Kasur Yang Tak Berjenazah

21 4 0
                                    

Assalamualaikum. WR.WB Wahiders..

Ingat bahasan sebelumnya tentang kebiasaan di kampung ku, untuk para kaum hawa yang masih sangat muda?.

Yap. "PERNIKAHAN DINI".

Nah, hal seperti ini juga membawa dampak bagi kaum Adam. Yang mesti menyiapkan mental dan finansial yang matang untuk menghalalkan wanita dambaannya. Berjuang untuk ijab kabulnya bukan untuk ijab sayang tanda pacaran.

Salah satu yang dapat dilakukan oleh kaum adam dikampungku adalah "MERANTAU"

Bukan hanya untuk memantapkan finansial namun hal seperti ini sudah menjadi identik kaum Adam dikampung ku. Secara garis besar kaum Adam di Sumatera Barat memanglah seperti itu. Terkenal dengan bakat merantaunya. Ada yang berdagang, atau bahkan kerja di tempat sanak saudaranya.

Bagi kami orang minang:

"Karakok madang dihulu
Babungo babuah balun
Maratau bujang dahulu
Paguno di rumah balun"

Nah, begitulah kira-kira ungkapan pepatah orang minang. Ya, intinya sebagai lelaki sejati, dari pada hanya di rumah berdiam diri bagai ayam kena FLU+CORONA mending MERANTAU, sebagai tambahan pengalaman dan kelak mampu membantu keluarga serta tabungan untuk masa depannya, ehem, MASA DEPAN!!! sekali lagi ya kaum hawa, MASA DEPAN!!!.

OK. Wahiders. Kisah kali ini berkaitan dengan nasib temanku dan beberapa perantau kampung ku yang jauh mengelena sampai ke Bumi Wamena Irian Jaya Indonesia.

Sebelum ku ceritakan lengkap. Ada beberapa hal yang harus kalian ketahui.

1. Kalian harus mengerti betul tujuan merantau

2. Banyak dari teman-teman ku, adik kelas ku, bahkan adik-adik yang baru tamat SMP dan yang putus sekolah pergi merantau dengan tujuan yang sama yaitu "Irian Jaya"

3. Sebagai orang tua dan keluarga kita harus siap menerima konsekuensi terhadap para perantau. Bukan hanya siap sedia dengan uang yang mungkin akan di kirim oleh anak rantau. Konsekuensi ini seperti adanya dari jarak yang akan tercipta sampai duka yang akan tiba.

Dan Wahiders, kisah nyata yang ku temui kali ini, termasuk pada konsekuensi terakhir. Ya, kabar duka dari seorang anak rantau. Kisah ini tak bermaksud utuk menambah kesedihan dan hal buruk lainnya. Melainkan semata-mata hanya untuk dijadikan pelajaran.

Bismillahirrahmanirrahiimm...

Sekitar tahun 2012an.

Aku tak ingat pastinya kapan. Yang jelas aku masih baru dengan suasana SMA yang ku masuki. Kampung ku dibuat gempar dan heboh dengan kabar yang tersiar. Kabar dimana ada satu anak dari keluarga kampungku yang terbunuh di rantaunya. 

Hal semacam ini sebenarnya hanya akan menjadi kabar duka yang seperti biasanya kabar duka itu ada.

Namun semua orang antusias membicarakan bahkan khawatir dengan anak-anak nya dirantau karna kondisi jenazah yang di pulangkan terkadang tidaklah utuh. Untuk kejadian ini aku tidak ingat pasti kronologisnya bagaimana.

Seingatku di irian sana sedang terjadi pergolakan antar suku, dan yang lebih parah adalah penolakkan rakyat pribumi sana dengan kedatangan orang baru yang bekerja atas nama pemerintah.

Konspirasi yang terjadi antara pemerintah setempat dengan pimpinan daerah. Serta adanya kudeta yang amat sering dilakukan, membuat beberapa perantau yang tidak bersalah dan tak tau apa apa menjadi korban.

Salah satunya adalah warga kampung yang ku ceritakan tadi. 

Wahiders tau, ketika itu, jenazahnya diantar dengan peti besar, dan ramai sekali mobil-mobil polisi mendampingi.

daWahid da kisah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang