08. Nakal

9.8K 582 0
                                        

"Kenapa kabur dari mansion?" Tanya Dito dengan suara rendahnya pertanda ia sedang serius dan menahan amarah pada putra tunggalnya.

Siapa lagi jika bukan Sagha yang saat ini hanya bisa menunduk di tepi kasur kamarnya dengan memilin hodienya sambil menitikkan air matanya dengan deras.

"M-maaf, Pa hiks." Hanya kata itu yang mampu Sagha keluarkan dari bibir mungilnya.

"Jawab Papa,Sagha. Bukan meminta maaf." Tegas Dito.

"S-Sagha hiks b-bosen di-di rumah, terus hiks." Jelas Sagha dengan terbata akibat isakannya yg semakin menjadi.

Dito menghela nafas lelah,"Kenapa gak bilang Papa atau para maid kalo keluar?"

Sagha semakin menunduk, "P-pasti Papa gak bolehin hiks,"

"Papa pasti n-nyuruh Sagha d-di rumah terus, hiks." Sambungnya.

Dito menghela nafas kembali, sebenarnya ia cukup lelah untuk memberikan penjelasan bagi putra tunggalnya ini.

Dito tau anaknya pasti bosan dan sejujurnya pasti ingin tau dunia di luar sana. Tapi apa boleh buat jika keadaan sekitar tak memungkinkan.

"Intinya jangan diulangin lagi, ngerti?" Sagha hanya mengangguk pelan.

Dito duduk di samping Sagha dan memeluk tubuh mungil itu serta mengusap punggungnya yang bergetar.

Sebenarnya ada rasa bersalah juga di hati Dito sebenarnya. Ia terlalu mengekang anaknya tapi inilah yg terbaik jika tak ingin kejadian masa lalu terulang.

"M-maafin Sagha ya,Pa? Sagha janji gak akan ngulangin lagi." Ucap Sagha sambil mengeratkan pelukannya pada pria berumur 37 tahun yg menyandang status sebagai ayahnya itu.

Perlahan tangisan Sagha mereda dan hanya tersisa isakan-isakan kecil.

"Tapi, anak nakal tetep harus dapet hukuman."Jelas Dito dan melepas pelukannya.

Sagha kembali berkaca-kaca bahkan siap untuk mengeluarkan cairan sebening kristal itu lagi sambil mempoutkan bibirnya.

Dan itu menggemaskan.

Tapi,sebagai seorang ayah yg tegas Dito harus melakukan yg terbaik untuk anaknya.

"Jangan keluar kamar sebelum Papa yg perintah."

Sagha membalik badannya memunggungi Dito pertanda ia tak setuju dan marah.

"Papa jahat! Sagha gak suka. Sagha ngambek aja, hiks." Tangisan Sagha kembali pecah.

Bertepatan dengan itu Regina datang dengan membawa segelas susu karna ia tau bahwa sekarang adalah waktunya Sagha untuk tidur.

"Ada apa sayang, hm? Bilang ke Mama." Tanya Regina lalu meletakkan gelas susunya di atas nakas terdekat dan berjongkok di depan Sagha lalu menangkup pipi gembil yang basah akan air mata itu.

"Mama hiks,, Papa nakal, hiks." Adunya dengan memeluk erat Regina.

Regina menatap suaminya yang juga ikut menatapnya balik menanyakan apa yg sebenarnya terjadi.

"Hanya hukuman kecil untuk anak nakal."Jelas Dito dengan nada yg dibuat-buat untuk mengejek Sagha.

Dan itu semakin membuat Sagha menangis dengan keras, "hiks,, huwaa, Mama liat itu Papanya nakal, hiks." Adu Sagha lagi.

Regina hanya terkekeh pelan lalu kembali menangkup pipi gembil itu dan memberikan beberapa penjelasan agar putra tunggal kesayangannya itu mengerti.

"Papa marah dan kasih hukuman ke Sagha itu karna Papa sayang sama Sagha. Kalo Papa gak sayang Sagha pasti Papa gak akan mau repot-repot kasih nasihat ke Sagha dan lebih baik dia akan ngerjakan tugasnya yang menumpuk di ruang kerjanya itu dari pada susah-susah beri nasihat ke Sagha,"

"Sagha paham?" Tanya Regina dengan lembutnya dan kini duduk di samping Sagha yang membelakangi suaminya lalu memeluk tubuh mungil itu penuh kasih sayang.

"Sagha paham,Ma.Tapi Papa tetep aja ngeselin, Sagha gak suka." Ucap Sagha sambil mempoutkan bibirnya.

Disana Dito hanya bisa tersenyum melihat interaksi antara anak dan istrinya itu.

"Papa gak akan lama kok kasih hukumannya, percaya dong sama Mama, hm?" Tanya Regina sambil mengusap lembut surai Sagha yg menyenderkan kepalanya di bahunya.

"Percaya tapi janji mau bolehin Sagha ketemu lagi sama Lolo?" Kini Sagha mengajukan sebuah permintaan.

Membuat pasangan suami-istri itu saling menatap meminta penjelasan dan kalimat yg sesuai untuk diucapkan pada Sagha.

"Memangnya Lolo yg mana orangnya?" Tanya Regina lagi.

"Cewek yg tadi sore antar Sagha pulang. Sagha pengen main lagi sama Lolo, dia orangnya asik sama baik walaupun agak kaku sama cuek," Jelas Sagha.

"Tapi,dia baik juga berani terus hebat dia juga perempuan yg kuat loh,Mah."

"Oh,ya?" Ucap Regina seolah tak percaya dan Dito hanya menjadi pendengar disini.

"Iya, buktinya dia pukulin cowok yang gangguin Sagha di taman hiburan. Pokonya Lolo itu the best!" Jelas Sagha dengan girangnya.

"Boleh asalkan izin sama Papa juga Mama,ok?"

Sagha memeluk tubuh Regina erat dan mengucapkan kata terimakasih berulang kali hingga kini dirinya tertidur di pelukan Mamanya.

"Pa,apa kita bisa percaya dengan perempuan itu?"Tanya Regina dengan nada khawatirnya.

"Percaya sesekali kepada seseorang tak salah bukan? Lagi pun juga gadis itu bukanlah gadis sembarangan yg hanya bisa mempermainkan perasaan seseorang dan mengambil kesempatan di balik apa yg Sagha miliki."

Regina tersenyum lega lalu merebahkan tubuh putra kecilnya yang kini telah tumbuh menjadi seorang remaja yg tampan ini.

Mengecup pelan keningnya.Menarik selimutnya hingga sebatas dada Sagha dan mengucapkan kata selamat malam dan kecupan penuh sayang lagi di kening Sagha.

"Selamat malam sayang,mimpi indah. Mama menyayangimu."

Setelahnya Regina pergi ke luar kamar Sagha dengan membawa kembali segelas susu yg hanya tergeletak di atas nakas tanpa ada yang menyentuhnya.

Dito memandang putra semata wayang nya itu dengan lembut.Mengusap lembut pipi chubbynya yang halus dan mengecup keningnya dan tak lupa mengucapkan kata pengantar tidur seperti apa yang Regina lakukan.

"Good night,Sagha,"Tersenyum dan menghela nafas untuk beberapa waktu menghilangkan beberapa beban yg selalu ia pikul.

"Papa selalu menyayangimu."

Dito pergi meninggalkan Sagha yang tengah tertidur dengan pulas itu sendirian dan tak lupa untuk tetap menghidupkan lampunya karna Sagha takut pada kegelapan.

Dan nyatanya sang pemilik kamar sendiri tak tidur, hanya memandangi bintang-bintang dan bulan yg nampak jelas dari jendela besar dengan kaca transparan sebagai pembatasnya dan gorden putih tipis yg terkibas-kibas angin malam.

Matanya masih berkaca-kaca tapi sebuah senyuman terukir di bibir tipisnya.

"Sekarang Lolo gimana, ya? Apa dia dihukum juga kayak Sagha?"Gumam Sagha tanpa sadar sambil tetap memandang bulan dan bintang-bintang dari jendela kamarnya hingga kini dirinya terlelap dengan sendirinya.

Dan apa Sagha tau bahwa sekarang Lona tengah kesal sambil mengeluarkan berbagai umpatan bagi cowok tampan yg ia bilang 'cowok sialan'. Siapa lagi jika bukan Kevin yg menjadi partner dalam misi gelapnya kali ini.

"APA SIH MAU LO,SETAN!?"

Kevin tersenyum jail dan memberikan sebuah bunga yg ia ambil dari vas bunga yg ada di atas nakas di dekatnya.

"Jadi,pacar gue mau?"

' Bugh '

"Ogah dan gak akan pernah mau!"

Setelah puas menendang tulang kering Kevin hingga membuat si empunya kesakitan Lona bergegas menuju kamar nya dan menguncinya.

Kevin benar-benar membuatnya serasa ingin mendidih.

"Sialan lo,Kevin!"

-Tbc-








CHILDISH (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang