Part 19 : The Curse

104 18 0
                                    

Peyton masih terbaring di tempat tidurnya dan aku tidak berani mendekati siapapun. Aku berdiri di pojok ruangan dan kakak-kakakku mengelilingi Peyton. Ayahku yang duduk di ranjang Peyton berdiri dan menghampiriku.

"Im sorry.."

Poseidon: "tidak.. kamu tidak perlu meminta maaf" –memelukku.

 kamu tidak perlu meminta maaf" –memelukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Poseidon : "akh.."

Percikan listrik menyalur di tangan ayahku.

"Astaga.. maafkan aku yah.. aku tidak bermaksud"

Poseidon: "tidak apa Eirene, hanya percikan kecil.."

Eirene: "lihat? Semakin dekat dengan kalian aku semakin melukai kalian."

Poseidon: "kamu tidak melukai siapa-siapa Eirene.."

Lalu Theodore menghampiri kami

Theodore: "Eirene.. kalau boleh tau, berapa kekuatanmu sekarang?"

"Aku bisa super speed, perlindungan, terbang, telekenisis, teleportasi, membaca pikiran, merusak dan memperbaiki benda dan barusan ini.. elektrik.. "

Theodore: "sembilan.. itu melebihi rata-rata biasanya.."

Poseidon : "Apakah kamu yakin Eirene?"

Aku mengangguk.

Theodore: "Dan kamu sudah bisa menguasai semuanya?"

Aku menggeleng
"Maka karena itu aku ingin melatihnya sendiri"

Poseidon: "Kami bisa membantumu Eirene.."

"Semakin kalian membantu semakin berbahaya kekuatan ini."

Poseidon: "Beri kami kesempatan Eirene, please"

"Huff.. baiklah.. tetapi dengan satu syarat."

Theo + Poseidon : "apa?"

"Kalian harus menceritakan kutukan apa yang ada padaku."

Ayahku dan Kak Theo menyetujui.

Tak lama kemudian Peyton terbangun dan ia merasa baik-baik saja. Ayah menyuruhnya untuk istirahat dan semua meninggalkan kamarnya.

Theodore: "Eirene, ikut aku."

Aku hanya mengikuti kakakku yang memasuki perpustakaan.

Theodore : "Ayah menyuruhku menjelaskan semuanya kepadamu karena akulah yang paling mengerti mengenai hal ini-"

"Kutukan apa yang ada padaku?"
Aku sudah tidak ingin basa-basi

Theodore: *menghela nafas* lalu ia melanjutkan pencarian buku di rak.

Aku berdiri di situ tanpa jawaban selama lima menit. Akhirnya Theodore menemukan buku yang ia cari. Ia membalikkan halaman.

Theodore: "Ini. Baca ini"

Buku itu tertulis demikian :

Dark Curse

Kutukan ini diberikan dengan cara yang cukup rumit. Akan menguras hampir seluruh dari kekuatan yang orang itu miliki. Tetapi orang itu dapat dengan mudahnya melontarkan kutukan ini apabila ia benar benar dalam keadaan marah besar atau memiliki dendam besar atau iri hati.

Efek dari kutukan ini adalah dapat membunuh orang yang dikutuknya dan kutukan ini dapat diturunkan kepada keturunannya. Kehidupan orang yang dikutuk ini tidak akan menjadi sama. Kekuatannya akan tidak terkontrol dan dapat melukai orang disekitarnya terutama orang yang mereka cintai. Berbeda dengan kutukan yang diturunkan kepada keturunannya. Keturunan orang tersebut akan memiliki kekuatan dengan jumlah yang melebihi rata-rata dan bahkan menerima satu kekuatan special yang belum pernah dimiliki siapapun. Apabila disalah-gunakan karena amarahnya, kekuatan tersebut menjadi dark magic sehingga orang itu dapat kehilangan kesadaran dan dapat sangat berbahaya bagi orang-orang disekitarnya.

Bagaimana cara melepaskan kutukan ini? Sementara buku ini belum menemukan caranya. Mungkin dalam kurung waktu yang cukup lama akan diketahui bagaimana cara melepaskan kutukan ini tanpa melukai
siapa-siapa.

Aku berhenti membaca.

"Jadi.. ibu meninggal karena kutukan ini?

Theodore: "Tidak. Ia selamat. Ibu adalah seorang yang kuat. Kamu sudah tahu sendiri kan ibu meninggal saat melahirkan kamu."

"Bagaimana jika ibu sebenarnya masih hidup?"

Theodore: "masih hidup? Hah! Omong kosong macam apa itu. Aku melihat sendiri ibu dikubur Eirene."

"Tetapi aku memiliki feeling bahwa ibu masih hidup dan kakak tahu kan feelingku tidak pernah salah!"

Theodore: "Mungkin ini pertama kalinya feelingmu salah Eirene.. ibu sudah meninggal dan tidak ada yang bisa membangkitkannya."

"Benar-benar kak, aku membaca di suatu buku dan buku itu mengatakan bahwa ibu menghilang,bukan mati."

Theodore: "Eirene sekali lagi aku katakan, ibu sudah tiada. Ia tidak menghilang begitu saja oke? Itu hal yang mustahil. Aku melihat jasadnya. Agnor,Bill, Thomas dan semua kakak-kakakmu melihat jasadnya di dalam peti Eirene. Like it or not, itulah kenyataannya."

Keheningan sejenak tetapi benda disekitar mulai bergetar seperti ada gempa.

Theodore: "Eirene.. Eirene! Tenanglah Eirene! Kontrol emosimu! Apabila kamu tidak bisa mengontrolnya kekuatanmu akan tak terkendali.."

Aku meredakan amarahku

Theodore: "Lihat Eirene, apa yang aku katakan tadi itu benar. Kamu tidak bisa selalu percaya kepada buku ataupun feelingmu. Terkadang buku dan feeling juga bisa salah."

"Jika begitu, artinya mungkin ada cara untuk melepaskan kutukan ini dariku."

Theodore: "aku harap begitu tetapi seumur-umur aku mencari dan aku belum tahu bagaimana caranya.."

"Kalau begitu aku akan mencarinya sendiri. Berikan aku semua buku mengenai kutukan. Aku akan mencari cara melepaskan kutukan ini."

●●●

Hi guysss! Maaf hari ini telat publish. Ceritanya udah mulai memasuki tahap yang seru nihh. Tungguin terus ya. See u next part 👋

🥀au revoir~

Eirene || COMPLETED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang