sixteen

221 23 1
                                    

Saat gue buka mata, yang pertama gue lihat wajah Varez yang buram.

Gue pejamin mata lagi, menyesuaikan cahaya.

"Lo siapa?" Gue tertawa dalam hati saat lihat wajah Varez berbinar bahagia yang sedetik kemudian berubah suram.

"Lo... gak inget gue?" Tanya Varez pelan. Gue menggeleng.

"Bentar, lo tunggu sini gue panggilin dokter." Wajah Varez panik, gue gabisa nahan ketawa lagi.

"HAHAHAHA! Wajah lo ucul banget!" Varez natap gue tajam. Gue berhenti ketawa.

"Gak lucu." Ucapnya datar.

"Nggak lagi ngelawak kok." Balas gue kikuk. Tiba-tiba, suasananya jadi canggung.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Varez tiba-tiba memecah keheningan.

"Ya nggak gimana gimana sih."

"Beneran nggak papa?" Gue ngangguk lagi.

"Emang gue ngapain bisa disini?" Tanya gue penasaran.

"Menurut lo?" Dia balas nanya. Sialan.

"Gue serius ya."

"Yang bilang lo bercanda siapa?"

"Lo kok ngeselin sih!" Gue mendengus kesal.

Varez terkekeh, "Salah sendiri jailin gue."

Gue nyengir, "ya maap. Habisnya komuk lo lucu sih."

"Emang dari dulu kali gue lucu." Balas Varez pongah.

Gue berlagak mau muntah, "Geli gue dengernya."
"Tapi serius deh, gue ini kenapa? Mana dirumah sakit lagi, gada duit gue."

"Hmmm. Lo bisa cicil biaya rumah sakit ke gue. Karna semuanya udah gue tanggung, apalagi ruangan lo vvip. Biayanya nggak murah." Varez tersenyum miring.

"Berapa?"

"12 juta dalam 1 hari. Dan lo dirawat disini satu minggu." Jawab Varez santai.

Mata gue melotot sampai mau keluar. YANG BENER AJA! NGAPAIN JUGA GUE DIRAWAT SEMINGGU?! GUE KAN NGGAK SAKIT BANGSAT! MANA BIAYANYA SEMINGGU UDAH BISA BUAT NONTON KONSER EXO!!!!!

"Gila ya lo. Gue tuh nggak sakit sialan. Mana biayanya mahal banget. Gue gada duit dan mau pulang, SE.KA.RANG!" Gue ngucapin kata terakhir penuh penekanan.

Varez nunjuk smirknya, "Enggak bisa dong maniez. Biayanya udah gue bayar untuk seminggu kedepan, dan siapa bilang lo bayar utang pakai uang?"

"Terus pake apa dong?" Gue mendadak cengo.

"Pake tenaga lo. Jadi babu gue." Hah? SIALAN. DIKIRA GUE PEMBANTU APA!?

"Nggak mau! Masak orang cantik kek gue harus jadi babu." Tolak gue mentah mentah.

"Kalau gitu lo harus bayar chas 84 juta. Hari ini." Gue mukul bahunya keras, yang gue yakin nggak ada apa-apanya buat dia.

"LO PIKIR GUE ANAKNYA SULTAN, HAH!?" Varez terkekeh dengar teriakan gue. Untung ini kamar kedap suara kalau enggak, bisa bisa gue ditendang dari sini.

"Gue gapeduli lo anaknya sultan apa bukan, tapi yang pasti lo harus bayar semuanya hari ini kalo gak mau jadi babu gue." Gila emang, mentang mentang dia anaknya CEO bisa seenaknya sama rakyat jelata.

Gue hela nafas menenangkan diri. Mau nggak mau gue pilih opsi kedua, sialan.

"YAUDAH IYA, GUE MILIH JADI BABU! PUAS LO?!" Teriak gue kesel.

"Hmmmm. Puas banget. Good girl." Dia ngelus rambut sebahu gue pelan.

"Bukannya dari dulu tanpa disengaja gue udah jadi babu lo ya!?" Tanya Gue baru ngeh kalau hampir 2 tahun ini Varez udah jadiin gue babu.

Gue disuruh kerumahnya tanpa bantahan dan harus dituruti, Dijadiin pembawa hadiah hadiah dari fansnya, Buatin masakan buat dia, dan anehnya lagi dia Mutusin pacar pacarnya lewat gue. Fixs. Gue udah jadi babu sejati.

KENAPA LO DULU MAU MAU AJA SIH DISURUH KAYAK GITU ALEAAAA!!!!!! Emang bener ya penyesalan itu selalu ada di belakang.

"Baru sadar sekarang ya? Dan kali ini jabatan babu lo akan lebih sulit. Tunggu aja." Ujar Varez tersenyum devil. Gue melengos, kes. 'Ini mama kemana? Yang jagain malah dia. Bisa darah tinggi gue!' Gerutu gue dalam hati.

Gue yakin, setelah ini kehidupan gue bakalan berubah 180 derajat.

💩

ABSURD WOMAN! (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang