Raizel menemui Greena tengah berkumpul bersama ketiga temannya di sebuah kafe outdoor.
Sebatang rokok terselip diantara jari telunjuk dan jari tengahnya. Dan beberapa kali ia hisap.
Dengan rasa kesal Raizel yang awalnya hanya berdiri di depan meja kasir langsung berjalan mendekati meja yang Greena duduki bersama dengan teman-temannya.
"Green, kamu apa-apaan?" Lelaki jangkung itu dengan cepat merebut rokok dari genggaman Greena.
"Hm, R-rai, aku bisa jelasin" Greena berdiri menatap sorot mata Raizel yang menajam.
"Jelasin apa? Kamu lagi kenapa sih?" Raizel mengerutka dahinya tidak mengerti.
"Rai, kamu tahu kan benda ini buat aku candu. Aku ga bisa langsung berhenti" Greena mencoba menjelaskan.
"Tapi kemarin-kemarin kamu bisa kan?"
"Itu pun aku udah mau mati tau ga!"
"Ngga ga bisa, kamu harus tetep berhenti ini demi kebaikan kamu. Kalau kamu mau gini terus percuma aku perjuangin kamu biar kamu jadi lebih baik" Raizel menggenggam tangan Greena.
Ketiga temen Greena hanya saling menatap satu sama lain. Mereka bungkam.
"Yaudah, fine. Aku lebih baik kamu ninggalin aku" ucap Greena.
"Dengan senang hati dan tanpa diminta aku akan pergi" ucapan itu menjadi kalimat terakhir yang Raizel ucapkan sebelum ia pergi dari kafe.
Setelah Raizel pergi Greena duduk dengan lemas di bangku berhadapan dengan temannya.
Mereka menggeleng tidak menyangka, "goblok" kata Azka ketika Greena menatapnya.
"Gue udah ga bisa" lirih Greena seraya menundukkan kepalanya.
"Demi racun ini lo rela kehilangan orang sesabar Rai" Azka mengangkat bungkus rokok dan tidak habis pikir dengan apa yang sudah sahabatnya lakukan kepada Raizel.
Azka ini adalah orang paling care kepada Greena dan selalu menasihati Greena jika ia salah.
"Iya gue ngerti gue salah" Air bening itu mulai mengalir membasahi pipi meronanya.
"Lo tau salah dan lo masih lakuin, gue ga tau deh harus ngasih tau lo gimana lagi" Azka masih terus memarahi Greena karena perlakuan sesaatnya itu.
"Mending sekarang lo kerumah si Rai deh Na lo minta maap dah tuh sama si Rai" Izal memberi saran.
"Iya dah bener, yaudah sana cepet" Jeje mengelus punggung Greena sekedar menenangkan.
"Gitu yah?" Greena mendongak dan menghapus air matanya.
"Ya iya" jawab mereka bertiga. Lau Greena bergegas pergi ke rumah Raizel.
Eits,,,, sabar dulu.......
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Enemy
Romance-210819: #2 konflikcinta "Keharusan yang akhirnya menyatukan"-Greena Gava Arizky. "Membangun cinta lebih indah dari pada jatuh cinta"-Raizel Diandri Navian. Mari baca!! -saran di persilahkan kalau ada yang kurang tinggal komen aja