Episode 13: Boxing

83 6 1
                                    


Cowok itu hendak menyapa Rey dengan tepukan di pundak, namun sebelum tangan kekarnya sempat menyentuh bahu Rey, ia sudah terlebih dahulu menepis tangan cowok itu.

Arthur Conan, murid SMA Pelita Kasih– sekolah bertaraf internasional. Tinggi, berotot, nakal, keras kepala, dan tato yang menyelimuti lengannya adalah ciri khas utama lelaki berparas sangar itu.

"Najis, jangan pegang-pegang gue," tegas Rey dingin dengan tatapan menusuk.

Seketika senyum Arthur hilang. "Gue liat-liat masih sok jago juga lu."

Tidak mau ambil pusing, Rey lebih memilih mencuekkan laki-laki yang entah kenapa bisa berada di tempat ini dan bertemu dengannya.

"Woy, gue belum selesai ngomong!" Arthur menarik pundak Rey namun lagi-lagi dihentakkan.

Rey meninju pipi kiri Arthur hingga lelaki itu menoleh. "Fuck off."

Sepasang netra legam Arthur berubah bak kobaran api yang siap menyerbu musuhnya. Alisnya yang tebal menambah kesan keren dan macho.

"Kurang ajar," ujar Arthur kemudian membalas tinjuan itu.

Menariknya, Rey berhasil menghindari serangan itu. Jangan lupa, Rey sudah belajar boxing sejak SD, kelas 6 tepatnya.

Melihat itu, orang-orang sontak memusatkan perhatian kepada kedua remaja yang tengah bertengkar itu.

Awalnya, tidak ada yang mengira sebuah perkelahian terjadi karena keduanya sama-sama sedang memakai sarung tangan tinju, namun sorot mata Arthur dan Rey membuat keadaan menjadi semakin panas. Seakan-akan keduanya ingin saling membunuh.

Duakghh

Rey hendak menendang bagian vital Arthur, namun lelaki itu dengan cekatan menahannya.

Arthur tersenyum licik. "Gini doang kemampuan lo?" serunya.

"Cupu," ucap Arthur meremehkan.

Darah Rey rasanya mendidih, kepalan tangannya bergetar tidak tahan lagi.

Sekali lagi, Rey meninju lelaki itu. Namun, tampaknya kemampuan mereka seimbang. Keduanya sama-sama bisa menghindari serangan dan melayangkan tinjuan sesekali.

Dua orang pelatih bertubuh besar tiba-tiba masuk ruangan. Beberapa orang mengadukan perkelahian yang sedang terjadi pada pihak tempat tinju tersebut.

"Berhenti!" seru seorang pelatih yang kira-kira seumuran Ayah Rey lantas memisahkan kedua remaja yang sama-sama tidak mau kalah.

Sebelum ditarik paksa oleh kedua pelatih itu, Arthur sempat melayangkan satu tinjuan yang tepat sasaran mengenai perut Rey.

Kedua remaja itu masih saling melayangkan tatapan membunuh.

Arthur tergelak. "Ternyata lo masih gak ada apa-apanya," ejeknya.

Rey memberontak sampai sang pelatih kesulitan menahan dia.

"Gak usah belagu lo, jalan aja bisa pincang," balas Rey mengingat waktu itu ia pernah berkelahi dengan Arthur karena hampir macam-macam dengan Jane.

Kala itu, Rey mendominasi perkelahian itu sampai Arthur mengalami patah tulang pada kaki kirinya. Sepertinya, ego lelaki itu tersentil makanya dia berlatih tinju dan nge-gym setiap hari sampai menjadi seperti saat ini.

Urat pada leher Arthur kembali bermunculan. Satu hal yang paling tidak bisa ditoleransi cowok itu, diremehkan.

Tiba-tiba seorang perempuan dengan rambut bergelombang sepunggung memasuki ruangan itu sambil berjalan riang.

Dia langsung membekap mulutnya tidak percaya melihat dua orang lelaki yang sedang ditahan para pelatih dan wajah mereka terluka.

"Rey!" teriak perempuan itu melepaskan genggamannya pada handbag Chanel-nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dream ChaserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang