Budayanya Terlanjur Kecewa

33 4 1
                                    

Assalamualaikum Wahiders.

pernah mendengar kata-kata
"Orgen Tunggal"?????

Pasti pernah ya.

Nah, hal semacam ini lah yang sedari aku kecil hingga sekarang mesti menjadi acara yang dinanti.

"Namun"

Acara semacam ini menggeser kedudukan seni di daerahku,

Pemuda yang berharap lebih akan adanya tempat "dugem, club, dan diskotik" dikampung nya, akhirnya menjadikan "orgen tunggal sebagai pelarian"

Bukan hannya pemuda, Bapak-bapak, bahkan Ibuk-ibuk dan Anak-anak kecil.

Tentu kalian tahu, acara yang semacam ini bukan lah acara formal yang ditunggu melainkan pesta mati lampu dalam musik yang memadu. Lebih dari itu kau akan mendapati biduan-biduan dengan pakaian sebatas cukup, cukup untuk dipandang dan cukup untuk dipegang.
Menari kian kemari dengan kepala berputar seperti baling-baling helikopter, dan pinggul yang sengaja di patah-patahkan, semua hal semacam ini membuat kaki tetap bertahan dan anti kesemutan walau waktu sudah menyapa pagi.

Di tempat ku sobat, teman-teman ku yang tinngal di kaki bukit dan paru-paru bukit, rela untuk turun dengan sepeda motornya, melewati hala rintangan rimba degan cahaya hanya pada motor saja. Demi harapan untuk sesuatu yang istimewa.

ISTIMEWA???

YA, istimewa. Bagi pribumi disini acara semacam ini merupakan hal besar dan istimewa. Tidak lengkap sebuah acara nikahan dan perayaan pemuda jika tidak ada hal semacam itu.

Pernah suatu ketika, baru-baru ini. ketika aku mengunjungi tempat pernikahan salah seorang yang ku kenal.
pesta pernikahan digelarkan di dua tempat berbeda, satu di tempat suaminya dan satu lagi ditempat isteri.

Kedua tempat telah sedia dengan panggung hiburannya.
hanya tinggal menunggu waktu dan acara akan dimulai.

Sesuatu terjadi. di tempat mempelai wanita, artis yang datang adalah "Biduan-biduan nasyid, yang terdiri dari tiga pria tampan, dan menyenandungkan lagu-lagu religi"
Penonton protes, tak perlu menunggu lama tempat langsung sepi, dan ayahanda mulai merasa cemas dengan keadaan yang demikian. Semua penonton pindah ke tempat mempelai pria yang menyuguhkan beberapa musik dan biduan sesuai selera. dan acara baru bisa dikatakan meriah.
Ayahanda mempelai wanita tak mengerti bagaimana bisa artis yang dipesan tidak sesuai pesanan. Akhirnya acara disebelah hanya berakhir pada celotehan dan kekecewaan.

BAGAIMANA MENURUTMU WAHIDERS?

Acara seperti ini pun bukan manjadi masalah jika ditempatkan dalam kondisi dan bentuk acara yang lebih tepat, ada beberapa dari tempat temanku yang menghadirkan panggung dengan alat musik daerah, serta hiburan yang berstandar aman untuk iman.

Tak jarang acara seperti problem diatas, menjadi pusat pertengkaran. bahkan sampai ada yang bawa+bawa perkakas perkebunan lo Wahiders.

Pernah juga.
Satu ketika adzan isya akan dikumandangkan. Namun bunyi musik lebih keras ketimbang suara dimasjid, Al-hasil suara Adzan berharmonisasi dengan musik-musik yang tak jelas.

Seketika itu adzan dihentikan, masih ingat oleh ku, pengurus masjid meneriaki memakai bahasa daerah dengan "Mik" sederhana itu.

Lantas teguran dari masjid itu syukurnya memecah musik dan meredakanny. Ya, walau hanya sampai ketika adzan selesai berkumandang. Selepas itu, suara imam jamaah shalat isya tak terdengar lagi, karna tertutupi dengan lagu-lagu kebangsaan "ORGEN TUNGGAL".

Supel sekali bukan? :√ wkwkw.

Bahkan Wahiders,
Ada suatu rumah orang kaya di tempatku, yang baru didirikan. Bukannya rumah ini dibuka dengan acara doa dan syukuran. Melainkan pesta orgen tunggal semalam suntuk, pagi menjelang hanya menyisakan roda mobil yang sengaja dibakar, botol-botol alkohol yang berserakan bahkan sampah yang tak luput dari pantauan.

Kau tau kabarnya, rumah itu sekarang menjadi angker di tengah-tengah masyarakat kami :(.

Jujur aku mengatakan disetiap aku melewatinya, disetiap kali itu pula bulu kudukku merinding.

Bagaimana aku mengetahui semua itu,

1. dibeberapa tempat aku juga mendatanginya, cuma dengan jarak yang bisa di tempuh oleh kaki, bukan karena aku hobi, melainkan budaya pertemanan yang mesti dituruti

2. beberapa cerita teman dekat ku, yang antusias menceritakan setiap seolah di pagi hari, kau tau, dia menceritakan seperti orang setengah mabuk. Sudahlah....

3. karna memang, acara seperti orgen tunggal pernah di gelar tepat 10 meter dari kamarku :(. Andai kau tahu, bagaimana siput dalam telingaki meneteskan pilu dan berteriak agar dia ikut menaikkan jempol, haha tentu tidak. Semalaman suntuk aku tidur dengan bantal diatas telinga. Kadang aku menyerah dengan keadaan dan barulah tertidur.
Seperti biasa, paginya aku mendapati semua tanaman rumahku terinjak. Dan bau bau pahit, seperti alkohol mungkin.

Entahlah Wahiders, yang jelas pemuda di tempatku lebih rela memperpendek jarak yang jauh demi acara semacam it, ketimbang acara berupa kesenian tradisionalnya.

Lantas bagaimana dengan seni yang kita punya, jujur saja di tempatku itu hanya digandrungi oleh bapak-bapak minoritas yang hampir berbau tanah. Bahkan sekarang tidak ada lagi.

Maka tak jarang banyak dari kita, yang tidak tahu, bahkan tidak kenal dengan budayanya sendiri.

Toh, budaya udah terlanjur kecewa dengan kita. hahahhaa

"harap komentarnya di kolom komentar Wahiders"

"Semoga bisa di ambil hikmahnya"

#SalamBahagia

@daWahid

daWahid da kisah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang