6b.

33 4 0
                                    

Ponsel mereka bertiga berdering, menandakan pesan masuk. Clara menelan ludahnya kasar, ia melirik Reyhan yg sudah membuka ponselnya. Kemudian ia melirik Rania yg masih di dalam mimpinya.

Clara menghembuskan nafasnya pelan, ia meraih ponselnya dan membukanya. Membacanya.

08×××:"Aku ucapkan selamat karna kalian memilih menyelamatkan Domba emas. Jangan senang terlebih dahulu. Aku masih belum selesai. Besok, tepat matahari belum tampak. Aku akan membawa sesuatu untuk dipermainkan. Dan membawanya kembali pada kalian. Tidak, ehm..sepertinya itu kurang menyenangkan. Bagaimana jika kita memainkan permainan? Baiklah, tebak salah satu dari mereka. Pengotor Dunia?, Pahlawan?, atau Domba perak?. Pilihlah dengan tepat atau kalian akan menyesal"
~Dreaming

Clara menyerit, kenapa terlalu berbelit?. Tunggu? Pengotor Dunia? Pahlawan? Domba perak? Siapa itu?

Siapapun itu aku harap kami dapat menyelamatkannya dan menemukan pembunuh yg menyebut dirinya Dreaming batin Clara.
__🍃🍃___🍃🍃___

"Kita disuruh kumpul di markas dulu. Kakak lo bilang kalau kita harus ngerencanain hal untuk ngejebak si pembunuh itu besok pagi pagi buta. Sekalian nganalisis siapa yg akan jadi target selanjutnya" Reyhan merapikan barang barang di mejanya, kelas sudah kosong sejak setengah jam yg lalu. Di sini hanya tinggal dirinya, Rafa, Clara, dan Rania.

"Gue ikut juga?" Tanya Rania sambil menatap Rafa dan Reyhan yg tengah berkutat merapikan barang barangnya.

"Gak. Lo gue anter pulang"Leo menjawab tanpa menatap Rania. Dia menatap sebentar jam canggih dipergelangan tangannya. Memencet tombol hologram yg menunjukan tata letak semua gedung sekolah. Setelah itu ia mematikan fungsi jam canggih tersebut.

"Udah belum?" Rania mengangguk, ia mengambil tas nya yg sudah rapi. Aneh bukan? Tdi ia kesini tanpa menggunakan seragam, tanpa menggunakan sepatu, dan hanya memakai pakaiam biasa dengan tas kecil. Dan dalam 5 menit ia bisa berdandan layaknya siswi baru. Sungguh, usaha yg bagus untuk menutupi semuanya. Bahkan mereka semua tak mengetahui identitas asli dari Rafa,Reyhan,Clara. Mereka semua tertipu dengan samaran ini.

Leo, menyeret tangan Rania dengan paksa "gue duluan"ucapnya tanpa menoleh sedikitpun.

Rania berusaha mengimbangi langkah kaki Rafa yg terlalu panjang. Hey, dia ini perempuan dan tubuhnya tidak terlalu tinggi dibandingkan Rafa, bahkan ia sudah masuk dalam golongan pendek, jadi langkahnya pendek tidak seimbang dengan langkah kaki Rafa yg panjang nan lebar itu.

Rania menatap sekitar sekolahan sambil menyeimbangkan langkahnya, bukannya ia belum melihat semua bagian dari sekolah. Ia bahkan sudah melihatnya semua di hologram jam canggih yg diberikan Pak Wahid tadi. Tapi entah mengapa ia merasa ada yg aneh. Ada yg janggal.

Sebentar lagi, mereka akan sampai di parkiran namun tidak ada yg aneh. Semuanya baik-baik saja. Sebelum, ia melihat seseorang yg mirip dengan orang yg tadi hampir membunuhnya, orang yg membuatnya ikut terjebak disini. Dia berdiri di balik pilar pembatas kelas 10 dan 11. Ia tersenyum dibalik maskernya.

Rania menahan tangan Rafa yg terus menyeretnya. "Tunggu Raf, Dia ngawasin kita.."ucap Rania saat melihat orang itu masih berdiri disana dengan pistol di tangannya. Rania merinding, bulu kuduknya meremang.

Leo sontak berhenti saat mendengar ucapan Rania. Ia menoleh, mencari dimana letak orang itu berada. Tidak ada, Alex tidak melihatnya.

"Dimana?" Tanya Leo masih mengamati sekitar.

"Arah ke 12 jarum jam. Tepat di belakang pilar.." Rania mundur, ia menggengam erat baju belakamg Rafa. Ia mulai takut, Orang itu membawa pistol dan dirinya tidak membawa apapun. Ia hanya diberi jam canggih dan peralatan penyamaran.

Again Tragic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang