4.

40 3 0
                                    

Pak wahid: saya sudah kirimkan file mp4 hasil wawancara tadi siang ke emailmu.

Rafa menghela nafasnya, setelah beberapa pertimbangan,perdebatan,dan perdiskusiannya dengan Reyhan akhirnya mereka memutuskan untuk mengambil Tugas ini apapun yg terjadi.

Lagipula mau sampai kapan mereka bersembunyi dan menutup mata saat semua orang terancam terbunuh? Menangkap dan membawa orang orang bersalah adalah tugasnya, dan ia tak bisa mengelak akan hal itu.

Rafa membuka email di laptop kerja miliknya, seketika banyak sekali email yg terkirim untuknya, kebanyakan email itu berasal dari perempuan yg tergila-gila padanya, selebihnya dari Reyhan,Royan, dan Clara. Tunggu? Matanya menangkap nama email dari ayah angkat Naya. Tangannya bergerak dikursol, membuka email dari ayah angkat Naya.

BramSaputra: Mulai besok kau akan menjadi murid kelas 11 untuk kembali mengusut misteri pembunuhan yg terjadi lagi di Sma Saya. Untuk masalah izin konpensasi kampus akan saya dan Pak Wahid yg menurusnya. Kalian tinggal menjalankan rencana saja.

Rafa mengangguk angguk pasti, di bukanya email dari Pak Wahid. Tangannya menyeret kursol ke atas dan ke bawah, terdapat 4 file mp4 yg dikirimkan. Dipencetnya tombol play pada file pertama.

Vidio dimulai, menunjukan dua orang yg tengah berhadapan di dalam ruangan sempit. Di sana terlihat jelas wajah yg di wawancarai, perempuan berparas cantik namun ia terlihat nakal.

Pak Wahyu, selaku pewawancara menatap pempuan yg dicurigai karna masih berada di tempat kejadian.

"Siapa Nama kamu?" Pak Wahyu mulai betanya..

"Aulia Rara Saputri.."

"Apa kamu mengenal saudara Tias Maharani Widiartanto?"

Perempuan itu terlihat menggeleng, Rafa menekan tombol pause, ia rasa ada yg aneh dengan perempuan itu. Sedari tadi ia selalu melihat gelagat mencurigakan, ia terlihat gugup. Terbukti dengan tangan kirinya yg selalu diusapkan pada kaki miliknya.

Lanjutkan dulu vidionya baru kau bisa menganalisisnya, akan ku bantu dengan Kara..

Suara milik Alex terdengar dikepalanya, membuat Rafa mengangguk lalu kembali memutar vidio tersebut.

"Tidak. Saya Tidak mengenal beliau.."

"Bagaimana kamu tidak mengenalnya? Bukankah dia wakil ketua Osis?.." tanya pak Wahyu.

Perempuan itu terlihat pucat pasi, entah tanpa sadar atau tidak dia menggigit bibir bawahnya yg menandakan ia menyembunyikan sesuatu atau ia sedang gugup.

Rafa menggigit kuku jempol miliknya, matanya menatap jeli setiap pergerakan singkat perempuan itu. Tidak bisa di bohongi, perempuan itu sedang gugup entah gugup karena hal apa. Dan yg paling penting di sini ia tengah berbohong.

"Mangsud saya adalah saya hanya mengenalnya sebagai wakil ketua Osis, selebihnya saya tak mengetahui apapun.." pak Wahyu terlihat mengangguk..

"Baiklah kalau begitu, bisa jelaskan kamu berada di mana pukul 5?"

"Saya berada di ruang musik pak, saya bertiga dengan Qila,dan Tania. Kami bertiga tengah berlatih untuk mengikuti festival yang akan diselenggarakan di sekolah lain minggu depan. Dan saat akan pulang kami bertiga menemukan jasad Tias di depan kolidor kelas Ips 3.." perempuan itu menjelaskan dengan tenang kali ini, entah karna ia mulai tidak merasa gugup atau dia sedang berpura-pura biasa saja. Karna sedari tadi matanya tak lepas dari kamera yg dipasang secara sembunyi di sembunyikan. Perempuan itu sudah terlebih dahulu mengetahui keberadaan kamera tersebut.

Again Tragic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang