Mungkin ini saatnya kita melihat dari sisi pandang Soonyoung dicerita ini. Kusarankan bacanya sambil denger lagu yang melow. Jangan back it up ya😭😭😭 kusaranin coveran Jun atau jangan denger musik biar lebih menghayati. Aku aja mewek nulisnya, apa karena akunya terlalu menghayati ya menghayalnya hahahaha👍kalo di ucapan Jihoon banyak titiknya berarti dia lagi sesegukan ya hahaha
.
.
.
.Ceklek!
Blip!
Soonyoung mentap apartemennya dalam diam. Padahal baru saja mengantar Jihoon untuk orientasi mahasiswa baru. Tapi apartemennya sudah terasa sepi. Dulu, ketika dirinya tinggal sendiri, rasanya biasa saja. Kenapa sekarang terasa begitu sunyi.
Melepas sepatunya, menaruh kunci mobil di mangkuk hias diatas meja didekat situ dan berjalah kearah sofa.
Tangannya menyentuh ujung kepala sofa dan menariknya sampai ujung. Tersenyum, tempat Jihoon bermalas-malasan. Pikirnya.
Kalau biasanya Jihoon yang tiduran disofa sambil menonton tv. Sekarang Soonyounglah yang tiduran disofa sambil menonton tv. "Bau Jihoon"
Soonyoung berusaha fokus menonton acara variety yang sering ditonton Jihoon sampai tertawa terbahak-bahak.
Dirinya menikmati menonton acara kesukaan Jihoon, sesekali juga dirinya tertawa. Ketika acara selesai. Raut wajah Soonyoung berubah sedih.
"Aku merindukkannya".
.
.○Soonyoung○
Dulu... malam sebelum menjemput Jihoon. Eomma meneleponku, kupikir eomma merindukanku atau akan mengunjungiku. Ternyata dirinya memberiku sebuah beban. Menjaga seorang gadis? Dia pikir aku baby sitter? Apa tidak ada orang lain yang bisa disuruh? Kenapa harus diriku? Dan terlebih lagi ini perempuan, ah aku benci ini. Perempuan sangat merepotkan. Bagaimana jika perempuan itu akan memanfaatkanku atau mendekatiku, tidak akan kubiarkan.
Malam itu aku berpikir untuk memberi perempuan itu uang dan membelikannya rumah saja sehingga tidak akan menyusahkanku. Dia bukan bayi bukan sehingga tidak bisa mengurus dirinya sendiri?
Jam menjemputnya sangat pagi, kuputuskan memesan taksi.
Sumpah, aku sangat terkejut ketika Jun hyeong menggandeng Jihoon menghampiriku saat itu. Sosok Jihoon sangat-sangat tidak kuduga. Kupikir perempuan itu akan seperti perempuan-perempuan korea pada umumnya. Memang pertama melihat, dirinya seperti perempuan korea kebanyakan mata sipit dan kulit yang putih. Tapi, perempuan ini dilihat dari jauh pun sangat imut.
Dari dulu aku tidak menyukai perempuan yang cantik apalagi cantiknya karena polesan yang banyak.
Tapi, perempuan yang digandeng Jun hyeong waktu itu berbeda. Dia terlihat natural dan cantik alami, seleraku. Mata sipitnya yang berbinar, kulit putihnya yang pucat, pipinya yang ku yakini merona alami karena malu, bibirnya yang tipis ranum, bahkan rambutnya yang bergerak kesana kemari ketika berjalanpun seperti menggodaku. Dan suaranya...
Sejak saat itu ku batalkan niatku untuk menyogoknya uang dan menyuruhnya tinggal sendiri.
Eomma memberiku nasihat dan beberapa saran sebelum menjemput Jihoon, eomma dan Jun hyeong menyuruhku untuk tidak berlebihan, entah kenapa alasannya. Ketika kami menuju restoran untuk sarapan aku berusaha mencerna ucapan mereka.
Aku melihat sosok Jihoon, ku akui dia memang menggemaskan dan seleraku. Tapi, aku tidak kepikiran untuk berlebihan padanya. Dan waktu itu yang berlebihan padanya malah Jun hyeong.
Menyelimuti Jihoon, mengikatkan rambut Jihoon. Lucu, saat itu aku selalu mengolok-olok Jun hyeong dalam hati karena terperangkap oleh pesona Jihoon. Tapi, sekarang nyatanya malah aku yang terperangkap. Sekarang diriku yang menggelikan. Kalian boleh mentertawakanku sekarang, aku terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marmalade Day (SoonHoon)
Novela Juvenil"Aaaaa~ biarkan aku melakukannya" Lee Jihoon, gadis mungil itu merengek dengan mata yang berbinar-binar kepada lelaki itu. "Arraseo. jangan sampai terluka, eomma akan memarahiku kalau kau terluka lagi" Kwon Soonyoung, lelaki itu mengembalikan pisau...