkejut dengan apa yang kulakukan.

Aku tersenyum padanya dan dia tersenyum balik padaku, kami saling tersenyum dan untuk pertama kalinya kami melakukan ini bukan karena hasrat semata, tapi karena kami memang saling mencintai.

[The End]








































































[?]

A [Heart] For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang