Kun melangkahkan kakinya di lantai putih bersih itu. Banyak orang lalu lalang. Ada yang berpakaian hijau ataupun biru. Mereka sama sibuknya.
Kun melihat handphonenya lalu mengangguk pelan.
"254"
Kun masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan angka 254 di depannya.
Hal yang pertama dia liat adalah ruangan putih dan seorang laki laki yang terbaring lemah diatas tempat tidur.
"Oh udah pulang, Kun?"
Dan ya jangan lupa dengan seorang perempuan yang menyapa Kun duduk di kursi sebelah tempat tidur.
"Udah, Tante. Om Jackson mana?" Balas Kun sambil ikut duduk di sebelah perempuan itu.
Perempuan cantik itu bernama Chengxiao, adik kandung Ayahnya. Sedangkan Jackson adalah suami dari Chengxiao.
Mereka menikah tepat bersamaan dengan hari pernikahan orangtuanya Kun. Umur anak mereka sekarang juga sama dengan Kun.
"Om sama Kyulkyung lagi beli makanan. Kamu juga belum makan kan?" Jawab Chengxiao berdiri sambil membantu Kun menaruh tasnya.
"Kalo kaya gini, Kun mana selera makan, Tante"
Kun menatap laki laki dengan riwayat serangan jantung itu terbaring lemah di atas kasur.
"Ayah? Jangan nyusul Bunda sekarang ya? Kun mana sanggup sendirian disini"
Kun mengelus rambut Ayah tercintanya itu lembut.
Udah seharian penuh Yixing terbaring lemah di Rumah Sakit. Sejak serangan jantungnya kambuh saat dia berkerja di kantor.
Pagi itu, setelah dapat kabar. Keluarga Kun langsung pulang untuk ikut menjaga Yixing.
Chengxiao sejak siang sampai di Jakarta gak pernah lelah untuk menjaga Kakak semata wayangnya itu.
"Tante? Ayah--gak koma kan?" Tanya Kun menatap Chengxiao lirih.
"Engga kok, tadi bangun, barusan ngobrol sama Tante, terus tidur"
Kun mengangguk pelan dan berjalan mendekati pintu.
"Kun keluar sebentar, mau beli minum, tunggu Om sama Kyulkyung kelamaan"
Setelah dapat anggukan dari Chengxiao, Kun langsung keluar dari ruangan itu.
Bohong kalo Kun mau beli minum. Nyatanya Kun malah duduk di taman Rumah Sakit sambil nangis sendirian.
Entah apa salah Kun. Setelah Tuhan merebut Bunda dari Kun, apa sekarang Ayah juga direbut?
"Kalo aja waktu itu Bunda ga kecelakaan, Ayah gak akan dapat serangan jantung, Bunda gaakan pergi, Ayah juga ga sering masuk rumah sakit begini"
Kun terus menangis sambil menutup wajahnya.
Benar benar tidak ada tempat mengadu. Mungkin memang banyak orang yang sayang dan peduli dengan Kun, tapi berat untuk bercerita bagaimana hari yang Kun lalui.
Jika Tuhan satu satunya tempat Kun mengadu, lalu mengapa Tuhan semakin membuat Kun terpuruk?
Kenapa Tuhan merebut Bunda? Kenapa Tuhan buat Ayah sakit?
Kun tau, sangat tau. Ayah, Bunda dan dirinya bukan hamba yang beriman, mereka sering membuat dosa.
Tapi apakah tidak bisa sekali saja Kun rasakan kebahagiaan?
Biarkan sekali saja biarkan Kun tersenyum. Tersenyum tanpa ada pedih. Senyum yang tidak pura pura.
"Kun?"
![](https://img.wattpad.com/cover/219588480-288-k509368.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙙𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣, 𝘬𝘶𝘯𝘭𝘪𝘴𝘢 [✓]
Fanfictiontau apa yang lebih dingin dari es? ya cai xukun. [cerita lengkap]