Part 17

5K 603 110
                                    

Indra membereskan beberapa buku setelah tugas dari guru selesai ia kerjakan. Hela napas lelah terdengar dari sosok itu. Sebenarnya Indra bukan tipikal siswa yang rajin mengerjakan tugas. Ia justru cenderung membiarkan tugas-tugas itu menumpuk, hingga niat mengerjakan datang saat deadline sudah di depan mata. Itulah mengapa sang ayah tak jarang menegurnya sebab seringkali mendapatinya begadang hingga dini hari. Namun semenjak sakit, Indra berusaha memperbaiki pola tidurnya. Merampungkan semua tanggungan tugas lebih awal, kendati sesekali otaknya menolak.

Usai menata buku di meja belajar, Indra menuntun sepasang kakinya ke ranjang. Meraih ponsel di nakas, sebelum dijatuhkannya tubuh pada kasur dengan posisi telungkup. Beberapa notifikasi bermunculan usai ia nyalakan paket internet di ponsel. Memilih mengabaikan, Indra menggerakkan jarinya membuka aplikasi Instagram.

Permintaan sang ayah untuk mengucap maaf pada Altaf masih jelas diingatnya. Seharian ini, ia tak sempat bertemu Altaf. Bahkan saat dihampirinya ke kelas, tiada pula ia dapati sosok itu.

Indra membuka kolom pesan dengan Altaf di akun Instagram-nya. Mendapati lingkaran hijau tertera di foto profil Altaf, Indra lantas mengetikkan sesuatu di sana.

indradeka_25
Assalamu’alaikum, Al. Ini Indra.
Mau bilang sorry nih, buat yang waktu itu. Gue kelepasan mukul lo. Sorry, Bro.

Indra menekan option kirim. Tak lama, dirinya mendapati pesan tadi telah dibaca. Indra menunggu respons dari Altaf. Namun, hingga tiga menit berselang tiada ia dapati sebuah balasan. Indra menghela napas. Mengubah posisi menjadi telentang selagi ponsel masih ia genggam. Ditatapnya langit-langit kamar, hingga getar di ponsel mengalihkan kembali fokusnya pada benda pipih itu.

alt_phartio
Y

Kedua sudut bibir Indra terangkat usai membuka pesan dari Altaf. Merasa lucu saat dia mengirim cukup panjang pesan, tetapi hanya dibalas dengan satu huruf. Iseng, Indra kembali menanggapi.

indradeka_25
Lo gk mau bilang sorry juga gitu? Biar nanti gue kasih kacang goreng sebagai hadiah.

Indra sangsi jika Altaf akan membalas pesannya kali ini. Lantas, ia menyibukkan diri dengan membuka pesan dari beberapa temannya yang masuk. Membalasnya satu per satu, hingga notifikasi dari Altaf kembali muncul.

alt_phartio
Njir, lo mau bunuh gw?

Indra mengerutkan kening tatkala membaca balasan dari Altaf. Berusaha mencari maksud dari ucapan lelaki itu, hingga tawa Indra terdengar setelah ingat jika Altaf memiliki alergi dengan kacang-kacangan. Wajar jika sosok itu berprotes.

indradeka_25
Jangan suudzon! Maksud gue biji kacang, biar lo bisa jadi petani. Katanya gk mau jadi dokter

alt_phartio
Bct

Lagi, Indra tertawa. Lelaki itu memilih mengabaikan pesan terakhir dari Altaf sebab malam kian larut. Ia simpan kembali ponselnya. Berniat bangkit untuk ke kamar mandi, tetapi urung sebab batuk tiba-tiba menyerang. Indra menutup mulut, mencoba meredam suara batuknya. Sebelah tangan ia gunakan untuk meraih segelas air di atas nakas. Lantas, ia meminumnya hingga tersisa setengah. Tangan Indra beralih mengusap dada. Mencoba mengatur napas yang sedikit sesak selagi istighfar terucap lirih dari bibirnya.

***

“Indra kalau hari ini bawa motor sendiri enggak apa-apa. Soalnya Ayah ada acara di luar, kayaknya enggak mampir sekolah dulu.”

Indra yang tengah mencuci piring bekas sarapannya, sontak mengalihkan pandang pada sang ayah. Dicarinya keraguan dalam raut itu, tetapi tak ia dapati. “Tumben boleh.”

3676 MDPL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang