6.

37 3 0
                                    

"Gadis malang, dia harus terjebak dalam permainan yg seharusnya tak dia mainkan." ~Leo
🍃🍃🍃🍃

"Sebutkan nama!"

Seorang gadis dengan lengan terperban itu berdecih, "Rania puspita Prameswar" jawab nya malas. Demi Tuhan ia membenci laki laki di depannya, dia laki laki yg bermulut cabe yg di temuinya di kampus dan bandara waktu itu. Rafael Adit Saputra itu yg dia bilang tadi, entahlah ia tidak  terlalu mendengarkannya juga.

Ia terlanjur membenci laki laki itu, jujur memang di sini salahnya karna ia yg selalu menabrak laki laki itu,tpi kan dia sudah minta maaf.

"Kau bukan anak sma ini kan? Lalu mengapa kau ada di sini? Tak tahu kah kau, kau bisa saja mati tadi! Gue sih kagak  peduli lo mati atau hidup! Karna kematian itu bayangan setiap makhluk hidup! Tpi dia mau lo tetep hidup! Jdi jangan sia siakan kesempatan lo!" Leo menatap tajam gadis di depannya, dia mengambil alih tubuh Rafa karna Rafa terlalu lemah menghadapi hal hal seperti ini, ia selalu menggunakan perasaannya. Menyebalkan bukan? Padahal tadi itu kesempatan emas untuk menangkap pelaku pembunuhan. Jika saja Rafa sialan itu tidak memikirkan nasib Reyhan dan Gadis di depannya..agggh sial!.

"Gue satu kampus sama lo! Gue falkutas bisnis! Gue di sini karna satu alasan..gue gk bisa bilang.." nada bicara Rania berubah sendu, ia menatap lantai tempatnya berpijak sekarang dengan pandangan buram. Sial air matanya bahkan hampir menetes lagi. Hal ini benar benar bukan keinginannya, ini semua keinginan ayah tirinya. Adiknya tirinya, Tias Maharani Widiartanto adalah korban pembunuhan di Sma ini. Dan saat mengetahui kabar itu ayahnya  menjadi sangat terpukul, ayahnya yg memang sudah membenci dirinya pun menjadikan ia sebagai alat untuk mengusut kematian adiknya, jika tidak maka nasib ibunya yg sedang terbaring koma di rumah sakit akan dalam bahaya. Ia tak punya pilihan lagi selain menuruti perintah ayah tiri nya itu. Ia tahu resikonya, tapi ia tidak bisa membiarkan biadab itu membunuh ibunya dengan perlahan.

Tadi nya ia tak yakin dengan keputusannya ini, ia tidak punya bakat dalam hal bela diri, dia tak pandai meneliti. Namun berkat melihat sedikit perubahan keadaan ibunya membuatnya bertekat untuk melakukan apapun agar ibu nya kembali pulih seperti sedia kala.

Saat dia sedang melihat lihat sekeliling Sma ini, ia melihat gelagat aneh dari seorang perempuan berpakaian hitam tengah memainkan pisau di tangga menuju rooftop kelas bahasa. Dia tadi nya hanya memantau dari balik lorong tangga kelas Ipa, tapi sepertinya kesialan benar benar melekat dalam kehidupannya, ia tak sengaja menjerit karna melihat kecoa yg berada tepat di samping kaki nya. Jadi lah dia seperti tadi. Untung saja nyawa nya masih berada di raganya, jika tidak hm..entahlah apa yg terjadi pada ibu nya nanti.

"Apa yg ngebuat lo gak bisa bilang?! Lo gak bisa buat alibi yg bagus untuk nutupi kesalahan lo? Atau lo sengaja buat ngundur waktu?!" Nada bicara Leo berubah tinggi, dia benar benar tak punya kesabaran lagi. Semua orang di dunia ini selalu saja mengundur waktu, membuatnya terasa sangat lama dan menyedihkan. Itu membuatnya benar benar muak dengan mereka yg seperti itu. 

"Sorry sebelumnya tpi gue  bener bener gak bisa bilang..itu urusan privat keluarga gue..dan klo lo kira gue salah satu pembunuhnya,lo salah besar gue di sini juga korban.  Bahkan tdi gue hampir mati klo gk lo tolongin..makasih.." Rania tersenyum miris, dia mengatakannya hal itu dengan tulus. Ia benar benar berterima kasih pada laki laki di depannya ini. Walaupun ia membencinya,tpi ia tulus mengucapkan terima kasih itu. Karna sebab laki laki ini dan temannya tdi ia jadi bisa selamat dan tetap mempertahankan ibu nya.

Brak!

Leo mengebrak meja dengan keras, ia menatap   nyalang Rania.  "Kau! Cih, berhentilah mencari   cari alasan! Aku muak dengan semua ini! Cepat  katakan yg sebenarnya atau aku akan benar benar menghabisimu sekarang!"

Again Tragic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang