Chapter 4

37 9 0
                                        

Keesokan harinya Somi tidak sekolah, entahlah karena apa. Setelah Somi kembali kesekolah, Seona dan teman-temannya terus mengawasi Somi. Mereka pergi kemanapun Somi pergi. Mereka melakukan hal itu karena sebenarnya Seona tidak mengetahui secara pasti kapan Somi akan meloncat dari atas gedung.

Somi berbeda kelas dengan Seona dan Taehyun sehingga mereka tidak cukup akrab. Seona dan Sandara berusaha menjadi teman Somi tapi Somi tidak terbiasa dengan kehadiran Seona dan Sandara. Ia terbiasa sendiri.

"Gimana?" Tanya Junkyu

"Kayaknya Somi ga terbiasa deh sama kehadiran gue dan Dara," Kata Seona

"Iya, gue sering liat dia selalu sendiri," Tambah Sandara

"Susah ya," Kata Jihoon sambil memakan mie-nya

"Loh! Bukannya lo gilirannya ngawasin Somi?! Ngapain disini? Somi mana?!" Kata Taehyun sedikit berteriak

"Lah? Gue? Kirain Doyoung" Kata Jihoon

"Emang dia, tapi kan dia hari ini ijin kerumah neneknya," Jelas Junkyu

"Shit!" kata mereka serempak dan langsung berlari ke rooftop.

Ditengah-tengah mereka berlari, Seungho melihat mereka dan kebingungan. Seungho menghentikan Jihoon dan bertanya padanya.

"Ada yg mau bunuh diri," Kata Jihoon

"Maksudnya?" Tanya Seungho

"Udah lo ikut aja."

Dan benar saja, Somi sudah siap melompat. Ia menangis tersedu-sedu dengan keadaan rambut berantakan dan pakaian kotor. Sangat kacau.

Flashback on

Somi terlihat cukup senang setelah ditolong oleh Seungho. Ia pulang kerumah dengan senyuman kecil diwajahnya.

Sesampainya dirumah, satu-satunya orang yang mendukungnya yaitu kakaknya sudah tidak bernyawa ditangan ayahnya yang memang sering melakukan kekerasan kepada mereka berdua.

Kakaknya tewas dengan pecahan botol minuman menancap dikepalanya. Sejak kepergian ibu mereka, ayahnya sangat terpukul dan mentalnya benar-benar terganggu. Ia menjadi seorang pemabuk dan menjadi sangat pemarah.

Kakaknya, Rose sering bertengkar dengan ayahnya. Rose sering dipukuli hanya karena memberi nasehat ke ayahnya agar tidak sering minum-minum. Ayahnya juga sering memukuli Somi jika Somi menasehati atau membuatnya marah.

Somi melihat ayahnya dipojok ruangan sambil menangis menyesali perbuatannya. Sebenarnya Somi tidak ingin ayahnya dipenjara namun Rose harus mendapatkan keadilan. Ia menghubungi polisi dan ayahnya ditangkap.

Keesokan harinya, pemakaman Rose berlangsung. Sepi, tak ada pengunjung. Hanya dirinya dan beberapa warga yang membantu pemakaman serta beberapa polisi.

Somi merasa kini ia sendiri. Tak ada teman, kerabat ataupun keluarga. Baru saja ia ingin kembali kerumah, salah satu polisi memberi kabar bahwa ayahnya meninggal bunuh diri.

Somi benar-banar hancur, benar-benar sendiri kali ini. Siang harinya, dihari yang sama dengan pemakaman Rose, ayahnya dimakamkan. Kali ini ramai, bukan teman atau kerabat tetapi reporter.

"Dek, tinggal sama Bapak aja ya," Kata Pak Tirta salah satu polisi

"Gpp kok Pak, saya bisa tinggal sendiri," Kata Somi

"Yakin bisa?" Tanya Pak Tirta

Somi hanya mengangguk sambil mengusap air matanya. Pak Tirta memberikan kartu namanya agar jika Somi berubah pikiran ia bisa menghubungi dirinya.

Dream  ||  WINNER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang