empatbelas

321 62 3
                                    



Disini ceritanya Indonesia negara empat musim ya gais.

Begitu Jennie selesai naik wahana tornado, Yoongi segera memakaikannya syal dan jaket tebal. "Tiba-tiba salju, pake dulu ini pake."

Jennie menatapnya sinis, "Hih, tumben lo peduli. Ini dapet darimana? Maling ya lo?"

Namja yang sedang repot memakaikan syal di lehernya itu tersenyum tipis, "Iya, gue maling tadi tuh punya emak-emak. Dah yuk, kita pulang." Ia menarik tangan Jennie sambil berjalan ke arah luar taman bermain dufan itu.

Jennie menghempas tangannya, melepas genggaman Yoongi yang hangat dibalut sarung tangan, "Kenapa balik buru-buru? Ada apaan?" Nada bicara yeoja itu sulit diartikan, "Gue liat tadi lo ditelfon, siapa?"

Yoongi bungkam, menatap Jennie dan menghela nafasnya, "Hhh. Gak ada siapa-siapa. Lagian ini udah jam 8 malem, Jennie Kim. Mau naik wahana apa lagi?"

"Bianglala? Bisa liat keseluruhan kota dari atas situ, yang sebagus itu justru mau lo lewatin?" Jennie memasukkan tangannya ke dalam kantung jaket tebal itu.

Yoongi melangkahkan kakinya dan mengacak rambut Jennie yang sudah setelah itu ia pakaikan topi, "Yaudah, yaudah, iya. Abis ini kita pulang ya?"

Yeoja cantik itu mengangguk dan tersenyum manis.

Keduanya naik, pemandangan diatas memang sungguh sangat menakjubkan. "Indah banget sumpah, gila sih, ya Yoon?"

Yang duduk dihadapannya seperti gelisah, "Ah? Iya, iya, indah banget." Hanya merespon sesimpel mungkin dan kembali menatap layar ponselnya.

Jennie mendengus kesal, "Kenapa sih sibuk hapean mulu? Bunda sama mama nyuruh apa, hah? Ngedate. Lo malah asik sendiri." Yeoja itu melipat kedua tangannya di depan dada.

Yoongi melirik Jennie, "Gue kan takut tinggi, sialan." Umpatnya, kedua mata itu tidak terlepas dari layar yang ia tatap sekarang.

Jennie tertawa keras sekali, "Bahahahah! Jinjja Yoongi-ah? Jinjja?!" Tanyanya berulang kali. "Wow gila cowok sangar nyebelin kayak lo takut bianglala?! Ahahahah."

"Nanti kita turun gue botakin lo." Ancamnya.

"Ahahah, ada ada aja. Kalo gitu mah tadi ngomong aja Yoon, pake sok berani segala." Jennie berdiri dari duduknya, ia terpesona dengan indahnya malam ini.

Yoongi yang semakin gelisah langsung menarik Jennie ke sebelahnya dan memegang tangan yeoja itu, "Jangan berdiri-berdiri segala! Gue yang merinding liatnya!"

Jennie tertawa lagi. Mereka kini berada di bagian paling atas tengah, dan memang bianglala ini akan distop sementara selama kurang lebih 5 sampai 7 menit agar pelanggan bisa menikmati viewnya.

Yoongi terus memegangi tangan Jennie erat, "Diem aja udah disini. Kan keliatan juga v-"

cup.

Jennie memajukan wajahnya, mengikis jarak diantara mereka dan mencium bibir Yoongi. Namja itu kaget setengah mati. Namun sebagai lelaki, ia langsung menarik Jennie dan kembali menyiumnya.

Sementara itu terjadi, kembang api mulai berpesta pora di langit indah malam itu.

Setelah lama diatas, akhirnya mereka sudah kembali memijakkan kaki mereka dilantai. "Gila gue mau mati banget diatas. Lo yang nyetir deh nih." Yoongi memberi Jennie kunci mobilnya.

Yeoja itu setuju, Yoongi kelihatan pucat dan jalannya saja mencong-mencong, gimana mau nyetir?

Di dalam mobil keduanya diam karena canggung. Yoongi yang masih berusaha menenangkan dirinya akibat wahana yang baginya ekstrem tadi, dan Jennie yang masih berusaha memahami apa yang ia baru lakukan.

Pabo ya jinjja! Jinjja!

Rutuknya dalam hati. Mungkin kalau ia sedang sendiri di kamar pasti ia sudah memukul kepalanya ke tembok berjuta-juga kali atas apa yang ia baru saja lakukan.

"Gwaenchana?" Tanya Yoongi, memegang tangan Jennie diatas stir dengan khawatir.

Jennie melotot —namun berusaha menyembunyikannya— ia melirik Yoongi dengan canggung, "A-ah, iya, mianheo, Yoongi."

Yoongi mengerutkan keningnya, "Kenapa?"

"Yang tadi-"

Tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, handphone Yoongi berdering. Jennie tau siapa itu namun ingin melihat siapa yang akan Yoongi pilih. Obrolannya, atau Wendy.

Yoongi menoleh, "Yang tadi kenapa?" Tanyanya mulai gelisah. Tangannya mencengkram handphone itu kuat.

Jennie menoleh dan tersenyum, "Maaf tadi tiba-tiba nyium lo, ahahah, kebawa suasana."

"Ngapain minta maaf ama yang begituan? Gapapa kali, gue malah seneng lo bisa mulai duluan."

Meski berusaha untuk tetap melanjutkan obrolan, jelas sekali yeoja itu melihat keinginan Yoongi sebenarnya. Cara bicara yang gelisah, tangannya yang mengepal kuat, berhasil membuat Jennie berpikir, prioritas Yoongi sampai sekarang, masih Wendy.

"Angkat aja." Tukas Jennie.

"Hah?" Yoongi pura-pura bego.

"Angkat aja, siapa tau Wendy butuh." Lanjut yeoja itu.

empatbelas, selesai.

PIZZA ft. YoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang