thirteen

235 21 1
                                    

"Eh ada nak Varez." Mama turun dari tangga dengan masker diwajahnya. Gue lihat, Varez senyumin mama sebagai balasan. Ilih, muka dua.

"Lea, kamu gimana sih ada tamu kok malah dianggurin, buatin minum sana!"

"Alah, biasanya juga dia buat minum sendiri kok." Bantah gue.

"Kapan ya gue buat minum sendiri? Gak ada ya kayak gitu. Tante, lea kalo aku kesini gapernah dibikinin minum, Malah diusir." Adu Varez ke mama yang penuh kebohongan, tapi gak sepenuhnya bohong juga. Tapi itu terlalu mengada-ada anjing.

Mata gue melotot lebar. Awas aja lo, gue balas! Hati gue udah gondok ngeliat wajah Varez yang dimanis maniskan didepan mama. Cari muka dasar!

"Beneran lea? Mama kan gapernah ngajarin kamu kayak gitu sama tamu. Kamu itu... bla... bla... bla..." ocehan panjang lebar mama sukses membuat telinga gue berdengung.

Varez yang melihat gue diomeli tersenyum lebar, gue dengan kesal melempar bantal sofa ke wajahnya yang mendapat teguran keras dari mama. Gue juga kesel. Ini si Agra kemana coba lama banget. Jualan Semp*k dulu apa gimana!?

"Astaga lea! Mama gak tau hadapi kamu seperti apa lagi. Kamu barbar nya udah akut. Kalau kamu gini terus mama gak segan segan pindahkan kamu ke pondok pesantren!" WTF!?

Mata gue melotot sempurna, dan Varez dengan sialannya malah mengompori mama dengan kata-kata yang membuat gue terpojokkan.

Sumpah. Selalu seperti ini, Kalau Varez datang kerumah, gue pasti dijadiin anak tiri.

Gue mendengus mau membalas ucapan Varez tapi dari luar ada yang ngucap salam yang harus gue jawab.

"Siapa malam Malam begini bertamu?" Tanya mama heran.

"Temen." Jawab gue acuh, bukain pintu buat Agra.

"Sorry lama, tadi gue ada kepentingan sebentar." Gue ngangguk aja, persilakan masuk.

"Ya ampun ganteng banget." Mata mama berbinar menatap Agra. Agra tersenyum maklum. Anjir, gue malu.

"Emang Varez nggak ganteng nih tan?" Tanya Varez pura-pura merajuk, gue geli dengernya.

Gue lihat mama berbisik di telinganya, yang masih bisa gue denger.

"Kamu yang tetap yang paling ganteng kok!"

Gue heran melihat interaksi mama dan Varez yang mirip ibu dan anak. Apa mungkin kita dulu ketuker pas masih bayi? Gue deket sama bundanya Varez, mama juga lebih deket sama Varez. Gue enyahin fikiran yang hinggap dikepala gue. Mana mungkin ketuker kalau wajah gue 11 12 sama mama?

"Tunggu bentar gra, gue ambilin bukunya." Ucap gue akhirnya ninggalin mereka diruang tamu.

----

Gue kembali dari kamar, diruang tamu cuma ada Varez dan Agra. Gue ngendikin bahu acuh, mungkin mama kembali ke kamar.

"Nih. Thanks ya," ucap gue nyerahin buku ke Agra, Agra berdehem sebagai jawaban. Kemudian, gue duduk disebelah Varez.

Kita bertiga Diem-dieman lama. Ini kenapa ruang tamu gue jadi horor?

"Gue ambilin minum dulu ya, kalian mau apa? Dirum-" belum selesai gue ngomong, Agra keburu motong.

"Gausah le. Gue besok aja ngomongnya sama lo, keburu malem. Gue pulang ya," Pamit Agra jalan keluar rumah, otomatis gue ngikutin dibelakang. Biar sopan nganterin tamu kedepan.

"Hati hati!" Teriak gue, Agra tersenyum. Kemudian, melajukan motornya.

Saat balik badan, gue dikejutkan Varez yang udah berdiri tepat didepan gue. Gue mendengus.

"Sialan. Ngagetin lo anjing." Umpat gue kesel.

"Mau bicarain apa sama Agra?" Tanya Varez datar, mengalihkan perhatian.

"Gaada." Jawab gue gak kalah datar.

"Awas kalo aneh aneh."

EMANG URUSANNYA SAMA LO APASIH BANGSAT!?

Pengin gitu teriak didepan wajahnya, tapi gue masih sayang nyawa gue. Bisa digorok nih kepala sama ibu negara.

"Apasih. Kepo." Balas gue sarkastik

Varez mendegus, "Yaudah gue pulang."

"Yaudah gada yang nahan lo disini." Gue julurin lidah, mengejek.

"Awas lo!" Ancamnya, gue melengos gak peduli.

"VAREZ! COKLAT YANG DARI FANS LO GUE MAKAN YA?!" Teriak gue keras yang dibalas jempolnya. Gue buru buru nutup pintu saat denger mama teriak dari kamar.

Mampus.

💩

ABSURD WOMAN! (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang