Lavender; Light of Amethyst

1.2K 176 37
                                    

Admire at your light

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Admire at your light









































Sehun saat ini tengah duduk di atas ranjang menghadap kaca besar yang memperlihatkan pemandangan kota. Di sebelahnya ada Luhan yang sudah duduk bersandar pada kepala ranjang dan berhadapan saling berdekatan. Setelah pertemuan yang tidak terduga tadi dan setelah selesai mengurus sisa kekacauan, Sehun membawa Luhan ke apartementnya.

Tangan Sehun terulur meraih rambut Luhan kemudian merapihkannya halus.

"Lelah?" Tanya Sehun khawatir melihat wajah Luhan yang tampak lesu dan sedikit pucat.

"Tidak," Luhan tersenyum, menggeleng kecil dan memilih menunduk kemudian memegang tangan Sehun yang ada di wajahnya.

"Aku baik-baik saja."

Luhan tersenyum tetapi justru hal itu membuat Sehun semakin khawatir.

Berbanding terbalik dengan Sehun, Luhan justru mendongak sehingga pandangan mereka saling bertemu dan Luhan dapat dengan leluasa memandang netra sehitam jelaga itu. Terseyum halus menenangkan kemudian mengusap luka Sehun yang sempat ia obati beberapa jam lalu.

"Aku tak apa, aku baik-baik saja." Jelas Luhan lagi. "Tak ada yang harus dikhawatirkan hanya saja aku butuh sedikit ruang untuk bernafas. Bukankah dunia terlalu kejam bagiku seorang wanita yang naif ini?"

Sehun tak menjawab apapun, menatap Luhan dengan tatapan yang sulit terbaca kemudian membawa Luhan dalam pelukannya dan mendekapnya erat membiarkan Luhan menyandarkan tubuhnya dan meracau pelan.

"Aku lelah." Ungkap Luhan pada akhirnya. Dia semakin mengeratkan tangannya dan menenggelamkan diri pada rengkuhan Sehun.

Luhan lelah untuk memperbaiki sesuatu yang tak pernah bisa diperbaiki dia lelah untuk terus berusaha tetapi selalu gagal.

"Aku lelah, Oh Sehun. Sangat lelah." Adu Luhan.

Semuanya terasa sulit bagi Luhan, tak banyak ingin Luhan harapannya hanya sederhana; hanya bisa makan untuk hari ini, hidup untuk hari ini. Memiliki keluarga dan menikmati quality time walau sebentar.

Tetapi mengapa semuanya terasa sulit bagi Luhan?

Luhan merapatkan tubuhnya semakin dekat, memeluk pria itu erat-erat dan menangis di dalamnya.

Sejak Luhan kecil ia tak banyak memiliki teman hari-harinya selalu ia habiskan di rumah sakit. Hanya ada ibu dan ayahnya yang menemani, maka saat ibunya meninggal dan ayahnya berubah menjauhi dirinya, saat itu dunia Luhan hancur.

Luhan kehilangan orang yang paling dia sayangi. Ingatan terakhir tentang ibunya adalah Luhan yang merajuk kepadanya dan ibunya yang berusaha merayu Luhan agar mereka bisa kembali berdamai. Luhan tak ingat apapun lagi selain rasa sakit yang begitu hebat pada jantungnya juga kecelakaan pada hari itu. Yang Luhan tahu adalah ibunya sudah tiada saat ia membuka mata dan ayahnya berubah menjadi dingin.

Relationshit VacancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang