8

23 3 0
                                    

22.00 WIB

Malam ini Rafa nekat pulang ke rumah, ia sangat tidak tahan dengan bau rumah sakit semenjak 2 tahun yg lalu. Bau rumah sakit selalu saja bisa mengingatkannya dengan kejadian di mana Naya belum tiada.

Ia pulang sendiri menggunakan taksi online, ia tak mungkin meminta bantuan Dhani untuk menjemputnya, karna jelas pasti kakak nya itu menolak. Jelaslah menolak, ibu nya pasti akan sangat marah jika sampai tahu Dhani menjemput Diri nya yg sepenuhnya belum mendapatkan izin untuk pulang.

Taksi yg kini di tumpangi Rafa tengah berjalan membelah rintik hujan yg kini turun. Rafa menatap pemandangan luar jendela dengan perasaan campur aduk, tangannya sibuk menyinggap tas ransel sekolahannya tadi demi mendapatkan earphone miliknya.

Setelah mendapatkan earphone nya, ia segera memasangnya ke telinga, dan memutar lagu 12th star milik Wanna One. Perasaannya yg campur aduk, kini bertambah seiring lagu itu mengalun. Perkataan Naya seakan berbisik kembali ke dalam ingatanya, menelusup ke dalam relung hati nya, hingga menyentil sedikit luka yg sampai sekarang masih belum sembuh.

"Maaf nak, ini akan ke arah mana ya?" Rafa tersentak saat supir taksi online menanyakan alamatnya. Perasaan tadi ia sudah melampirkan alamatnya saat ia order? Ia menatap  punggung supir tersebut dengan perasaan curiga. Tidak mungkin bukan ia lupa, padahal jelas-jelas ponselnya tepat di depannya? Bukankah bisa melihatnya langsung di aplikasi?

"Bukankah tadi sudah saya lampirkan alamat saya pak?" Tanya Rafa dengan tatapan curiga saat sopir tersebut menatap matanya lewat kaca kecil yg ada di atas.

Memang sedari tadi ia cukup curiga dengan supir taksi online yg di pesannya. Cara berpakaiannya, dan gerak-geriknya cukup mencurigakan. Ia menggunakan jaket hitam kulit, dengan sepatu kets, masker,  dan topi sebagai pelengkapan yg membuatnya waspada.

"Ah,iya maaf saya melupakannya"Ia terlihat menatap Rafa dengan pandangan eghm..entahlah, pandangannya seperti menyiratkan suatu hal.

Rafa mengangkat bahu nya acuh, mungkin saja itu hanya perasaan khawatir yg berlebihan. Atau mungkin karna dia masih terbawa emosi dan tingkat kewaspadaan milik Leo.

15 menit kemudian taksi yg ditumpangi nya sampai di Apartemen miliknya yg ia beli 1tahun yg lalu. Tak ada yg tau jika ia membeli apartemen selain Kak Royan. Ya karna dulu memang Kak Royan lah yg mencarikan apartemen untuknya. So, Kak Royan yg tahu hal ini.

Ia merapikan lagi tasnya, mengecek adakah barang yg jatuh. Lalu menyerahkan beberapa lembar uang pada supir tersebut.

"Terima kasih" ucap Rafa seraya turun dari mobil. Sebelum menutup pintu mobil ia samar-samar mendengar supir taksi itu mengatakan sesuatu.

Mungkin saja ia hanya salah dengar, ia langsung melangkahkan kakinya menjauh,memasuki apartemen.

"Maxime, Alex sedang menunggumu.."

🍃🍃🍃🍃🍃

Hari yg sama pukul 20:00WIB

Hari sudah malam, namun aku masih berada di sekolah membereskan beberapa berkas kemenangan yg di raih tim nya. Teman-teman seper-tim ku baru saja pulang tadi. Memang karna aku ketuanya jadi aku lah yg bertanggung jawab untuk mengumpulkan berkas berkas kemnenangan dan memberikannya kepada pelatih untuk di rekap ulang.

Again Tragic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang