9.

21 3 0
                                    


Aku mengerjapkankan mata ku perlahan, mencoba mengatur cahaya yg masuk ke retina mataku. Samar-samar aku mencium bau amis menusuk. Di mana aku?.Ku buka mata ku dengan cepat, buram. Masih buram, ku kerjapkan lagi mataku berharap agar cepat melihat di mana dirinya berada sekarang.

Setelah merasa pandanganku kembali, ku buka lebar-lebar mata ku. Aku terbelak kala melihat seseorang dengan pakaian serba Hitam,mulai dari celana hingga jaket dan topi yg ia kenakan, di tambah lagi dengan masker dan sarung tangan karet yg menempel dengan sempurna. Ia tepat berada di depanku, duduk dengan pisau berkarat yg dia arahkan tepat di leherku.

Aku menegang, keringat dingin mulai membasahi tubuhku, aku menggigil ketakutan. Tatapan tajam dan acungan pisau itu membuatku tak berani melakukan apapun. Lagi pula bagaimana aku bisa melakukan sesuatu saat tangan,kaki terikat dengan kencang,dan mulutku yg di sumpal sebuah kain.

Ia mendekatkan bibirnya ke telingaku, berbisik lembut namun menusuk dan memnuatku seketika bungkam dengan segala ketakutan.

"Hai domba, akhirnya kita bertemu juga. Akhirnya kita akan bermain. Aku merindukan betapa serunya aku bermain. Aku merindukan sensasi saat pisau ini menusuk kulit, saat darah mengalir, dan saat air mata mengalir dengan deras. Aku merindukan itu, jadi ku harap ini tak akan mengecewakan" Ia menjauhkan wajahnya, mengangkat dagu ku dengan pisau berkarat itu.

"Bagaimana jika kita bermain dengan pisau ini? Atau kau mau dengan air atau jarum?. Tidak, sepertinya akan lebih seru jika kita bermain menggunakan Jarum dan pisau ini saja..bagaimana? Setuju bukan?" Aku pucat pasi, bagaimana dia bilang menyiksa dengan pisau dan jarum itu seru? Membayangkan saja membuat ku takut, apalagi nanti aku pasti akan  merasakannya. Aku harus bisa keluar dari sini. Ya aku harus keluar.

Aku berusaha memberontak, berusaha melepaskan diri dari ikatan yg membelenggu tubuhnya. Aku tak mau mati konyol di sini. Tidak, tidak akan pernah. Sial, tali nya begitu kuat melilit tubuhku. Agghhh mengapa ini sangat kuatt??

"Kau tak akan bisa keluar Domba ku, kau akan tetap di sini..bagiaman kalau kita bermain dengan Jarum terlebih dahulu? Ide bagus bukan? Nanti akan ku ceritakan sebuah dongeng yg indah.."  ia semakin mendekatkan dirinya ke arahku, menyentuh lembut kelopak mataku. Aku menggeleng, berusaha menghindar dari sentuhannya. Aku jijik dengan tangannya, aku yakin tangannya sangat kotor karna telah banyak membunuh orang.

Aku kembali memberontak, berusaha melepaskan diri lagi.  Aku harus bebas. Aku tak boleh mati. Ya, aku tak boleh mati di tangan biadab ini.

Ia mengeluarkan jarum dan benang berwarna merah dari kantongnya. Ini mangsudnya apa? Jangan bilang  ia akan menjahit mulut atau mataku? 

Dia mendekatkan jarum itu ke mataku. Aku melotot. Benar tebakanku!

"Kan ku tutup matamu" ,ucapnya. Aku menggeleng kuat. Namun dengan paksa tangan kirinya menutup mataku dengan kuat. Kemudian   dengan perlahan tapi pasti ia menusukkan jarum itu ke kelopak mataku.

AAAAKKKKHHHH SAKITTTT!!!! Aku memekik keras, namun apalah daya suaraku teredam oleh kain sialan yg menyumpal mulutku.

Satu  tusukan, sakit,perih..

Dua..

Tiga..

Empat..

Lima..

"Diam lah domba. Jika kau tak diam maka nanti bola mata mu ikut tertusuk.." Ia tertawa seakan menikmati semuanya. Akhhh sial, sekuat apapun aku berusaha memekik dan menjerit ia tak peduli, ia tetap terus memasukkan jarum itu pada kelopak mataku  hingga mata sebelah kiriku tertutup dengan rapat. Keringat dingin terus keluar bercucuran menahan rasa sakit.

Again Tragic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang