Lona mengusak rambutnya frustasi. Uh, dia hampir merasa gila dengan sikap Sagha yang kelewatan polos.
Apakah sesusah itu menyatakan cinta? Setau Lona tidak, bahkan cukup mudah. Hanya perlu menyatakan perasaan pada orang yang disuka lalu kita akan dapat jawaban, 'ya' jika perasaan kita diterima atau 'tidak' untuk sebaliknya.
Tapi, ini kenapa ribet banget, ya? Bahkan Sagha saja tak paham sama sekali dengan ucapannya. Sagha terlalu polos. Sangat polos malah.
Menghela nafas kasar, Lona memulai membali untuk menelpon Sagha. Ia harus menjelaskan semua ucapannya secara rinci supaya cowok childish itu dapat mengerti.
Harusnya juga ia langsung saja memberi arti dari kata 'pacar' pada Sagha saat di taman hiburan waktu itu supaya ia tak perlu kesulitan dalam hal ini.
Sambungan masih tersambung dan dengan sabar Lona menunggu.
Di dalam kamarnya Sagha duduk bersila sambil memeluk boneka beruang coklat besarnya di atas ranjang besarnya sambil menatap layar hitam ponselnya dengan tatapan terpolos yang dimilikinya; entah apa gunanya ia melakukan hal itu.
Yang pastinya saat ini ia tengah memifirkan kalimat yang dilontarkan Lona tadi. Pikiran polosnya tak mampu menafsirkan makna dari kalimat itu atau memang, Sagha yang terlalu polos atau bodoh hingga tak tau jika itu adalah sebuah pernyataan cinta, mungkin?
Sagha yang masih termenung sambil menatap layar ponselnya tanpa guna itu terlonjak kaget dan melempar ponselnya sembarang di atas kasur saat tiba- tiba ponselnya kembali berdering menandakan adanya panggilan.
Di sana terpampang nomor yang sama seperti nomor Lona yang menelponnya, lantas dengan segera Sagha mengangkat panggilan tersebut.
"Uh, hallo Lona. Kenapa telpon?" Tanya Sagha dengan polosnya, tanpa tau jika Lona di dalam mobilnya sana tengah berfikir keras bagaimana cara menyusun kata yang mudah suapaya cowok childish itu paham apa yang ia maksud.
Oh, ayolah. Lona tak cukup cerdas untuk merangkai kata yang tepat untuk masalah ini. "Maksud gue tadi itu adalah lo harus jadi punya gue, gak ada cewek lain yang boleh deketin lo atau milikin lo kecuali gue."
Hanya kalimat itu yang terdapat dalam otak Lona saat ini. Entah, kenapa ia hanya menginginkan jika Sagha hanya miliknya.
Disana mata Sagha tengah berkaca- kaca, entah apa yang sedang cowok polos itu pikirkan hingga membuatnya ingin menangis.
Lona masih menunggu tanggapan Sagha, tapi tak ada sahutan apapun dari seberang sana. Menghela nafas, Lona bermonolog, "Ini Sagha maksud nggak 'sih sama kaㅡ
"Hiks, m- maksud Lolo S- sagha gak boleh deket- deket sama Mama hiks S- sagha juga, 'kan Mama juga cewek, hiks."
Lona speechless, ini kenapa Sagha jadi terlalu polos hingga salah memgartikan 'sih? Maksudnya itu adalah cewek yang menyukainya selain Lona bukan Mamanya sendiri!
"Sagha, lo bisa keluar dari mansion lo dan temuin gue di gerbang utama?" Tanya Lona sambil beranjak keluar dari mobilnya dan melangkahkan kakinya menuju sebuah gerbang besar yang merupakan gerbang utama mansion keluarga Ayudha.
"Hiks, g- gak boleh sama Mama hiks." Balas Sagha dari seberang, masih dengan isakannya yang terdengar jelas.
Ah, Lona tau alasannya.
Jadi, ia harus mencari jalan sendiri supaya bisa bertatap muka dengan Sagha hari ini juga dan menjelaskan semuanya sebelum cowok sialan itu datang menemuinya. Siapa lagi jika bukan Kevin, karena sedari tadi cowok itu terus saja mengirimi pesan pada Lona.
Lagipun entah kenapa juga ia jadi sangat ingin melihat langsung cowok childish berpipi gembil itu.
"Sekarang matiin panggilannya, diem di kamar lo. Gue bakal nemuin lo." Ucap Lona dan mengakhiri panggilannya membuat Sagha terdiam dengan tangisnya yang mereda saat mendengar ucapan Lona.
Sagha mengusap air matanya pelan dan meletakkan ponselnya di atas nakas di samping ranjang tidurnya. Memeluk bonekanya erat, Sagha merebahkan tubuhnya di atas kasurnya.
"Lona gimana mau nemuin Sagha?" Monolog Sagha sambil menatap langit- langit kamarnya yang penuh dengan gambar benda langit, seperti matahari, bulan, bintang dan lainnya.
Sepi. Kamarnya sepi, hanya ada suara detik jarum jam. Bosan. Itu yang dirasakan Sagha.
Sagha ingin segera bertemu dengan Lona dan kembali mengajak gadis berambut pirang itu untuk membawanya pergi bermain di luar sana. Sagha bosan harus terkurung di mansion terus menerus.
"Sagha."
Sagha menolehkan kepalanya ke samping untuk melihat siapa yang memanggilnya. Suara yang jelas saja Sagha tau walaupun mereka baru berkenalan beberapa hari ini.
Sagha segera bangkit dari tidurnya dan berdiri di hadapan gadis berambut pirang di hadapannya itu. Sagha tersenyum lebar membuat kedua matanya yang telah sipit itu semakin menyipit. Dan itu terlihat sangat manis di mata Lona saat ini.
Senyum manis itu menghilang lalu tergantikan dengan tatapan polosnya sambil Sagha memiringkan kepalanya ke samping dan mengerutkan keningnya bingung.
"Lona masuknya gimana?" Tanya Sagha dengan polosnya sambil menatap ke sekeliling kamarnya.
Lona tersenyum bangga, janganlah meremehkannya.
Pintu kamar Sagha masih terkunci rapat hanya saja pintu balkonnya kini terbuka lebar. Jadi, apa mungkin Lona masuk ke dalam kamar Sagha dengan memanjat mansion mewah ini hingga ke lantai tiga?
Biarkan ini menjadi rahasia,
Karena sesungguhnya pun Author tak tau. Yang terpenting kini Lona dapat dengan segera meluruskan ucapannya dan memberikan penjelasan yang jelas pada arti kata 'pacar' pada Sagha dan segera menjadikan cowok childish di hadapannya ini menjadi miliknya.
Karena cinta pada pertama itu nyata adanya seperti yang Lona rasakan saat pertama kalinya menatap lamat dan dalam manik mata coklat hazel yang menatapnya dengan tatapan terpolosnya.
- To Be Continued-
Ada yang rindu?
/ Author kebanyakan ngarep, ehe.
Maaf, ya baru update, soalnya sibuk pake banget. Author usahain lagi buat bagi waktunya untuk nulis cerita ini yang kelamaan ngaret karna banyaknya kesibukan.
Entah udah berapa bulan lamanya ini cerita gak diupdate.
Makasih buat para readers juga vote dan komennya, support terus Author supaya semangat ngetiknya!
Bye semua!
Ketemu di chapter selanjutnya yang gak tau kapan updatenya, ehe.
Tapi diusahain untuk secepatnya 'kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH (✓)
Romance[END] Lona itu sejenis gadis nakal yang terlalu bebas. Oh bukan, dia bahkan menjadi bagian dari kelompok mafia. Dunia kriminal bahkan melingkupi hari-harinya. Takdir memang aneh ya bila membuatnya jatuh terpikat pada seorang lelaki lugu sejenis Sag...