1 - Masa Lalu

924 75 177
                                    

Assalamualaikum

Semoga suka ya sama cerita kedua ini

Happy reading

- Pelangi Di Malam Hari -

Purwakarta, 22 Mei 2010

"Selamat ulang tahun, kami ucapkan ..."

"Selamat sejahtera kita kan doakan ..."

Semua anak-anak berusia kisaran sepuluh sampai sebelas tahun itu tengah menyanyikan sebuah lagu ulang tahun untuk sang pemilik rumah. Balon berwarna pink hingga jingga menghiasi ruangan itu. Di tengah kerumunan terdapat meja dan kue berukuran sedang bergambar hello kitty. Seorang anak berusia sebelas tahun berdiri di belakang meja itu. Gaun berwarna pink serta mahkota, tongkat ala ibu peri. Gadis itu tengah merenung. Semua teman-teman yang dia undang sudah datang. Hanya orang tuanya saja yang belum terlihat batang hidungnya sejak tadi.

"Yasmin, kapan kita tiup lilinnya?" tanya salah seorang temannya. Yasmin semakin gelisah. Dia sudah membuat tamu undangannya menunggu lama. Akhirnya, Yasmin berniat untuk mencari kedua orang tuanya.

Pandangan matanya mengedarkan ke seluruh ruangan. Langkah demi langkah, namun tak jua menemukan. Kini, Yasmin berada di halaman rumah belakang. Dia mendengar suara jeritan Ibunya.

"Apa salahku, Mas?"

Suara itu gemetar, diiringi isakan. Yasmin semakin cemas. Dengan berat, kakinya terus menelusuri sumber suara itu.

Apa yang dilihat Yasmin saat ini di luar dugaan. Ayahnya menggenggam wanita lain yang tidak berjilbab. Sedangkan Ibunya, menangis tersedu-sedu. Miris rasanya. Dalam hatinya diselimuti berbagai macam pertanyaan. Dia hanya bisa mengintipnya dari tembok belakang.

"Lebih baik kita pisah! Aku tidak mau dipoligami, Mas!"

"Maaf, Kalila. Aku akan pergi."

Ingin rasanya Yasmin mengutuk Ayahnya dengan tongkat peri yang ia pegang. Dia telah membuat Ibu peri menangis. Dengan tega, Ayahnya melewati Yasmin. Namun urung, di saat gadis itu melontarkan sebuah pertanyaan polos. "Ayah bagaimana dengan pesta ulang tahun Yasmin?"

Laki-laki yang dipanggil sebagai Ayah justru menghela napas kasar. Geram terhadap anak bungsunya. "Batalkan saja!" ucapnya lalu pergi bersama wanita itu.

Apa yang dilakukan anak seusia itu ketika tahu orang tuanya akan pisah? Menangis? Terlebih, ini adalah hari ulang tahunnya. Mungkin, trauma. Ada rasa benci dalam hatinya.

Yasmin menghampiri wanita paruh baya sedang duduk di kursi. Masih dalam keadaan yang sama. Bahunya naik turun. "Ibu kenapa nangis?" tanya gadis itu. Lalu, memeluk sang Ibu.

"Ibu enggak apa. Gimana ulang tahunmu?"

"Yasmin batalkan, Bu. Ayah yang nyuruh." Gadis berambut panjang di gerai itu menunduk. Mahkota yang ada di atas kepalanya hampir saja jatuh. Tetapi, Ibu kesayangannya merapihkannya kembali.

"Mahkota ini seperti kamu, cantik. Jangan jatuhkan mahkota kamu sendiri, hanya karena kamu gak sanggup menghadapi."

Berusaha Yasmin menelaah kata demi kata yang diucapkan Ibunya. Walaupun saat ini ia belum mengerti, suatu saat pasti akan paham.

Ayah. Satu nama itu kini menjadi sebuah kebencian. Pahlawan itu tak lagi menyelamatkan bangsa yang sedang bersedih hati. Dia telah pergi, memilih bangsa lain yang ingin diselamatkan.

Kepercayaan itu ibarat kaca, kan? Sekalinya hancur, maka tidak bisa dibentuk seperti semula. Serpihannya menusuk hati. Goresannya hingga ke jiwa. Menyembuhkannya? Entah sampai kapan.

- Pelangi Di Malam Hari -

Apakah ada yang pernah merasakan seperti Yasmin?

Mana Votenya?

Koreksi jika terdapat kesalahan, ya

_tiaraaaz_

Note :
PART INI SUDAH DIREVISI

Pelangi di Malam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang