22 - Kejutan

359 27 2
                                    

Sengaja tunggu 22 mei ~

Ini hanya kejutan biasa. Aku akan memberikanmu lebih dari ini.

Rafa Adnan Wiguna

- Pelangi di Malam Hari -

Pagi-pagi sekali, Rafa sudah harus pergi ke kantor. Padahal meeting diadakan pukul sepuluh pagi. Tetapi, laki-laki berkemeja biru itu sengaja berangkat lebih dulu. Dan meninggalkan secarik kertas di atas bantal yang ia tulis. Rafa berharap rencananya berjalan dengan mulus.

Saat mentari telah menyorot, perlahan Yasmin membuka matanya. Ia segera duduk bersandar di punggung ranjang. Gadis berpakaian piyama berwarna pink itu mengedarkan pandangannya. Tak ada tanda-tanda suaminya di sini.

"Mas Rafa ke mana?" tanyanya sendiri.

Baru saja ingin beranjak, Yasmin melihat kertas yang tergeletak di atas bantal sampingnya.

Baru saja ingin beranjak, Yasmin melihat kertas yang tergeletak di atas bantal sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yasmin menghela napas kasar. Padahal hari ini adalah hari specialnya. Apa dia tidak ingat? Atau tidak tahu? Isi dari surat itu pun tidak ada kata-kata sweet atau ucapan selamat pagi. Mungkin benar, dia lupa dengan hari ini.

Kertas itu diletakan kembali di tempat semula. Yasmin beranjak menuju kamar mandi. Pikirannya masih tertuju pada suaminya yang tidak pamit.

Setelah selesai bertempur dengan air, gadis itu segera bersiap-siap untuk ke kampus. Tugas Pak Kurian harus serahkan hari ini. Jika tidak, akan bertambah lagi. Bersyukurlah Rafa sudah menyelesaikannya semalam.

🍁🍁🍁

Dari sejauh mata memandang, aku melihat Pak Kurian sedang berjalan di koridor. Aku mengejar Pak Kurian. Napasku turun naik. Akhirnya, dia berhenti berjalan setelah aku berada di hadapannya. Pak Kurian tidak akan menengok ke belakang jika ada yang memanggilnya, dia hanya meladeni ketika mahasiswanya sudah berada di depannya. Menyulitkan.

"Pak, ini tugas saya kemarin." Beberapa makalah kuserahkan kepada Pak Kurian. Dia menerimanya.

"Oke."

Demi apa? Hanya satu kata? Aku mengerjakannya sampai begadang. Rasanya ingin memusnahkan dosen seperti ini. Astaghfirullah dosa.

Pak Kurian berlalu dari hadapanku. Aku hanya menghela napas melihat itu. Tak berselang waktu lama, Zahira dan Chelsea menghampiriku.

"Selesai juga tugas lo?" tanya Zahira. Aku mengangguk. Mungkin dia melihat aku menyerahkan tugas kepada Pak Kurian.

"Wihh, ngebut juga ya," canda Chelsea.

"Dibantu Mas Rafa," kataku santai. Zahira dan Chelsea saling beradu tatapan.

"Enak ya yang udah punya Mas mah, dibantuin," sindir Chelsea kepadaku.

Pelangi di Malam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang