1.

88 5 0
                                    

Rafa melangkahkan kaki nya menapaki kolidor kampus dengan wajah dinginya, ia menatap tanpa minat semua kaum hawa yg secara terang terangan memujinya disepanjang perjalanan. Sudah 2 tahun sejak kejadian menyedihkan yg merenggut gadisnya berlalu, tapi bayangan itu masih saja menghantui pikiran Rafa. Ia bahkan sekarang sangat bersifat tertutup, bahkan beberapa kali Kara selalu mengambil alih tubuhnya guna menutupi kesedihan yg selalu terpancar dari wajahnya. Beberapa kali juga alter-alternya berniat mengunci lagi ingatannya, walaupun ia sudah berdamai dengan masa lalunya dengan melakukan kunjungan pskologis setiap minggu tetapi terkadang rasa yg menyakitkan itu kembali menyayat dan membuatnya frustasi.

Rafa tahu akan sulit menyebuhkan dirinya yg sekarang, seseorang dengan alter ego akan sangat sulit untuk menerima hal-hal baru mereka umumnya akan sering merasa marah,sedih,dan dendam dalam 1 waktu. Dalam dunia medis penyembuhan seseorang dengan alter ego memerlukan waktu yg sangat lama, pskiater akan menyarankan untuk pskoterapi yg bertujuan untuk pembentukan kepribadian yg berbeda dan menyatukannya. Psikoterapi juga membantu dirinya agar memahami kondisi yang dialami, sehingga dapat menghadapi serta mengatasi kondisi tersebut. Pskiater yg menanganinya selalu memberikannya obat antidepresi dan penenang untuk membuatnya seperti manusia normal lainnya. Namun, sepertinya hal itu tetaplah sia-sia, ia belum juga menemukan titik terang dari semuanya.

Sebenarnya hal itu tidaklah mempengaruhi pekerjaannya sebagai detektif bersama Reyhan, justru dengan adanya alter ego miliknya masalah yg dihadapi sedikit berkurang karna ia bisa memanfaatkan kepintaran dan ketelitian Kara serta kemampuan bertarung Alex. Justru yg mengganggunya adalah alter bernama Leya, alter itu begitu mirip dengan mendiang Naya yg terkadang memecah emosinya. Alter itu juga terkadang membuatnya depresi.

Bruk!

"Maaf..maaf gue gak sengaja" seseorang gadis berambut pirang menunduk dalam seraya meminta menggumamkan kata maaf terus menerus karna tak sengaja menabraknya.

Rafa melihat sekilas gadis itu lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia berlalu. Rafa tak mau membuang buang waktunya untuk hal yg tak berguna. Itu membuatnya muak.

Sedangkan sang gadis yg ditinggal terus mengumpat, gadis itu merasa kesal dengan kelakuan Rafa. Ia bersumpah laki laki itu pasti tidak memiliki teman, bagaimana ada yg mau berteman dengannya jika sifat laki laki itu macam batu dan sangat sombong. Rania tahu dia yg salah karna telah menabrak laki laki itu, tpi kan dia sudah meminta maaf dan lihat dia malah langsung ditinggal kan seperti itu.

Ini semua juga gara gara dosen kurang ajar yg main seenaknya menyuruhnya masuk saat seharusnya ia libur. Kadang Rania menyumpahi dosen tua itu segera dijemput malaikat maut agar tak semakin menyusahkan banyak orang.

Rania menatap jam tangannya, seketika matanya terbelak sebentar lagi jam masuk dan ia masih berada di lorong jurusan Hukum. Rania bergegas mengemasi barang barang miliknya yg terjatuh tadi, lalu segera berlari menuju ruangan kelasnya.

"Astaga! Mampus. Bisa dibunuh pak Tua itu gue.."gumam Rania seraya terus berlari. Semoga saja hari ini dewi fortuna sedang berpihak padanya, dan ia bisa terbebas dari hukuman yg mungkin diberikan karna dirinya terlambat.
🍃🍃🍃🍃

"Apakah ada kasus yg lain yg dapat kami selidiki pak?" Rafa bertanya dengan sopan pada laki-laki berpakaian polisi. Laki-laki itu menggeleng seraya tersenyum tipis.

"Belum. Untuk sekarang kalian bisa beristirahat, biarkan detektif lainnya yg mengerjakan tugas. Kalian selama ini sudah bekerja dengan keras, dan kami bangga pada kalian. Terutama kamu Rafa, ketelitian, kepintaran, dan kemampuan bertarung kamu tk dapat diindahkan" laki-laki  itu tersenyum bangga menatap Rafa yg kini berwajah datar.

Reyhan mendengkus pelan, kemudian ia menyenggol kasar bahu Rafa. "bisa gk sih lo senyum gitu waktu Pak Wahid muji lo?"bisik pelan Reyhan. Sungguh ia begitu membenci wajah datar yg ditunjukkan Rafa, ia lebih suka melihat Rafa yg dulu. Bukannya yg sekarang.

Rafa berdecih pelan, namun ia tetap menunjukkan senyum tipisnya pada Pak Wahid "Itu sudah tugas kami untuk menyelidiki semua kasus yg dicurigai.." Rafa membungkuk lalu segera pergi dari hadapan mereka.

Reyhan menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan temannya yg satu itu, semenjak kepergian adiknya Naya dia menjadi berubah drastis. Dari mulai gaya bicara, pakaian, dan tingkah laku nya berubah 180° derajat.

"Maafkan sikap Rafa pak, saya permisi.." pamit Reyhan pada Pak Wahid.

Setelah itu ia lamgsung pergi keluar guna mencari Rafa. Ia ingin sekali mengampar wajah datar temannya yg satu itu. Saat sampai di luar matanya mencari cari keberadaan makhluk flat bernama Rafa itu. Matanya memincing saat menangkap seseorang yg tengah berbaring di tengah lapangan apel kapolres. Matanya terpejam seolah menikmati bagaimana panasnya sinar matahari menusuk kulit.

Reyhan berjalan mendekat, dengan tangan bersedekap. Saat sudah dekat Reyhan melemparkan tissu bekas milikknya yg sengaja ia simpan tadi di kantong celananya.

"Ck. Lo mau jadi abu?" Sinis Reyhan

Rafa diam,  ia masih memejamkan mata seolah tak tak ada orang di sampingnya. Reyhan menggeram kesal saat melihat Rafa tak bergeming dari tempatnya.

"Woy! Lo masih mau disini panas panasan?"

Rafa membuka sedikit matanya, ia  kemudian berdecih.
"Selalu mengganggu. Serangga!" Rafa bangun  kemudian duduk bersila menghadap Reyhan yg menatapnya sinis.

"Kau ingin ku tembak sekarang?" Reyhan mengeluarkan pistol berukuran sedang dari kantung jaket miliknya kemudian mengarahkannya tepat di depan wajah Rafa.

Rafa menepis kasar pistol dihadapannya "Penganggu,berisik,sok berani. Ck" ia berdiri, lalu berlalu begitu saja.

Reyhan menggeram kesal, andai ia tidak ingat jika Rafa itu adalah rekannya bekerja sejak 2 tahun yang lalu maka ia pastikan jasad Rafa sudah berada di depannya.

Berdecak sembari memasukkan pistolnya kembali, Reyhan mengikuti langkah Rafa dari belakang. Ia terkadang juga sedikit merasa Rafa itu berubah menjadi aneh sejak 2 tahun yg lalu, ia semakin sering berkata pedas yg dibungkus rapi dengan sastra. Tapi terkadang sikapnnya bisa selembut kapas dan semanis gula. Beberapa kali juga ia melihat Rafa menjadi seperti perempuan yg menangis dan ingin mengakhiri hidupnya saking terstress.

Rafa memang tak pernah mengatakan apa apa setelah mengetahui jika adiknya Naya tak mampu selamat dari tragedi itu. Saat polisi juga menanyainya ia hanya menjawab seperlunya itupun yg ia jawab hanya siapa saja yg terlibat masalah,siapa saja korbannya selebihnya ia memilih diam. Tak bersuara.

Laki-laki itu benar benar menjadi sangat tertutup. Sangat misterius. Dan itulah daya tariknya yg membuatnya penarasan untuk lebih tahu apa yg sebenarnya temannya itu sembunyikan. Ia rasa temannya itu mengalami sesuatu yg sangatlah rumit hingga membuatnya seperti ini.

Reyhan tahu bagaimana rasanya kehilangan orang disayangi di depan matanya. Ia tahu betapa menyakitkannya itu. Tapi bukankah bersikap seperti sekarang itu lebih menyakitkan? Berpura pura dengan segala wajah yg ia padupadakan dalam satu waktu untuk menutupi kesedihannya..
       __________🍃________🍃________

Again Tragic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang