7

30 2 0
                                    


Rafa? Raf? Rafa?

Rafa mengerjapkan mata nya perlahan, mengatur  cahaya yg masuk dari retina matanya. Ia memegangi kepalanya yg berdenyut nyeri sambil tertatih bangun. Matanya belum sepenuhnya terbuka.

"Rafa?"

Panggilan itu? Suara itu? Rafa membuka mata nya lebar, melihat sosok Naya di depannya yg memakai pakaian serba putih dengan senyum manis di wajahnya. Melihat itu Rafa sontak memeluk Naya, menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Naya. Menghidup aroma gadis itu kuat kuat. Tak ada yg berubah dalam diri Naya, aromanya masih sama. Coffe. Senyuman manisnya masih terbit di bibirnya. Dan jangan lupakan wajah cantik dan manis milik Naya tak luntur sekalipun bahkan sekarang terlihat berkali-kali lipat cantiknya.

"Aku merindukanmu.." hanya kalimat itu yg dapat Rafa gumamkan, selebihnya ia hanya mengirup kuat aroma gadis itu.

Naya tersenyum manis, ia mengelus punggung Rafa dengan lembut..

"Aku juga,.." gumam Naya pelan sembari membelai kepala belakang Rafa..

"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku lagi" ucap Rafa dengan pelan

Naya menggeleng, "tempatku bukan di  sini. Aku harus pergi..."

Rafa menggeleng kuat, ia semakin mengeratkan pelukannya"Gak. Aku gk bolehin kamu pergi lagi. Aku--"

"Nay, kita harus pergi.." ucapan Rafa terpotong oleh perkataan seseorang di belakangnya. Suara nya, Rafa mengenal suara itu. Kayla.

Naya melepaskan pelukan Rafa perlahan, memegang pundak laki-laki itu dan menatapnya intens..

"Dengarkan aku Raf, jangan bawa orang yg tidak bersalah dalam permainan yg sekarang kau mainkan. Jangan bawa Clara dan Gadis bernama Rania" Rafa menyerit, ia tak merasa mengenal gadis bernama Rania. Ah, pasti Alternya lagi.

"Cobalah untuk melupakanku. Jangan seperti ini. Jangan lemah Rafa, atau kau akan terus di bayangi oleh alter alter kamu. Jadilah Rafa yg dulu aku kenal. Jadi lah Rafael Adit Susanto yg aku kenal. Rafa yg ambisius,Rafa dingin, Rafa yg misterius" Naya berdiri, ia melangkah mundur. Di belakangnya sudah ada Kayla,Diana,dan Sintya yg menunggu.

Rafa  menggeleng, air matanya kembali mengalir. Tubuhnya seakan terpaku, ia tak bisa bergerak. "Enggak Nay. Jangan pergi!"

"Titip Clara, Kak Reyhan, Kak Royan, Dan papa"

Setelah perkataan itu mereka menghilang lenyap di hempas tiupan angin. Dan Rafa hanya mampu menangis, tergugu dalam kesedihannya. Hingga semuanya gelap, tanpa jejak Sepeserpun.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃

"Bodoh kau Leo! Bukankah kita sudah mempunyai sepakat tidak akan memasukkan orang lain ke masalah kita?!"

Terdengar suara samar-samar,masuk ke dalam telinganya, ia berusaha membuka mata nya. Namun, rasa nya sangat sulit. Dirinya seakan-akan tengah dibelenggu dalam tumpukan semen yg akan mengeringkannya sebentar lagi.

Rafa, yakin itu adalah suara Kara. Alter nya. Tapi jika itu Alternya, berarti sekarang dia tengah berada di alam bawah sadarnya. Dan artinya sekarang ada dua kemungkinan, Dirinya diluar sana sedang dalam keadaan tak sadar diri atau sekarang sedang dikuasai alter lain dirinya. Aaaghhh damn! Mata nya benar-benar tak bisa di buka.

"Itu kesepakatanmu dengan Si bodoh Maxime! Bukan dengan diri ku. Aku dan dia berbeda!"

Maxime? Lagi lagi mereka memanggilnya Maxime. Nama masa lalu yg sungguh mengerikan. Sangat sangat mengerikan, hingga ia ingin melupakan semuanya. Di pukuli,di caci hina,hingga di jual oleh ibu kandung sendiri itu menjadi memori yg benar benar mengerikan, pantas Alternya mengunci dan mengubur kenangan itu dalam dalam agar dirinya tak kembali mengingat. Namun, sejak kejadian 2 tahun yg lalu mengharuskannya untuk mengingat semuanya.

Again Tragic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang