Actually, I'm so happy if you appreciate my stories : )
Jimin sudah merasa muak dengan hidupnya yang tak bertujuan. Ia rasa butuh seseorang untuk mengarahkannya atau akan berakhir overdosis obat, alternatif lain yakni menenggelamkan diri ke Sungai Han. Sang ibu adalah satu-satunya orang tua yang Jimin miliki, orang paling berhak untuk menuntun dirnya. Kali ini Jimin akan menuruti apapun titah sang ibu daripada hidup bagai botol berisi kertas yang terombang ambing di tengah laut.
Karena semakin hari, ia semakin merasa tidak bisa menghargai surya yang selalu menyapa menjelang pagi atau mensyukuri air hujan yang membasahi bumi. Jimin tak lagi punya perasaan seperti itu bahkan untuk diri sendiri. Hidupnya seperti hitam dan putih, tidak mengandung euphoria yang bisa memacu adrenalin. Rasanya seakan menunggu mati, padahal usianya masih cukup belia. Delapan belas tahun. Tapi semangat hidup enyah kemana.
Suatu malam sang ibu mengajaknya mengobrol di teras. Berbicara berdua. Wanita yang melahirkannya itu bertanya apa tujuan Jimin setelah lulus SMA. Kuliah atau mengikuti kursus. Jimin berkata tidak tahu. Rasanya pertanyaan sang ibu hanya angan-angan belaka. Kemungkinan paling besar apa yang dia jalani setelah lulus masih itu-itu saja. Mencari uang sebanyak mungkin untuk ibu dan adiknya yang sekolah. Lagian Jimin tidak berminat dan tidak merasa punya bakat di bidang apapun selain bekerja sampingan, serabutan.
Akhirnya Jimin mengungkapkan keluh kesah dalam hati. Ia berpikir siapa tahu malam itu, malam terakhirnya menghirup nafas. Jimin mengatakan bagaimana terkadang dirinya merasa tak berguna, bahkan walaupun Jimin selalu bekerja tidak kenal waktu untuk beberapa lembar uang yang tak seberapa. Terpaksa atau tidak, entahlah. Mau seberapa tahan dia melihat sang ibu yang tak berdaya berusaha keras untuk mewujudkan impian adiknya yang pintar untuk menjadi dokter spesialis.
Heran Jimin, adiknya itu begitu kukuh tanpa memikirkan kondisi ekonomi mereka yang memprihatinkan. Terlebih tidak adanya ayah sebagai tulang punggung keluarga. Jimin bahkan sudah mulai bekerja sejak kelas satu SMP.
Ibunya terlihat marah dan kecewa bersamaan karena pengakuan Jimin. Tentu marah, karena terkesan seperti wanita itu memaksa Jimin bekerja. Obrolan mereka pun berakhir dengan situasi dingin tanpa pemecahan masalah. Wanita itu berlalu meninggalkan Jimin yang merasa bersalah di antara heningnya malam dan gelapnya langit di atas sana.
***
Hingga genap usia dua puluh tahun Jimin tetap sama. Meskipun seorang gadis, ia terus bekerja di berbagai tempat, mendapatkan uang yang kemudian ia berikan pada ibunya untuk kebutuhan harian juga biaya adiknya yang belum pupus harapan. Nyatanya Jimin masih hidup hingga hari itu.
Sampai pada waktu dimana adiknya benar-benar bersikeras masuk sekolah kedokteran, sang ibu dengan mudah mengiyakan dan Jimin tidak habis pikir uang dari mana untuk memasukkan anak tak tahu diri itu di sekolah mahal yang diinginkan.
Menjual rumah tak ubahnya gubuk tua milik mereka dirasa masih tidak cukup. Apa mungkin ibunya akan menjual organ tubuh? Atau malah menyuruh Jimin yang menjual organ tubuh? Apa harus sampai seperti itu Jimin yang tidak memiliki cita-cita berkorban untuk adik egoisnya yang bercita-cita besar?
Di malam yang lain, Jimin dan ibunya kembali duduk di teras untuk berbicara berdua. Terkadang Jimin berpikir apa adiknya tidak mau bergabung dalam sesi diskusi ini atau memang tidak mau tahu sama sekali. Dasar egois.
Sesuatu dalam diri Jimin menyeruak, menyentak Jimin sampai gadis itu menatap penuh tuntutan pada ibunya yang masih bicara. Jimin merasa adrenalin dalam diri terpacu setelah sekian lama, tapi rasanya tidak begitu mengenakkan. Perasaan tidak terima membuat dadanya sesak, ingin memberontak tapi yang terjadi malah diam seperti orang dungu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, I Found You [GS]
RomanceSummary : Park Jimin adalah gadis dua puluh tahun yang dilamar untuk seorang pria penyandang tunawicara serta tunarungu bernama Jeon Jungkook. Title : Finally, I Found You Desclaimer : Para pemain milik Tuhan Yang Maha Esa, Orang Tuanya, Agensi mas...