Charm of Orchid

1.2K 213 98
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


I lost red then I found violet. I lost love, lust, and hope. Then I found honor, admiration and you.











































Don't forget to vote and comment, arra...
And sorry for typos.





























Kai menuangkan anggur pada gelas kosong untuk Luhan. Keduanya kini berada di sebuah restoran Francis dengan menu utama berbahan daging di tutup dengan desert Brulee Krim.

"Jadi, apakah ada kemajuan?" Tanya Luhan pada Kai yang sibuk memotong dagingnya.

Kai hanya mengendikkan bahunya. "Apanya?"

"Hubunganmu." Jawab Luhan ringan dan Kai tertawa pelan.

"Kupikir tentang perusahaanmu."

Luhan mendengus. "Separuh harimu sudah kau dedikasikan untuk pekerjaan, jadi apakah aku harus mencuri waktu luang yang kau punya dan kembali membebani?"

"Aku tidak merasa terbebani."

"Kau mungkin tidak Kai, tapi aku iya. Aku merasa bersalah kau terlibat dalam kesulitan karena masalah ini."

"Tidak Luhan." Tegas Kai. Bagaimana pun juga Kai sudah menganggap Luhan seperti adik perempuannya sendiri dan melihat wanita itu ada dalam kesulitan jelas Kai tidak bisa berdiam diri saja.

"Aku sama sekali tidak keberatan paham? Bukan masalah bagiku, aku dan ayahku justru senang bisa membantumu melewati masa sulit ini."

Luhan hanya terdiam. Beban di pundaknya terasa berat menyiksa, bahkan untuk sekedar memejamkan mata saja Luhan merasa berat, dia takut bila dia kehilangan waktunya , membuat keadaan semakin kacau dan membuat dirinya kehilangan segalanya. Ayahnya, perusahaan yang ayahnya dirikan, dan kepercayaan yang orang-orang berikan pada dirinya.

Luhan terus mendorong dirinya untuk melakukan lebih daripada kemampuan yang dia punya. Sejujurnya Luhan lelah, tetapi Luhan tidak bisa untuk sekedar bersantai saja walau sejenak. Bernafas pun begitu berat bagi Luhan.

Kai beralih memandang Luhan. Wajah itu meski tetap berekspresi dingin dan terkesan angkuh namun tetap tidak bisa menyembunyikan raut lelah yang terselip halus di balik matanya. Kulitnya terlihat putih cenderung pucat dan tubuh itu, Kai tahu bahwa Luhan kehilangan berat badannya.

"Jangan terlalu mendorong dirimu berlebihan. Tubuhmu juga memiliki batasnya tersendiri, sesekali istirahatlah dan lupakan pekerjaan sejenak. Tidak perlu khawatir, aku akan tetap membantu dan mengawasi."

Luhan tidak menjawab, dia menunduk kecil dan menatap piringnya. Bahkan nafsu makannya pun sudah menguap entah beberapa lama. Menjalani hidup layaknya mayat berjalan.

Relationshit VacancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang