5.

45 3 0
                                    


Rafa menatap datar pemandangan luar cendela kelas. Ia malas memperhatikan pembelajaran yg tengah berlangsung, toh ia sudah pernah mempelajarinya jadi untuk apa ia mempelajarinya lagi? Semuanya masih sangat jelas di otaknya.

Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk pelan meja. Mulutnya bergumam seiring lagu yg ia dengarkan melalui earphone kecil yg terpasang di telinga sebelah kirinya. Posisi tempat duduknya memang sangat strategis di mana ia duduk di barisan paling belakang dekat dengan cendela. Teman sebelahnya pun sekarang tengah tertidur pulas dengan menelangkupkan kepalanya diantara lipatan kedua tangan. Didepannya ada Clara dan teman sebangkunya Intan. Mereka cukup dekat walau baru hari ini berkenalan.

Intan adalah orang yang aktif, banyak bicara,dan pemecah suasana. Dia sangat cocok bila dipasangkan dengan Clara. Meskipun terkadang Clara masih sangat canggung dengan semuanya. Ia terlihat sangat risih dengan suasana kelas saat jam kosong beberapa jam yg lalu. Jelas Clara merasa risih karna dahulu semasa Clara SMA dirinya menempati kelas yg tidak terlalu berisik bahkan terkesan sangat rapi dan sunyi.

Rafa menoleh saat guru menyebutkan namanya untuk maju menyelesaikan tugas yg diberikan di depan. Rafa menatap sekilas soal itu. Lalu tangannya bergerak melepas earphone yg menempel dan segera melangkah ke depan menyelesaikan tugas yg di berikan.

"Bagus sekali jawaban mu. Kau anak baru itu kan?" Puji guru bernama Wati itu. Rafa mengangguk malas, sepertinya guru ini adalah guru baru. Ia terlihat masih muda.

"Kau boleh kembali duduk. Dan sebaiknya perhatian pelajaran yg saya ajarkan. Jangan mendengarkan musik di kelas atau akan saya buang dan saya sita hp kamu" Rafa mendengkus saat guru bernama Wati itu berani mengancam dan melarangnya. Andai sekarang ia tidak dalam misi pasti sudah ia berikan hadiah kecil berupa kalimat yg akan membuat guru itu langsng menunduk meminta maaf. Cih, guru menyebalkan.

Rafa kembali ke tempat duduknya, menyangga kepalanya menatap papan tulis dengan datar. Sebelah kakinya menendang tulang kering teman sebangkunya. Membuat sang empu yg tertidur terlonjak kaget dan nyaris berteriak. Rafa tersenyum penuh kemenangan saat melihat Reyhan terbangun dengan tidak elitnya.

"Anjing! Sakit tolol!" Umpat Reyhan pelan saat menyadari masih ada guru di dalam kelas. Tangan kananya terurur menengusap usap kaki yg Rafa tendang tadi. Sumpah demi apapun rasanya sangat sakit, ingin rasanya Reyhan mencekik Rafa sekarang jika saja tidak ada guru.

Agghh Rafa sialan!! Geram Reyhan dalam hati saat mendapati wajah datar Rafa di sampingnya.

Rafa mengedikkan bahunya acuh, membiarkan Reyhan mengumpatinya dan meringis kesakitan. Menurutnya akan lebih baik jika yg memperhatikan pelajaran tidak hanya dirinya, tetapi Reyhan juga. Ia tak akan rela membiarkan Reyhan pulas tertidur sedangkan dia harus berpura-pura memperhatikan penjelasan guru di depan. Licik memang dia.

Clara yg berada di depannya menoleh, menatap ke dua sahabatnya itu dengan dahi berkerut. Pasalnya suara Reyhan yg meringis dan mengumpati Rafa membuatnya penasaran dengan apa yg di lakukan.

"Kenapa Rey?" Tanya Clara pelan.

Reyhan menunjuk Rafa, " tanya aja temen lo tuh. Anjing gue lagi enak enak tidur malah ditendang!. Gila tuh orang" ucap Reyhan dengan lantang, membuat semua orang yg ada di kelas menoleh pada mereka, termasuk guru perempuan yg tengah mengajar itu.

Clara melotot, habislah mereka kali ini. Ia jadi menyesal menanyakan apa yg terjadi tadi. Ia yakin kali ini mereka pasti di hukum. Karna kata Intan bu Wati itu adalah guru fisika terkiller dan terkejam yg ada di sekolah. Mampus sudah.

"KALIAN BER TIGA CEPAT KELUAR DARI KELAS SAYA! LARI 30 KALI. CEPAT!!" Teriakan itu menggelegar, membuat Reyhan tersadar akan sesuatu.

"ANJINGG! GUE LUPA ADA GURU!!" Teriak Reyhan membuat bu Wati semakin marah.

Again Tragic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang