Extra Chapter : Si Kembar

6.8K 410 6
                                    

Hai! Udah lama, ya.

Ada cerita baru, nih.

Ayo, silahkan mampir aja sebentar. Siapa tau kepincut, kan? Silahkan liat di bio saya, ya.

•••

"Mom, kita ke sekolah dianter daddy nanti?"

Yang dipanggil mengangguk dan berdehem pelan tanpa mengalihkan atensinya dari lembaran kertas di hadapannya─sesekali meminum kopinya yang telah mendingin karna dibiarkan terlalu lama.

Dua bocah dengan wajah hampir identik itu berdecak, merasa sedikit kesal di pagi hari seperti ini membuat mood mereka nampak sedikit kacau dan menatap sinis seorang pria berstatus “ayah” yang duduk di samping mereka sambil sibuk dengan makanannya─dia bahkan makan dengan berceceran. Ah, apakah dia pantas disebut ayah dua anak?

Atau mungkin, harus disebut anak juga?

Merasa terus ditatapi dengan tatapan mengerikan seprti itu membuat Sagha risih dan berganti menatap sinis kedua anaknya. "Kalian kenapa, sih?" Sungutnya kesal.

Dua bocah itu mengalihkan atensinya dengan netra yang bergulir jengah tak ingin adu argumen dengan ayahnya di pagi hari jika tak ingin uang sakunya dipotong.

Berganti menatap wanita yang sedari tadi tak berkutik mengalihkan atensinya dari ponselnya beserta jemarinya yang bergerak mengetikkan beberapa kata disana.

"Yakin, mom?" Kalimat yang terdengar ambigu dengan banyak makna yang tak jelas terlontar dari bocah berambut hitam pekat, Lino.

Tak ada balasan, Lino diacuhkan membuatnya mencebik. Berganti bocah berambut coklat yang bertanya, Daniel. "Mom, are you serious? Bahkan, daddy saja ugal-ugalan ketika membawa mobil."

Ugal-ugalan dalam artian lain, bukannya mengebut dengan kecepatan di atas rata-rata melainkan kurang lihainya mengemudi hingga beberapa kali harus menabrak trotoar jalan. Entah, berapa mobil yang telah Sagha hancurkan selama dua tahun belakangan ini.

Lona meletakkan lembaran kertas di genggamannya sedikit kasar menahan rasa kesal yang membuncah─anaknya ini banyak bertanya sekali, cerewet. Dan terlalu meragukan suaminya yang manis itu.

"Ah, kalian ini masih bocah tapi kenapa pemilih sekali, terserahlah. Mom harus pergi. Jangan bertengkar dengan daddy kalian."

Setelahnya, Lona pergi membawa berkas yang sempat dibacanya dan ponselnya yang dimasukkan dalam saju jasnya, menyambar kunci mobil di atas meja.

Sebelum pergi, Lona sempat berbalik ke arah suaminya yang telah selesai dengan sarapannya dan mengecup sekilas pipinya yang tetap gembil dan bibirnya lalu pergi begitu saja.

"Be good boys, my sons."

─meninggalkan dua anaknya yang menggerutu dan kembali melayangkan tatapan sinisnya ke arah sang daddy yang hanya terdiam dengan tatapan polosnya.

"Apa?"

─apa mereka tak bisa akur?

•••


Hai.

Nih, extra chapternya.

CHILDISH (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang