Pagi hari telah datang lagi. Aku terbangun. Kupikir aku akan melihat ketenangan seperti semalam. Tapi nyatanya tidak. Aku malah melihat kebahagiaan yang akan semakin memudar.
"Hanako..." suaraku memang terdengar gemetar. Bagaimana tidak?
"Hanako... " panggilku lebih lirih dari sebelumnnya.
Hanako terbangun. Ia bangun mungkin karena tanganku gemetar.
"Ada apa?" tanyanya sambil setengah tertidur. Kamu mungkin gabisw tidur kalo aku kasih tau ini. Tapi ini ada di depan kita. Aku gabisa nyembunyiin ini.
"Your dad.. And your mom.. " ucapku tersedu sedu.
"Huh? Why you're crying? Why with my mom and my dad...?"
(kenapa nangis. Knp emak sama bapak) gua? :v)Tanyanya dengan rada khawatir.
"Da-darah.... Di.. Bawah.." ucapku lebih gemetar.
Hanako melihat kebawah. Tepat di bawah meja panjang.
Disitu ada ayahnya. Raja VampDemonic. Disitu juga ada ibunya Hanako. Kami mematung sesaat.Setelah itu.
Hanako meraung seperti binatang buas. Ia menarik rambutnya, hingga rambutnya berantakan. Mukanya yang semula sangat tenang, sekarang terlihat seperti orang yang ingin sekali membunuh.
"Hanako.. Se-sebaiknya, ki-kita.. Bawa orang tuamu untuk diperiksa dulu. Mereka ada kemungkinan masih hidup! Ayo!"
Hanako berteriak.
"HAKU JOUDAI!!"
Hah? Apaan?
Ternyata itu 2 bola terbang.
Hanako dikelilingi 2 bola itu. Lalu bola itu mengelilingi kami ber-4 secara vertikal.
Dan Wushh. Kami ada di tempat kesehatan? (sepertinya).
Hanako kembali meraung. Memanggil nama yang gak aku pahami.
"Kaguchi!!, selamatkan orang tuaku!!!"
Aku tau perasaanya. Ayahnya sangat baik, bahkan aku saja iri karena dia punya ayah yang baik.
Ibunya berbicara dengan lirih sekali. Untung aku bisa mendengarnya.
"Ne.. Ne.. "
"I-iya.. Baginda Ratu.. "
"Tsu-ka.. Sa.. *ohok ohok*. Membunu-uh Aya..h.. Han.. A *ohok ohok* Han.. Na.. Ko.., bbu-nuh, Tsukasa. Di-dia.. Semakin.. *ohok ohok, uhum* li-ar... Ka-mu.. Bisa.. Selamat... Kan.. Kami... Ka- *ohok ohok* kamu.. An-nak.. Yang.. Ada.. Di, ra-ramalan.. Meni *ohok* kah.. Lah.. Bersa.. Ma.. Hana.. Ko.. Se.. Te.. Lah.. Mem.. Bu.. Nuh.. Tsukasa. Selamatkan.. Dunia... Vampir.. Nene..." Ibunya nampak sangat sekarat. Aku memeluknya. Bajuku penuh darah sekarang. Aku gakuat lagi, aku jadi inget sama ibu.Aku sesenggukan.
Mom sama Daddy nya Hanako sayang banget sama dia. Tapi kenapa Tsukasa nyia nyiain orang tua kaya dia. Bodoh!.
Aku merasakan ada yang menepuk bahuku. Aku tau itu orang yang akan menyembuhkan orang tua Hanako.
"Mom sama Dad bakal baik baik aja kan?" seru Amane bergelimang air mata. Baru kali ini kulihat dia sangat lemah. Biasanya dia bertampang jail. Sungguh.
"kita keluar yuk!" ajakku
"Kemana..?"
"ikut aja yuk!" aku ngajak dia ke kamar pertama aku bangun. Karena disana sepi.JANGAN BERPIKIRAN MACAM MACAM! AKU HANYA INGIN MELIHAT PEMANDANGAN TAU!!
Hanako menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Aku tau, itu bahkan lebih sakit. Mengingat orang tuanya ada untuknya dari saat kecil.
"Hanako..?" aku melebarkan tanganku. Bersiap menerima peluknya.
Kata mama, jika ada orang sedang sedih, memeluknya adalah cara terbaik untuk menenangkan.
Hanako memelukku. Tangisnya pecah lebih keras. Ia meraung dalam pelukanku. Ia menangis keras sekali. Sesenggukan.
Bahuku juga basah. Biarin, asalkan Hanako bisa tenang.
"Sedikit... Saja.. " ia mengatakannya dengan nada lirih.
Aku mengangguk. Ia membelai tengukku, lalu menusuk leherku. Tepat di tempat nadiku berada.
sakit? Aku gapeduli. Asalkan dia tenang gapapa.
Aku mencengkram bagian belakang jas(?) nya.
Seperti kemarin. Pemandanganku kabur. Nafasku sesak. Perlahan semuanya terasa gelap dan berputar.. Gelap.. Dan berputar. Gelap.
Apa aku sudah mati? Apa ini akhir hidupku? Hah! Aku gapeduli. Asalkan, Hanako bisa berenti meraung. Aku gakuat liat dia nangis kaya gitu.
Tapi... Apa aku beneran mati?
.
.
.
.
.
.
TbcYo gayn, jangan lupa follow, comment, sama vote cerita ini. Share kalo mau:>
Karena dukungan kalian merupakan semangat untuk kami<3