12. Strange

5.8K 496 11
                                        

Menjadi obat nyamuk ataupun menjadi kambing congek adalah sebutan yang tepat untuk situasi Kevin saat ini.

Kini dirinya duduk di kursi belakang lalu cowok yang sering ia sebut cengeng itu entah dari mana asalnya telah berada di depan sana dengan Lona yang penuh perhatian tengah mengobati lukanya.

Beruntungnya, Lona selalu menyiapkan P3K di mobilnya setiap saat.

Ah, panas rasanya panas membakar hati Kevin yang tengah di landa cemburu ini.

"Akh, hiks s- sakit huweee sakit Lolo!" Pekik Sagha saat kapas dengan alkohol itu mengenai pipinya yang terluka itu.

Lona berusaha untuk tetap tersenyum, walaupun dalam hatinya telah membatin, untung lo pacar gue Sagha kalo bukan dah gue tembak sampe bolong kepala lo itu pake pistol di dashboard,

Berisik, cemprengnya suara lo.

Hanya saja, semua omelan Lona itu hanya bisa ia ucapkan dalam hatinya, jika saja ia ucapkan di hadapan Sagha mungkin saja cowok itu pasti akan menangis lebih kencang dan mungkin akan merajuk padanya.

"Ah, lama kalean buruan ngapa. Lo juga jadi cowok cuman lecet gitu aja udah menye- menye pake nangis segala." Omel Kevin yang jengah membuat kedua manik mata Sagha semakin berkaca- kaca.

Lona menatap tajam Kevin lalu melemparkan kapas beralkohol di tangannya ke arah cowok menyebalkan itu.

"Apa?" Tanya Kevin yang tak terima dengan lemparan kapas itu.

"Sagha nangis abis lo, Kevin." Ancam Lona dengan dinginnya membuat Kevin bergidik ngeri karna aura Lona yang amat menyeramkan di saat ia tengah serius.

Sagha jangan nangis, jangan nangis kalo lo gak mau kepala gue pecah atau tangan gue copot dari tempatnya, batin Kevin sambil menatap penuh harap pada Sagha yang hanya diam.

Seperti mereka memiliki telepati, Sagha yang semula bersiap akan menangis kini malah tersenyum sambil menatap lamat sesuatu di dashboard mobil.

Perasaan gue gak enak sumpah, batin Lona yang kini mulai waspada dengan apa yang akan Sagha lakukan, lagipun kekasihnya itu sangatlah polos bahkan terlalu lugu untuk tau hal- hal berbahaya sepertiㅡ

Pistol.

"Lona ini mainan, 'ya?" Tanya Sagha sambil menodongkan pistol yang dipegangnya ke arah Lona, namun yang Sagha maksud hanya untuk bermain- main.

"Bego, itu bukan mainan goblok taruh sekarang nggak? Atau gue tinggalin lo di sini." Titah Kevin sambil berusaha untuk meraih pistol di tangan Sagha.

Sagha menyembunyikan pistol itu di balik tubuhnya, "Gak mau! Ini mainan Sagha."

Kevin menepuk keningnya kesal, "Itu bukan mainan tolol, itu pistol beneran, ah bego amat 'sih lo." Ujar Kevin frustasi sambil tetap terus mencoba merebut pistol itu.

Sedangkan Lona hanya diam sambil menyaksikan pertengkaran itu, sesekali mendengus kesal kala teriakan atau pekikan cempreng Sagha yang menggema membuat telinganya serasa tuli.

Ataupun memandang jengah Kevin yang mulai mengeluarkan semua umpatannya yang pasti akan membuat Sagha mengikutinya.

Oh, ayolah Sagha itu bagaikan anak TK yang akan mengikuti apa yang orang lain lakukan tanpa peduli jika itu adalah keburukan atau kebaikan.

Lona lebih memilih mengalihkan perhatiannya ke arah jalanan yang sangatlah sepi dan gelap dengan banyaknya pepohonan juga semak belukar di sekitarnya.

Pemandangan yang cukup menyeramkan. Namun bagi Lona, ini hanyalah pemandangan yang biasa saja menurutnya.

Ah, kepalanya terasa pening memikirkan banyaknya keanehan yang terjadi di sekitar hutan ini.

Dan, lagi. Sagha, adalah keanehan yang utama dia pikirkan disini. Sangat aneh dan mustahil jika Sagha bisa ada di sekitar hutan demgan keadaan terluka seperti itu sambil berlarian dan menangis di jalanan.

Sangat aneh.

Lona mengedarkan pandangannya, saat merasa seperti ada yang mengawasi mereka. Terlebih lagi dugaannya sepertinya sangat kuat saat tanpa sengaja ia melihat sebuah siluet hitam melintas lalu menghilang di tengah gelapnya malam.

Lona mendorong Kevin hingga ia terjungkal ke belakang lalu merebut paksa pistol dari tangan Sagha dan meletakkannya kembali ke dashboardㅡsemudah itu bagi Lona untuk merebut pistolnya dibandingkan dengan Kevin yang harus melalui banyak pertengkaran kecil.

Pistolnya yang direbut membuat Sagha berdecak kesal dan bersedekap dada pertanda merajuk sambil mempoutkan bibirnya.

Ingin rasanya Lona mencubitinya karna gemas namun sekarang bukanlah saatnya, memakaikan safetybelt pada kekasihnya itu setelahnya lantas Lona melajukan mobilnya melintasi jalanan yang sepi ini pergi menuju mansion.

"Lo kenapa? Keliatan buru- buru padahal tadi biasa aja."

Lona semakin menambah laju mobilnya membuat Kevin hampir terjerembab ke bawah karna lupa memakai safetybelt nya, padahal rasa sakit pada bokongnya akibat dorongan Lona tadi belum menghilang rasa sakitnya.

Sagha yang tanpa sengaja melihatnya tertawa kecil membuat Kevin mendengus kesal lalu menatap tajam cowok childish itu, membuat Sagha berhenti tertawa dan menyembunyikan wajahnya karna takut pada tatapan tajam Kevin.

"Ada yang mata- matain kita." Sahut Lona membuat Kevin lantas menoleh ke sekitarnya dan mulai waspada dengan pistol dari balik jaketnya yang kini berada di genggamannya.

"Kok, bisa?"

Lona mengendikkan bahunya acuh tanda tak tahu, "Ya, mungkin itu pasti suruhan mereka. Dan ada satu lagi yang buat gue ngerasa aneh disiniㅡ

Lona menjeda ucapannya sejenak, ㅡSagha, gimana lo bisa kesini? Yang gue tau, lo bahkan gak boleh keluar dari mansion."

Sagha hanya diam lalu menaikkan kedua kakinya hingga ia dapat memeluknya dan membenamkan wajahnya dalam lututnya.

"Kenapa lo, cengeng?" Tanya Kevin dengan kata sindiran di akhirnya sambil menyembunyikan pistolnya kembali saat dirasa tak ada yang mengikuti mereka sedari tadi.

Sagha hanya menggeleng, membuat Lona semakin merasa aneh.

Banyak pemikiran yang berputar dalam otaknya, membuat kepalanya terasa bertambah sakit dan semakin pening saja.

Daripada memikirkan banyak hal yang belum tentu memiliki titik terang akhirnya Lona memilih berfokus pada jalanan dengan Kevin yang kini sibuk berkutat dengan laptopnya dan Sagha yang masih tetap menyembunyikan wajahnya dalam lututnya.

Walaupun sebenarnya Lona masih merasa jika mata- mata itu masih membuntutinya, namun tak ada apapun di belakang sana. Seperti sebuah mobil, motor atau apapun itu yang mencurigakan.












Dan tanpa sadar, jika sebenarnya sebuah SUV hitam yang keluar dari arah hutan diam- diam mengikuti mereka dari belakang sana.

- To Be Continued -

Hay!

Author welcome back again!
Vote- nya sama comen- nya 'ya jangan lupa.











CHILDISH (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang