Matanya Terang Benderang

89 9 1
                                    

Mungkin 2005.


kenapa begitu?, baca dan simak baik2 cerita ini.

Assalamualaikum wr. wb.

ini merupakan kisah nyata yang di alami penulis sendiri. terlepas dari rasa tidak percaya kalian semua, itu terserah. yang jelas aku menyampaikan apa yang pernah terjadi.

Mungkin 2005,
kenapa begitu??

kejadiannya hampir berbelas tahun yang silam. aku anak laki2 tunggal berdarah minang. masih berumur di bawah 8 atau 7 tahun waktu itu. sejujurnya aku tidak mengingat persis waktu seperti tahun pada kisah ini. namun mata, kepala, bahkan seluruh tubuhku tidak bisa menolak lupa bagaimana detail dari kejadian tersebut.

Tepatnya, hari itu adalah hari libur. sudah menjadi kebiasaan ibuku dan masyarakat setempat untuk melakukan kegiatan "menjemur padi" dalam bahasa minang ini dikenal dengan istilah "manjamua padi".

Kegiatan ini kami lakukan dari pagi sampai petang, kadang bisa berhenti separuh waktu, jika mendung dan hujan membasahi jemuran padi.

satu hal yang harus kalian tau, di kampung ku ini, jarak antara rumah aku dan tetangga yang lain itu hampir 10 meter. begitupun dengan tetangga-tetangga yang lain. bahkan ada yang rumahnya cukup terpisah dari kami dan berada sedikit menjorok kedalam perkampungan.

sehingga aktivitas menjemur padi hanya dilakukan didepan rumah masing-masing.
namun biasanya. Rumah warga yang masih bersinggungan dengan jalan utama kampung (bukan menejorok kedalam kampung), kami semua menjemur padi pada area jalan utama tersebut. tak jarang beberapa motor dan mobil terkadang kesulitan melewatinya. bahkan pernah gaduh dengan warga setempat. nah itu biasanya dialami oleh ibuku. wanita tangguh pantang kalah (maaf curhat).

Kebetulan hari ini ibuku menjemur pada area jalan utama. ada satu warga yang rumahnya cukup jauh dari jalan utama, keluar dari area dalam kampung untuk menjemur padi di jalan utama tersebut. anggap saja nama baliau "mak wo"

makwo juga mempunyai satu orang anak laki-laki yang sudah dewasa namun belum menikah kala itu. mereka menjemurkan padi dekat dengan jemuran padi ibuku.

aku dari pagi hingga siang menjelang, bertugas untuk memantau keadaan jemuran. apakah aman dari cuaca dan apakah aman dari serangan makhluk tak bertanggung jawab seperti ayam, burung, bahkan anjing.

nah disinilah hal tersebut TERJADI!!!

Waktu sudah menunjukkan jam 2 siang seingat ku. namun hanya aku sendiri yang bertugas memantau jemuran. sedari tadi memang tak ada si abang anak makwo yang juga ikut serta menjemurkan padi di jalan utama.

mendadak mendung...

dan sedikit gemuruh namun sesekali.

ibu ku spontan untuk bergerak ke jalan utama, bergegas membangkit jemuran padi (sedikit info: alas jemuran padi ini, berupa terpal yang panjang dan lebarny bisa mencapai 2x10 m).

namun, jemuran makwo belum dikemasi. anaknya si abang belum juga datang. lantas siapa yang akan membereskan?

ibuku spontan untuk menyuruhku memanggil si abang ke rumah makwo. kebetulan jarak rumahny denganku tidak terlalu jauh namun bisa memakan jarak 40 meter lebih. dan arah jalannya sedikit sepi dan di penuhi pepohonan tinggi. maklum area dan kawasan di kampungku dipenuhi semak, sawah, pepohonan, dan hutan belantara.

daWahid da kisah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang