16. Peluk!

7.1K 491 4
                                    








"Lona mau kemana?"

Menghela nafas lelah. Lona tersenyum tipis 一tersenyum paksa. "Gue mau pergi sebentar aja. Gak lama, kok." Ujarnya memberi pengertian pada Sagha yang tengah mempoutkan bibirnya kesal.

"Gak bohong, 'kan?" Tanya Sagha lagi dengan manik matanya yang nampak berkaca- kaca bersedia untuk kembali menangis.

Beberapa menit yang lalu dia sempat menangis hanya karna Kevin yang kurang kerjaan dan iseng memasukkan sesuatu ke dalam piyama Sagha yang baru saja bangun tidur.

Menakuti- nakuti, hingga membuat Sagha histeris dan berakhir menangis keras dan memanggil- manggil nama Lona.

Lona mengusak pelan surai Sagha yang terasa lembut di telapak tangannya, bukan lagi kusut seperti kemarin. "Janji, kok." Ucapnya dengan senyuman tipis meyakinkan Sagha yang masih saja ragu.

Sagha memeluk erat Lona erat bahkan, sampai sesak Lona rasakan. "Jangan lama- lama perginya. Sagha takut sendiri."

"Iya gak lama. Cuman sebentar." Jelas Lona dan melepas pelukan erat Sagha yang membuatnya sampai sesak, karna terlalu eratnya. Tapi, tetap saja Sagha tak ingin melepas pelukannya.

Lona harus pergi saat ini. Ada sesuatu yang harus diurusnya dan perlu ia periksa. Dia merasa ada sesuatu yang janggal dari sini dan dia harus memastikannya.

Hey, ini adalah salah satu tugasnya menjadi seorang mafia. Sesuatu yang janggal harus segera diselidiki jika tak ingin ada hal yang fatal.

Kalian kira menjadi seorang mafia hanya perlu menarik pelatuk pistol lalu musuh akan tumbang begitu saja?

Hahaha ... konyol.

"Gha, lepas." Pinta Lona sambil mencoba melepas pelukan Sagha yang masih saja mengerat di tubuhnya.

"Gak mau! Sagha masih mau peluk- peluk Lona! Huwee ... Lona jangan pergi, ya! Sama Sagha aja disini." Tangis Sagha pecah setelah sedari tadi ia terus mencoba menahannya.

Bocah ini benar- benar tak ingin dia pergi, ya?

•••

Lona sudah pergi setengah jam yang lalu.

Dengan sedikit seretan dan tarikan paksa dari Kevin agar Sagha melepas pelukannya. Sedikit terdengar sadis tapi hanya cara itu agar Lona bisa dengan segera pergi.

Dan sekarang bocah itu masih saja merengek sambil menangis keras membuat Kevin jengah lama- kelamaan 一tangisan Sagha membuat telinganya serasa tuli.

"Udah, woy. Lo nangis melulu itu air mata gak ada abis- abisnya, ya." Celetuk Kevin tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di hadapannya 一dia sedang memantau sesuatu dari laptopnya itu.

Sagha? Dia mana peduli dengan ucapan Kevin, pemuda menyebalkan itu. Bahkan, kini dia semakin mengeraskan volume tangisannya.

Kevin meringis mendengarnya.

"HUWAAA一hmpth." Sebelum tangisan itu semakin membuat telinganya berdengung kemudian menjadi tuli, alangkah lebih baiknya kalau Kevin menyumpalnya一






一dengan saus sambal.

Dapat dari mana dia benda itu? Dasar Kevin bodoh! Yang ada bocah itu akan semakin menangis dengan keras dan membuat telinganya benar- benar tuli sekarang.

"HUWAAA PANAASS!!! PEDESS!!! KEVIN NAKAL!!"

Nah, kan?

Sagha berlarian di dalam rumah Lona dan menuju dapur, membuka brutal kulkas dan menyambar air dingin dari sana.

Tangisnya semakin keras dengan rasa pedasnya yang semakin bertambah, dasar Kevin sialan! Pasti Sagha akan membalasnya.

Kevin yang melihatnya ha ya tertawa pelan tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. Apa dia tak punya perasaan? Dasar gila!

Kalau Lona tau mungkin dia sudah habis dihajar babak belur olehnya. Dan selagi Lona tak ada kenapa dia tak menggunakan kesempatan ini untuk mengerjai bocah manja itu?

Dasar gak ada akhlaknya!

"Hahaha ... rasain! Pedes, kan? Mamam, ntuh pedes. BWAHAHAHA ..." Ucap Kevin dan tertawa keras kemudia tanpa sadar jika Sagha telah berdiri di hadapannya dengan wajah yang suram.

PLAK!!

Dengan kesalnya Sagha memukul kepala Kevin yang sedang terbahak- bahak di sana dengan sebuah remote televisi yang entah di dapatnya dari mana.

Meringis sakit sambil mengusap keningnya yang memerah. Pastinya Kevin tak terima dan berniat membalas.

Kevin balik membalas Sagha dengan menarik surainya hingga beberapa helainya rontok tanpa mempedulikan laptopnya yang tergeletak di sembarang tempat dan bisa saja hancur terinjak.

Tak terima. Sagha balas melakukan hal yang sama dengan brutalnya, mulai dari mencakar, menggigit, atau bahkan menendang wajah Kevin yang benar- benar menyebalkan. Walaupun Sagha seorang yang manja, cengeng dan childish tapi tetap saja dia pria, kan?

Tenanganya tak main- main untuk membuat pipi Kevin lebam.

Kevin tak terima lantas membalas dan begitu sebaliknya. Pertengkaran ini terus saja terjadi.

Sepertimya Lona salah mengambil keputusan dengan menyatukan Kevin dan Sagha di satu tempat.





















Perasaan gue gak enak. Di rumah, Kevin sama Sagha gak jambak- jambakan? , monolog Lona sambil memantau sesuatu dari dalam mobilnya.



- Tbc -

Wp error kayaknya.

Part yang sebelumnya malah hilang dan ini Author bikin yang baru.

Tapi, gimana? Alurnya ngawur gak?

Eh, cerita ini bentar lagi tamat lho.

Ehehehe...










CHILDISH (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang