Episode 4: Mini Market

489 172 131
                                    

"Kamu tahu orang menjulukimu apa? Es batu berjalan. Karena kamu selalu sedingin es yang membeku, dan sekuat bongkahan es yang tahan banting."

Rey memarkirkan Ducati Diavelnya di ruko seberang sekolah, tempat langganannya kalau sudah kabur dari sekolah. Kemudian Rey melepas full face helmnya dan merapikan rambutnya asal seraya berjalan menuju sekolah dengan tas disampirkan di sebelah bahu. Rahangnya yang tegas dan sorot matanya yang tajam membuat setiap langkahnya menguarkan aura gelap, sorot matanya yang selalu membuat orang yang ditatapnya menjadi tertekan. Sekuat itulah aura seorang Rey Davis.

Setelah sadar ia tengah memakai pakaian full black bukannya seragam, otomatis Rey melepas jaket kulitnya. Menyisakan kaos hitam yang melekat pada tubuh atletisnya. Rey berani bertaruh pasti Pak Aksa selaku satpam sekolahnya pasti mengira ia gangster kalau ketahuan masuk ke sekolah dengan pakaiannya sekarang. 

Setelah sampai sekolah, buru-buru ia masuk ke toilet dan berganti ke seragam sebelum ada guru yang melihatnya. Kalau kata anak Tiara Harapan, jangan main-main ama guru disini. Gak ada yang bisa diajak asik bareng. Selain popularitasnya yang tinggi, sekolah Rey juga dikenal dengan guru-guru yang sangat strict dengan peraturan. Membuat muridnya mau tidak mau menjadi jera akibat perbuatannya, tentu saja terkecuali Rey dan sahabat-sahabatnya.

Peraturan bukanlah halangan bagi anggota geng silent killers, bahkan guru-guru sampai kepala sekolahpun tunduk pada Rey yang dikenal sebagai anak ketua yayasan sekolah dan ketua geng silent killers yang menyingkirkan semua pembuat onar dan pengacau di sekolahnya tentu saja kecuali mereka sendiri. Yep, hierarki berperan penting bagi sekolah mereka. Buktinya anak-anak yang kurang mampu apalagi malas diperlakukan berbeda oleh guru-guru di sekolah mereka.

Geng ini tidak dibentuk untuk hanya sekadar main-main atau geng persahabatan biasa, tapi nama sekolah juga ikut terbawa oleh geng mereka. Sudah tugas utama bagi mereka untuk melenyapkan segala bentuk ancaman bagi sekolah Tiara Harapan, membuat sekolah mereka lebih dikenal orang-orang dengan 'sekolah anak silent killers' anak-anak pemberontak, dan pembangkang.

Setelah selesai mengganti seragamnya dan merasa aman, Rey diam-diam naik ke rooftop dan memutuskan untuk kabur kesana sampai waktu istirahat. Tanpa diduga, ternyata di dalamnya sudah ada Lucas, Andy, Victor, dan Nathan membolos pelajaran juga.

Keempatnya adalah tim inti sillent killers. "Wei bro, apa kabar rencananya?" Sambut Lucas seraya melempar sebotol soft drink untuk Rey.

"Lancar dong. Thanks ye udah bantuin gue tadi," ucap Rey mengingat Lucas melemparkan tasnya dari lantai 3 ke semak-semak di luar sekolah serta mengalihkan perhatian guru-guru.

"Btw lo pada bolos semua nih?" Lanjutnya kemudian duduk di pinggiran rooftop.

"Yoi, gak liat nih lagi pada mabar?" Balas Lucas memperlihatkan ketiga temannya yang sedang asik memperhatikan ponselnya sambil berseru tidak jelas.

Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka membawa ponsel diam-diam dan tidak menitipkannya pada ketua kelas seperti yang seharusnya. Kelima cowok itu pasti menyimpan ponselnya di saku atau loker mereka untuk berjaga-jaga kalau ada razia dadakan.

Sementara itu, seorang cewek tanpa sadar berkeliling satu sekolah mencari sosok Rey yang hilang sejak jam pelajaran kedua. Cewek itu dengan berani membuka pintu rooftop dan tersenyum puas menemukan pria yang ia cari.

Dengan girang cewek itu menghampiri Rey dan mengetuk punggungnya dua kali dengan jari telunjuknya. "Kamu kemana aja? Bolos ya?"

Ujar cewek itu seraya mengulum senyum tulusnya lalu berdiri di depan Rey. Rupanya perempuan itu adalah Jane Keely, sahabat semasa kecil Rey yang menjabat sebagai cinta pertamanya saat smp. Berbeda dengan Jane, Rey tidak menunjukkan wajah senang sedikitpun. Tipikal Rey dengan wajah songongnya.

Dream ChaserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang